10 Hal yang Harus Dihindari saat Anak Mengalami Panic Attack

Hindari berasumsi tanpa alasan ketika anak mengalami panic attack ya, Ma!

12 Juni 2022

10 Hal Harus Dihindari saat Anak Mengalami Panic Attack
Freepik/gpointstudio

Sama seperti orang dewasa, anak-anak juga bisa mengalami panic attack atau serangan panik. Mereka bisa muncul entah dari mana.

Ketika terjadi, serangan panik dapat berlangsung beberapa menit hingga berjam-jam. Selama waktu inilah perasaan takut, sesak napas, gemetar, detak jantung berdebar kencang, dan banyak lagi dialami.

Anak-anak yang mengalami serangan panik dapat mulai tenang dan merasa lebih baik. Namun, jika salah bicara, ada potensi serangan panik akan diperpanjang lebih lama. 

Inilah sebabnya penting bagi orangtua untuk mengetahui hal-hal yang harus dihindari ketika anak-anak mengalami serangan panik, untuk membantu menghentikan anak dari serangan panik dalam waktu sesingkat mungkin.

Berikut Popmama.com telah merangkum 10 hal yang harus dihindari saat anak mengalami panic attack. Simak yuk!

1. Mengatakan bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan

1. Mengatakan bahwa tidak ada perlu dikhawatirkan
Pexels/Kampus Production

Dilansir dari The Transition House Inc, memberikan komentar seperti "tidak ada yang perlu dikhawatirkan" sebenarnya dimaksudkan untuk menenangkan orang yang mengalami serangan panik.

Tetapi, ketika Mama mengucapkan kalimat tersebut pada anak-anak yang mengalami panic attack, itu bisa berarti menyingkirkan atau mengabaikan perasaan panik anak.

Sebaliknya, orang yang dicintai harus memberi tahu anak-anak yang mengalami serangan panik bahwa perasaan paniknya diakui.

Dengan cara ini, anak dapat merasa bahwa perasaannya tersebut adalah hal yang wajar dan akan menjadi lebih terbuka ketika mengalami hal yang sama dikemudian hari.

2. Mengatakan panic attack bukan masalah besar

2. Mengatakan panic attack bukan masalah besar
Freepik/Artfolio

Seseorang yang belum pernah mengalami panic attack mungkin tidak mengerti betapa sulitnya mereka yang mengalami dan juga mencoba menenangkan pikiran.

Dengan demikian, mengatakan bahwa panic attack adalah "bukan masalah besar" sama sekali tidak membantu masalah ini.

Dilansir dari Parade, ketika anak-anak ditanya apa yang mereka rasakan selama panic attack, keparahannya justru dapat berkurang.

Hal ini karena alih-alih mencoba mengesampingkannya, perasaan itu harus diakui dan segera ditangani. Dengan cara ini, mengatasi panic attack mungkin membutuhkan waktu yang lebih singkat daripada biasanya.

3. Menghindari tempat terjadinya panic attack

3. Menghindari tempat terjadi panic attack
Freepik

Ketika anak mengalami panic attack di tempat umum, rasa aman apa pun yang ada saat itu bisa hilang.

Dilansir dari Here to Help, ini bisa menyebabkan anak tidak ingin kembali ke tempat di mana panic attack terjadi, karena takut akan terjadi lagi. Namun iIni adalah sesuatu yang harus didorong agar tidak terjadi.

Bukan dengan dipaksa, anak harus didorong perlahan untuk kembali ke tempat terjadinya panic attack. Anak perlu mengetahui bahwa ia mungkin tidak akan mengalami panic attack setiap kali pergi ke sana.

Menghindari panic attack, juga bisa membawa masalah pada aspek lain. Terutama jika panic attack tejadi di tempat-tempat penting seperti sekolah, kegiatan sepulang sekolah, atau sejenisnya. 

4. Berpikir negatif

4. Berpikir negatif
Freepik/bearfotos

Tidak ada lebih menakutkan yang harus dihadapi seorang anak, selain panic attack. Ketidakmampuan untuk mengontrol bagaimana perasaan atau reaksi tubuh adalah hal-hal yang membuat mimpi buruk.

Dengan gejala yang menyerupai serangan jantung, menurut Healthline, anak-anak mungkin merasa seperti sedang 'sekarat' dan serangan ini tidak mudah berakhir.

Ketika orangtua tidak menghentikan pemikiran negatif ini, itu bisa membuat kepanikan menjadi lebih intens.

Inilah sebabnya mengapa ketika pikiran positif telah hilang dari benak anak, orangtua perlu berada di sana untuk mengingatkan bahwa ia akan melewati situasi ini, dan ia memiliki dukungan yang akan membantunya keluar dari panic attack.

