5 Dampak Buruk dari Seks Bebas bagi Fisik dan Mental Anak

Dapat mengakibatkan efek negatif pada kesehatan fisik serta mental anak

16 Mei 2021

5 Dampak Buruk dari Seks Bebas bagi Fisik Mental Anak
Freepik/Jcomp

Anak-anak kini hidup dalam lingkungan yang seksual, di mana mereka dihadapkan dengan bahasa, gambar, dan perilaku seksual. Ditambah dengan era teknologi di mana mudahnya mencari informasi melalui internet.

Informasi yang mereka sudah dapatkan sebelum mereka siap secara perkembangan untuk menanganinya. Istilah “seks bebas” akrab dijumpai pada kehidupan modern saat ini.

Bagi yang hidup didalamnya merasa kebebasan untuk melakukan apapun, termasuk soal seks.

Peran orangtua dalam memberikan pendidikan seksual pada anak penting untuk dilakukan, khususnya untuk mencegah anak dalam melakukan seks bebas.

Seks bebas seringkali mengacu pada seks yang tak aman, dan akan membawa dampak negatif bagi yang melakukannya.

Kali ini Popmama.com akan mengulas tentang dampak negatif seks bebas bagi fisik dan mental anak, serta tips dalam memberikan pemahaman seks pada anak saat pubertas di bawah ini:

1. Apa itu seks bebas?

1. Apa itu seks bebas
Freepik

Seks bebas adalah kebiasaan melakukan tindakan seksual yang bebas. Terlepas dari tujuan seks yaitu sebagai sarana untuk memperoleh kepuasan dan relaksasi dalam kehidupan manusia, namun seks bebas atau free sex ini dilakukan diluar ikatan pernikahan.

Seks bebas juga merupakan salah satu bentuk pelecehan seksual untuk menyalurkan keinginan seksualnya kepada siapapun yang dikehendakinya dan yang menghendakinya yang dilakukan biasa terjadi di tempat prostitusi, dilakukan sebagai bentuk perselingkuhan atau remaja yang belum menikah.

Seks bebas bisa terjadi karena tidak adanya pengendalian diri sendiri untuk menjaga perilaku dari risiko yang dapat berakibat fatal yang bisa merusak masa depan anak.

Editors' Pick

2. Bagaimana cara menjelaskan pendidikan seksual pada anak remaja?

2. Bagaimana cara menjelaskan pendidikan seksual anak remaja
Freepik/Tirachardz

Saat usia anak 9-12 tahun sudah saatnya Mama harus mulai berbicara tentang seksisme dan seksualisasi. Gunakan contoh-contoh yang ditemukan di media atau bahkan di lingkungan untuk memicu diskusi.

Obrolan ini bisa membuat anak bingung, tetapi dapat mendukung anak untuk menemukan kekuatan mereka, dan menunjukkan contoh positif dari lingkungannya. Usia ini penuh dengan perubahan emosional dan sosial, dan khususnya bagi anak perempuan yang mungkin berjuang dengan masalah tubuh.

Dalam hal ini penting untuk mengetahui anak tentang bagaimana perasaan mereka dan apa yang mereka ingin tahu. Karena kelompok usia ini umumnya memiliki lebih banyak kebebasan online, penting untuk membicarakan tentang keamanan internet dan pemahaman tentang penggunaan.

Gunakan contoh kasus dari berita terkenal tentang seks atau intimidasi secara online, gunakan itu sebagai titik awal untuk bertanya kepada anak bagaimana mereka akan menangani situasi yang sama.

3. Tips memberikan pengertian pada anak tentang pentingnya menjaga diri saat fase pubertas

3. Tips memberikan pengertian anak tentang penting menjaga diri saat fase pubertas
Freepik

Pada masa-masa pubertas penting untuk menyampaikan pendidikan seks pada anak agar menyadari pentingnya menjaga diri, untuk memudahkan Mama dalam menyampaikannya pada anak, berikut tips yang dapat Mama terapkan:

Anggap anak layaknya seorang teman, buka obrolan ringan tentang teman-teman sekitar anak yang sudah berubah secara fisik. Bangun kedekatan dengan anak sehingga Mama dapat mendampinginya pada masa pubertas, dengan diskusi ringan bisa menghilangkan jarak antara orangtua dan anak.

Bekali anak dengan pendidikan moral, budi pekerti, dan agama yang kuat, sehingga ia mengetahui perilaku apa yang benar dan apa yang salah.

Berikan anak informasi yang benar dan masuk akal, hal ini agar anak tidak mencari informasi diluar yang belum pasti kebenarannya. Selain itu, orangtua juga perlu membuka diri mengenai perkembangan atau tren di media sosial.

