Perhatikan, 5 Kalimat yang Memicu Gangguan Makan pada Remaja

Menggoda anak tentang porsi makannya, bisa berdampak buruk lho, Ma!

21 Juli 2021

Perhatikan, 5 Kalimat Memicu Gangguan Makan Remaja
Pexels/Cottonbro

Seringkali tak disadari orangtua, ada beberapa ucapan yang dapat memengaruhi remaja, bahkan ucapan yang terdengar sepele seperti tentang makanan dan berat badan. Beberapa perkataan bahkan bisa berpotensi menyebabkan gangguan makan pada anak.

Tanda dan gejala umum dari gangguan makan termasuk diet yang sering, perasaan bersalah dan malu yang berhubungan dengan makanan, dan keasyikan dengan makanan, mengkhawatirkan berat badan, dan citra tubuh.

Untuk mencegah ini terjadi, ada baiknya untuk menghindari kalimat-kalimat yang Popmama.com rangkum di bawah ini, yang berpotensi menyebabkan gangguan makan pada anak remaja mama.

1. "Mama sedang menjaga berat badan"

1. "Mama sedang menjaga berat badan"
Pexels/Monstera

Ini mungkin terdengar seperti komentar yang baik untuk mengirim pesan kepada anak bahwa Mama sadar akan kesehatan.

Namun, penelitian di Journal of Adolescent Health menunjukkan bahwa berbicara tentang berat badan di depan remaja, khususnya remaja perempuan, secara signifikan meningkatkan kemungkinan anak akan menggunakan metode yang tidak sehat dan ekstrim untuk mengontrol berat badannya sendiri, serta makan berlebihan.

“Beberapa contoh tindakan pengendalian berat badan yang ekstrem termasuk puasa, pil diet, muntah yang diinduksi sendiri, dan penggunaan diuretik,” jelas penulis utama studi Dianne Neumark-Sztainer, RD, dari School of Public Health, University of Minnesota.

Maka dari itu, penting untuk menghindari membicarakan berat badan sepenuhnya dengan anak-anak. Alih-alih membicarakannya, tunjukkan pada anak bagaimana cara Mama menjaga kesehatan.

Editors' Pick

2. "Wow! Nafsu makanmu besar!”

2. "Wow Nafsu makanmu besar”
Pexels/Cottonbro

Menurut sebuah studi dalam jurnal Pediatrics di tahun 2018, beberapa orangtua percaya bahwa sedikit menggoda berat badan sebenarnya dapat menarik perhatian pada perilaku makan dan bahkan membantu anak menurunkan berat badan.

Namun, dalam penelitian yang berbeda di jurnal Pediatrics tahun 2017, mengatakan ini justru bisa berdampak sebaliknya.

Bahkan ketika dikatakan dengan cara yang penuh kasih, orangtua yang menggoda anak-anak tentang asupan makanan atau berat badannya, tanpa disadari dapat memicu makan berlebihan serta mengurangi rasa pada kepuasan tubuh, inilah yang menjadi faktor risiko sejumlah gangguan makan lainnya.

Selain itu, ketika dilakukan di depan saudara kandung, keluarga besar, dan bahkan teman yang bergabung, ini mengirimkan pesan bahwa tidak apa-apa, bahkan diterima untuk berkomentar tentang kebiasaan makan, atau bentuk dan ukuran tubuh anak, yang akhirnya menyebabkan godaan lebih lanjut.

Jika Mama mempertanyakan apakah anak merasa keberatan dengan ejekan, berhati-hatilah, dan lakukan yang terbaik untuk menghindari berkomentar tentang seberapa banyak (atau seberapa sedikit) asupan makannya.

3. "Kamu gendutan ya?"

3. "Kamu gendutan ya"
Pexels/Karolina Grabowska

"Ketika orangtua berusaha melakukan yang terbaik untuk kesehatan anak mereka, biasanya mereka merasa perlu membicarakan berat badan dengan anak-anak mereka. Namun, itu mungkin memiliki konsekuensi yang tidak diinginkan,” jelas Jerica Berge, profesor di departemen kedokteran keluarga dan kesehatan masyarakat, University of Minnesota.