Editors' Pick

5. Memberitahu anak untuk tenang

5. Memberitahu anak tenang
Freepik/peoplecreations

Dilansir dari VeryWell Mind, ketika anak-anak disuruh "tenang" saat mengalami panic attack, ini membuat asumsi bahwa ada kontrol atas gejala yang anak alami.

Pada kenyataannya, tidak ada yang bisa dilakukan anak-anak untuk menghentikan panic attack begitu ia mulai mengalaminya.

Dan karena itu, menyuruh anak untuk tenang hanya akan memperburuk kepanikan atau membuatnya menjadi lebih lama lagi.

6. Menjadi kesal

6. Menjadi kesal
Freepik/user15160105

Ingatlah bahwa anak-anak yang mengalami serangan panik tidak dapat mengendalikan apa yang terjadi pada mereka.

Dengan demikian, jika orang yang dicintai merasa terganggu, menjadi kesal tentu tidak membantu situasi. Apalagi jika panic attack sudah sering terjadi.

Jika panic attack sering terjadi, penting bagi orangtua untuk mencari alasan mengapa hal itu terjadi. Karena inilah, memberikan anak bantuan yang dibutuhkan akan lebih baik untuk menangani kepanikan, daripada menjadi kesal.

7. Berasumsi mengapa panic attack terjadi

7. Berasumsi mengapa panic attack terjadi
Freepik/valuavitaly

Dilansir dari Priory, terkadang ada alasan yang jelas penyebab panic attack pada anak. Namun di lain waktu, tampaknya tidak ada alasan sama sekali.

Ketika orangtua berasumsi mengapa panic attack terjadi, ini tidak membantu anak-anak yang sedang dalam proses mengalaminya.

Saat Mama mengasumsikan mengapa panic attack terjadi, seringkali tidak ada pertanyaan yang diajukan pada anak. Padahal ini sebenarnya bisa menunjukkan dengan jelas apa penyebabnya.

Akibatnya, pemicu yang menyebabkan panic attack tidak ditangani, dan anak tidak diberikan bantuan yang tepat.

8. Berasumsi tahu apa yang akan membantu anak mengatasi panic attack

8. Berasumsi tahu apa akan membantu anak mengatasi panic attack
Freepik/anna_grant

Perlu diingat bahwa cara anak-anak mengatasi panic attack mungkin berbeda untuk setiap orang yang mengalaminya. Karena itu, ketika orangtua menggunakan taktik yang sama setiap kali serangan terjadi, itu mungkin tidak efektif.

Karena itu, bertanya kepada anak-anak apa yang dibutuhkan, akan lebih bermanfaat daripada berasumsi.

Ini akan membuat anak yang mengalami panic attack lebih cepat teratasi, dan memberikan Mama lebih banyak cara untuk digunakan di masa depan jika kepanikan sudah menjadi hal biasa.

9. Membandingkan pengalaman panic attack orang lain pada anak

9. Membandingkan pengalaman panic attack orang lain anak
Freepik/freepik

Setiap orang yang mengalami panic attack mungkin mengalami hal yang berbeda.

Karena itu, bahkan jika ada anggota keluarga lain di masa lalu yang mengalami panic attack, mereka tidak boleh memberi tahu anak yang mengalaminya. Terutama bahwa mereka tahu bagaimana rasanya memiliki panic attack.

Dilansir dari PsychCentral, meski kalimat "Aku tahu persis bagaimana perasaanmu" terlihat akan membantu dan menenangkan, namun setiap orang mengalami rasa kepanikan yang berbeda. Sehingga yang terbaik adalah tidak mengucapkan komentar tersebut

10. Tidak menjadi pendengar yang baik

10. Tidak menjadi pendengar baik
Pexels/RODNAE Productions

Dengan tidak mendengar apa yang dibutuhkan anak saat mengalami panic attack, orangtua pada dasarnya mengabaikan perasaannya.

Hal ini tak hanya dapat membuat serangan berlangsung lebih lama, tetapi juga dapat membuat anak-anak merasa tidak punya tempat untuk berlindung ketika perasaan kepanikan itu muncul.

Jika anak-anak dapat mengungkapkan secara verbal mengapa mereka mengalami panic attack atau apa yang dibutuhkan untuk merasa lebih baik, penting bagi orangtua untuk mendengarkannya.

Anak tahu apa yang ia butuhkan ketika menghadapi peristiwa emosional yang besar ini, dan semakin cepat orangtua memberikan apa yang anak butuhkan, maka semakin cepat serangan panik akan hilang.

Nah itulah 10 hal yang harus dihindari saat anak mengalami panic attackyang harus orangtua ketahui.

Meski panic attack adalah respon normal manusia terhadap peristiwa stres, pastikan Mama segera berkonsultasi dengan dokter anak apabila gejala panik menyebabkan anak tak mau sekolah, mengganggu tidur, hingga kesulitan melakukan hal-hal yang biasa dilakukan.

Baca juga:

The Latest