Hindari melarang atau memarahi anak tanpa alasan yang jelas, justru ajak anak untuk berdiskusi tentang apa yang ia ketahui. Kemudian bekali anak dengan pendidikan moral, budi pekerti, dan agama, sehingga anak dapat mengetahui perilaku apa yang benar dan apa yang salah.

Jangan menunggu anak bertanya terlebih dahulu, kemungkinan anak merasa malu. Masing-masing anak memiliki keunikan serta karakteristiknya masing-masing. Kenali sifat anak sehingga orangtua dapat menentukan langkah dan pendekatan yang tepat untuk berdiskusi dengan anak.

Perlakukan anak sesuai dengan usianya, hindari mengenalkan mereka pada hal yang bukan porsinya anak. Jangan sampai dengan tubuhnya yang sudah berkembang ia justru dapat leluasa mengonsumsi hal-hal dewasa.

Berikan peran dan kepercayaan pada anak untuk berkontribusi positif dalam keluarga, hal ini akan memandu anak untuk memiliki sikap bertanggungjawab dan rasa percaya diri serta pemahaman bahwa mereka disayangi dan dihargai dalam lingkungan keluarganya.

Orangtua tak perlu panik, tetap tenang, dan bijaksana saat anak pubertas dan ketika menghadapi tingkah laku anak yang tengah bereksperimen dengan hal-hal baru. Penerimaan yang baik akan membuat anak menjalani pubertas secara positif dan menunjang perkembangan mereka dengan matang.

Hargai pendapat anak dengan berusaha menjadi pendengar yang baik. Dalam hal ini orangtua perlu mengasah kesediaan untuk mendengarkan pendapat anak dan menghargai pemikiran yang mereka miliki.

Kenali lingkungan anak dengan perlu mengetahui siapa teman dekatnya, Hal ini dapat dilakukan secara santai melakui obrolan terbuka dengan anak. Hindari pemantauan atau hal yang berkesan mengintai gerak gerik anak.

4. Dampak seks bebas bagi kesehatan fisik

4. Dampak seks bebas bagi kesehatan fisik
Freepik/rawpixel.com

Dampak seks bagi fisik anak sering dikaitkan dengan Infeksi Menular Seksual (IMS). IMS dapat ditularkan melalui satu orang ke orang lainnya melalui aktivitas seks. Berikut adalah beberapa jenis IMS:

  • Klamidia

Klamidia disebabkan oleh bakteri Chlamydia Trachimatis, pada laki-laki yang terkena klamidia biasanya muncul gejala berupa peradangan pada saluran kencing, demam, keluarnya cairan dari penis, rasa sakit, atau rasa berat pada kantong buah zakar.

Sedangkan bagi perempuan, ditandai dengan infeksi pada saluran kemih dan serviks, infeksi di rahim, iritasi dan keluarnya cairan asing dari vagina, terasa panas saat buang air kecil, sakit perut bagian bawah, dan terjadinya pendarahan diluar waktu menstruasi.

  • Sifilis atau raja singa

Sifilis juga dikenal sebagai penyakit raja singa. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum yang memiliki masa penularan diantara 10-90 hari.

Sifilis ditandai dengan timbulnya luka kecil berbentuk bundar yang hampir selalu muncul di dalam atau sekitar alat kelamin, anus, atau di mulut. Jika tidak diobati, penderita bisa mengalami kebutaan, tuli, borok pada kulit, penyakit jantung, kerusakan hati, lumpuh, hingga kematian.

  • Gangguan Gonore

Gonore atau kencing bernanah terjadi akibat infeksi dari bakteri Neisseria gonorrhoeae. Gejala gonore meliputi sakit saat buang air kecil, sering buang air kecil, keluarnya nanah pada ujung penis atau vagina, dan nyeri di bagian kelamin.

  • Infeksi jamur (Candida)

Bagi perempuan yang terjangkit infeksi jamur, ciri-cirinya dapat berupa terasa gatal di sekitar area vagina. Sedangkan untuk laki-laki, muncul warna merah pada ujung penis. Jika sudah parah, area tersebut akan tampak seperti luka bakar.

  • Kutil kelamin

Gejala awal munculnya infeksi ini ditandai dengan adanya sekumpulan kutil di sekitar alat kelamin, anus, dan bokong. Pada beberapa kasus disebutkan bahwa kutil ditemukan pada bagian dalam vagina yang mengakibatkan rasa gatal dan nyeri.