Menurut penelitiannya, yang diterbitkan dalam Journal of Behavioral Medicine, anak-anak dengan orangtua yang cenderung membicarakan tentang berat badan, ukuran tubuh, atau bentuk memiliki peningkatan risiko untuk terlibat dalam perilaku makan yang tidak teratur, kelebihan berat badan atau obesitas, dan mengalami depresi atau tingkat kesejahteraan yang lebih rendah.

Berge menambahkan bahwa orangtua perlu terlibat dalam percakapan tentang kesehatan anak daripada berat badan, dan menjadikannya sebagai upaya sehat bersama. Misalnya, Mama dapat mengatakan, "Kita semua perlu makan sehat agar memiliki tulang dan otot yang kuat" atau "Makan buah dan sayuran membantu tubuh bekerja dengan baik".

4. "Mari lakukan bersama!"

4. "Mari lakukan bersama"
Freepik/Tirachardz

Meskipun mungkin terasa seperti cara untuk mendukung remaja agar memulai diet bersama, ini justru dapat menyebabkan lebih banyak kerugian daripada kebaikan.

“Studi kami telah menemukan bahwa anak perempuan atau laki-laki yang didorong untuk diet oleh orangtua mereka berisiko lebih tinggi untuk terlibat dalam perilaku makan yang tidak teratur dan menjadi kelebihan berat badan atau obesitas. Kami menemukan asosiasi ini bahkan 15 tahun kemudian,” ujar Berge.

Berge juga memperingatkan bahwa ini bisa menjadi efek generasi ke generasi. Di mana anak-anak yang mengalami dorongan untuk diet atau pembicaraan berat badan dari orangtua, lebih mungkin untuk terlibat dalam percakapan yang sama dengan anaknya sendiri ketika ia sudah menjadi orangtua kelak.

Dilansir dari The Healthy, dorongan untuk diet dikaitkan dengan peningkatan risiko untuk terlibat dalam perilaku makan yang tidak teratur, kelebihan berat badan/obesitas, dan mengalami gejala depresi dan kesejahteraan yang lebih rendah.

Jadi, apa cara yang lebih efektif untuk mendukung anak untuk mengatur berat badannya?

Penting bagi Mama untuk lebih fokus pada tindakan sehat yang bisa dilakukan oleh seluruh keluarga. Seperti mengonsumsi makanan sehat secara aktif bersama-sama, sehingga ini tidak tampak seperti membatasi atau diet.

5. "Kamu harus lebih banyak mengontrol diri"

5. "Kamu harus lebih banyak mengontrol diri"
Pexels/Ivan Samkov

Jika Mama atau anak mengenal seseorang yang terus-menerus berdiet untuk menurunkan berat badan tanpa pengawasan dokter atau ahli gizi, penting untuk memperjelas bahwa Mama tidak menyetujui perilaku tersebut.

Alih-alih mengacu pada kemampuan anak untuk membatasi asupan makannya sebagai hal yang positif, Mama dapat menggunakan kesempatan ini untuk mengajari anak bahwa mengendalikan diri secara ekstrem itu tidak perlu dan, jika dilakukan secara ekstrem, bahkan dapat menimbulkan konsekuensi serius.

“Makanan harus menjadi sumber kesenangan dan kegembiraan bagi anak-anak. Orangtua harus membuat makan sebebas mungkin dari stres. Saya lebih suka ketika anak saya sendiri tumbuh menjadi ukurannya sendiri dan bahagia secara emosional daripada menderita kelainan makan.” ujar Nancy Dodson, MD, dokter kedokteran remaja, yang dilansir dari The Health.

Sejak masa anak-anak, remaja masih belum memiliki kemampuan untuk memiliki pendekatan makan sehat, sehingga ketika seorang dokter atau anggota keluarga mengirimkan pesan bahwa berat badan atau cara makan anak yang bermasalah, ia cenderung ekstrim dalam membuat perubahan.

Remaja mungkin mulai mengurangi kalori secara dramatis, memotong seluruh kelompok makanan atau mulai melewatkan makan, yang merupakan perilaku makan yang sangat tidak teratur. Sehingga cegah hal ini dengan menghindari kalimat-kalimat di atas ya, Ma!

Baca juga:

The Latest