7 Alasan Umum Tindakan Bullying yang Terjadi pada Anak-Anak

Ingin mendapatkan kepopuleran sering menjadi alasan seorang anak melakukan bullying

14 Juni 2021

7 Alasan Umum Tindakan Bullying Terjadi Anak-Anak
Freepik/Luisanm

Mengapa anak-anak bisa menindas anak lainnya? Pertanyaan ini seringkali berada di urutan teratas dalam hal memahami perilaku bullying. Faktanya, memahami mengapa pelaku bullying menargetkan anak-anak tertentu itu tidak seperti yang Mama pikirkan.

Banyak orangtua yang percaya bahwa pelaku bullying adalah penyendiri atau memiliki masalah pada kurangnya percaya diri. Namun, alasan di balik tindakan intimidasi, bisa diakibatkan dari kurangnya kontrol impuls hingga balas dendam.

Untuk mengatasi tindakan bullying penting bagi setiap orangtua mengetahui apa alasan anak melakukannya.

Berikut ini Popmama.com akan membahas beberapa alasan utama mengapa anak melakukan tindakan bullying pada anak lainnya. Simak informasinya di bawah ini yuk, Ma!

1. Ingin mendapatkan kekuatan atau kekuasaan

1. Ingin mendapatkan kekuatan atau kekuasaan
Freepik/Beststudio

Dalam sebuah studi berjudul “Bullying and Victimization Among Children” di tahun 2015 menyatakan bahwa, anak yang ingin memegang kendali atau memiliki kekuasaan rentan terhadap tindakan bullying.

Hal ini bisa terjadi ketika anak tidak merasakan kekuatan apa pun dalam hidupnya sendiri, yang membuatnya lebih menarik dalam interaksi sosial.

Anak lebih memilih untuk hanya berinteraksi dengan orang lain jika itu sesuai dengan persyaratannya. Jika tidak berjalan sesuai keinginannya, maka ia mungkin menggunakan intimidasi untuk menunjukkan kekuatan atau kekuasaan.

Tak hanya anak laki-laki, anak perempuan juga bisa menjadi pelaku bullying, dengan menggunakan gosip, ejekan, tekanan sosial, pengucilan. Selain itu, siswa yang kuat secara fisik dapat menggunakan intimidasi karena kekuatan yang dimiliki atas siswa yang lebih lemah atau lebih kecil.

2. Kepopuleran

2. Kepopuleran
Freepik/Luisanm

Terkadang, bullying bisa menjadi cara untuk mendapatkan status sosial. Anak-anak yang populer sering mengolok-olok anak-anak yang kurang populer. Popularitas juga dapat membuat kelompok anak-anak menyebarkan desas-desus dan gosip hingga mengucilkan orang lain secara langsung.

Sementara itu, anak-anak yang mencoba menaiki “tangga” sosial di sekolah atau mendapatkan kekuatan sosial mungkin menggunakan intimidasi, seperti intimidasi dunia maya untuk mendapatkan perhatian. Mereka juga mungkin menggertak atau mengejek orang lain untuk mengurangi status sosialnya.

Editors' Pick

3. Balas dendam

3. Balas dendam
Freepik/photobac

Ada kecenderungan dari sebagian anak yang pernah menjadi korban bullying, mencari cara untuk membalas dendamnya. Mereka yang dianggap sebagai korban bullying, menganggap bahwa tindakannya dibenarkan, karena pernah merasa dilecehkan dan diintimidasi.

Ketika menggertak orang lain, mereka mungkin merasakan kelegaan dan pembenaran atas apa yang dialami. Mereka juga menargetkan seseorang yang lebih lemah atau lebih rentan darinya. Di lain waktu, mereka bahkan akan mengejar orang yang menindasnya secara langsung.

4. Gangguan perilaku

4. Gangguan perilaku
Freepik

Sebuah penelitian di tahun 2014 dengan judul “Socioeconomic Status and Bullying: A Meta-Analysis”, menemukan bahwa anak yang berasal dari keluarga yang kasar lebih cenderung suka menindas daripada anak-anak lain, karena sering melihat contoh agresi dan kekerasan.

Demikian juga, anak-anak dengan orangtua yang permisif juga ditemukan sering menggunakan intimidasi.

Hal ini memberi mereka rasa kekuatan dan kontrol, yang kurang dalam kehidupannya sendiri. Dan anak-anak dengan harga diri rendah mungkin menggunakan intimidasi sebagai cara untuk menutupi rasa rendah diri

Penindasan pada saudara juga bisa mengarah pada tindakan perundungan di sekolah. Ketika kakak laki-laki atau perempuan mengejek dan menyiksa adik, hingga menciptakan rasa tidak berdaya. Untuk mendapatkan kembali perasaan berkuasa tersebut, anak kemudian menggertak orang lain dan terkadang meniru kakaknya.

5. Ingin mendapatkan kesenangan

5. Ingin mendapatkan kesenangan
Freepik/Zinkevych

Anak-anak yang bosan dan mencari hiburan terkadang akan menggunakan bullying untuk menambah kegembiraan dalam hidup mereka. Mereka memilih untuk melakukan perundungan karena merasa kurang perhatian dan pengawasan dari orangtuaya. Akibatnya, bullying menjadi pelampiasan untuk mendapatkan perhatian.

Sementara itu menurut sebuah penelitian di tahun 2010 dalam jurnal Western Journal of Emergency Medicine mengatakan, anak-anak yang kurang empati sering menunjukkan kesenangan ketika menyakiti perasaan orang lain.

Mereka tidak hanya mendapatkan kekuatan yang diperoleh dari menindas orang lain, namun mereka menganggap "lelucon" yang menyakitkan itu lucu.

6. Prasangka

6. Prasangka
Freepik/Wavebreakmedia-micro

Bullying akibat prasangka juga sering terjadi. Anak akan menggertak anak-anak lain karena ia melihat ada perbedaan dalam beberapa hal. Misalnya, anak-anak mungkin menjadi sasaran karena mereka memiliki kebutuhan khusus atau memiliki kulit dengan warna berbeda.

Di lain waktu, prasangka akibat ras, agama, identitas gender, dan orientasi seksual juga sering menjadi akar dari intimidasi pada anak-anak.

7. Tekanan teman sebaya

7. Tekanan teman sebaya
Freepik/Wavebreakmedia

Menurut sebuah penelitian berjuduk “Peer influence in bullying: The autonomy-enhancing effect of moral competence” di tahun 2018, seorang anak akan menindas anak lain karena hanya mengikuti kelompok.

Ia takut tidak diterima atau takut menjadi target berikutnya dapat menyebabkan anak-anak melakukan intimidasi dalam kelompok.

Itulah beberapa penyebab anak melakukan tindakan bullying. Dengan memahaminya, Mama dapat membantu korban, orangtua korban, dan pelaku untuk lebih memahami apa yang sedang terjadi dan memberikan wawasan tentang cara menghentikannya.

Jika Mama memiliki anak yang dicurigai melakukan tindakan intimidasi pada anak lain, sebaiknya segera turun tangan untuk menghentikan perilaku tersebut dan atasi masalah yang mendasarinya.

Namun, jika anak mama menjadi korban bullying, buatlah rencana untuk menjaga anak agar tetap aman dengan mendengarkannya dan menjelaskan itu tak ada sangkut pautnya dengan perilaku anak.

Baca juga:

The Latest