Kutil kelamin disebabkan oleh infeksi virus HPV, dan menjadi salah satu infeksi menular seksual yang penyebarannya paling cepat.

Virus ini bisa ditularkan melalui kontak fisik secara langsung, baik melalui hubungan seksual dengan penderita atau hanya dengan menyentuh bagian yang terinfeksi saja. HPV juga bisa menyebabkan kanker serviks pada permpuan.

  • Herpes simplex

Penyakit ini disebabkan oleh virus Herpes Simplex yang menyerang kulit, mukosa, dan saraf manusia. Herpes simplex dibagi menjadi dua tipe, yaitu herpes simpleks tipe 1 dan 2.

Perbedaannya terletak pada lokasi kemunculannya. Herpes simplex tipe 1 terjadi di sekitar mulut dan tubuh, sedangkan herpes simplex tipe 2 muncul di area kelamin.

Gejalanya adalah muncul bintil kecil yang bergerombol. Penyakit ini dapat menular melalui sentuhan langsung maupun tidak langsung. Misalnya melalui ciuman atau hubungan seksual dengan penderita, serta melakukan seks oral ataupun anal.

  • Hepatitis B

Hepatitis B ditandai dengan gejala seperti kelelahan, mual muntah, sakit perut, demam dan diare. Penyakit ini dapat ditularkan melalui air mani, darah, dan cairan vagina.

  • Kutu kelamin

Kutu kelamin ditularkan melalui kontak antara rambut kemaluan. Dibutuhkan waktu sekitar satu minggu bagi telur kutu untuk menetas pada rambut kelamin, yang akan mengakibatkan gatal di sekitar area kelamin penderitanya.

  • HIV/AIDS

Penyakit ini terjadi akibat dari infeksi virus Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang merusak sistem kekebalan tubuh.

HIV dapat ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam atau aliran darah dengan cairan yang mengandung virus HIV.

Cairan tersebut meliputi darah, air mani, cairan vagina, dan ASI. Jika tidak segera ditangani, HIV dapat berkembang menjadi suatu penyakit mematikan yang disebut dengan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS).

5. Dampak seks bebas bagi kesehatan psikologis atau mental anak

5. Dampak seks bebas bagi kesehatan psikologis atau mental anak
Pixabay/Myriams-Fotos

Selain dampak seks secara fisik, dampak negatif juga dirasakan secara psikologis atau mental anak. Berikut adalah bahaya seks bebas pada psikologis anak, yang meliputi:

Munculnya kekhawatiran akan kehamilan dan penyakit seksual

Bagi pelaku seks bebas terutama remaja, ketakutan hamil di luar nikah atau tertular penyakit seksual adalah sumber stres utama yang tidak dapat dihindari.

Merasa menyesal dan bersalah

Beberapa pelaku seks bebas sering merasa menyesal dan bersalah karena dalam hati nuraninya, perilaku tersebut dianggap salah dan terlarang untuk dilakukan.

Memengaruhi perkembangan karakter anak yang masih muda memperlakukan orang lain sebagai objek seksual untuk kepuasaan semata, yang kemudian disertai kehilangan rasa hormat pada dirinya sendiri.

Kemudian anak akan terbiasa untuk tidak dapat membedakan mana yang benar dan salah, demi mendapatkan kesenangan pribadinya.

Sulit memiliki hubungan yang serius

Pada masa dewasanya nanti, anak akan kesulitan untuk mempercayai hubungannya di masa depan karena hubungan singkat yang tercipta dari seks bebas.

Depresi

Suatu penelitian karya Psikolog Martha Waller mengungkapkan bahwa remaja yang melakukan perilaku berisiko, seperti seks bebas, memakai narkoba, dan minum alkohol, adalah kelompok yang paling mungkin mengalami depresi dibandingkan dengan yang tidak melakukannya.

Kehamilan di usia muda

Jika tidak dilakukan dengan menggunakan pengaman, seks bebas bisa menyebabkan kehamilan di usia muda. Kehamilan di usia muda memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami tekanan darah tinggi, anemia, kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, dan mengalami depresi pascapersalinan.

Semua dampak buruk seks bebas pada fisik dan mental di atas dapat dicegah dengan memberikan pendidikan seksual pada anak sejak dini.

Pastikan orangtua mendidik anak dengan pendidikan moral, budi pekerti dan agama yang diyakini oleh keluarga dengan baik. Selalu lakukan komunikasi yang positif dengan anak, seperti diskusi atau obrolan santai agar anak tak sungkan dalam bertanya serta Mama dapat menanamkan hal positif padanya.

Baca juga:

The Latest