Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
7 Jenis Teman yang Harus Diwaspadai Anak demi Kesehatan Mentalnya
Freepik

Pertemanan adalah bagian penting dalam tumbuh kembang anak. Dari teman, si Anak belajar berbagi, bekerja sama, hingga memahami arti empati dan pentingnya bersosialisasi.

Namun, tidak semua teman membawa dampak positif. Beberapa justru bisa menjadi pengaruh buruk yang perlahan menurunkan rasa percaya diri dan kesehatan mental si Anak.

Oleh karena itu, penting bagi Mama untuk membantu anak mengenali tanda-tanda jenis teman yang sebaiknya dihindari.

Dengan bimbingan yang tepat, si Anak dapat lebih selektif dalam memilih lingkungan pertemanan.

Tentunya, Mama tidak bisa mengendalikan siapa saja yang ditemui oleh anak mama, tetapi Mama bisa membekali pemahaman agar ia tahu mana teman yang baik dan mana yang justru merugikannya.

Untuk itu, Popmama.com telah merangkum 7 jenis teman yang harus diwaspadai anak demi kesehatan mentalnya.

1. Teman yang selalu merendahkan

Freepik/gpointstudio

Teman yang sering merendahkan biasanya tidak pernah puas dengan pencapaian orang lain. Mereka bisa mengejek penampilan, prestasi, bahkan hal-hal kecil yang dilakukan oleh si Anak.

Lama-kelamaan, hal ini dapat menurunkan rasa percaya diri anak mama dan membuatnya merasa tidak berharga.

Jika dibiarkan, anak bisa tumbuh dengan kepercayaan diri yang terlalu rendah dan sulit untuk diperbaiki.

Mama harus mengajarkan bahwa kritik yang membangun berbeda dengan ejekan yang menjatuhkan. Dorong anak untuk berani berkata “tidak suka” jika merasa diperlakukan tidak adil.

Mama juga dapat melakukan beberapa cara berikut agar si Anak lebih mudah menghindari teman yang sering merendahkan:

  • Ajarkan anak cara menjawab ejekan dengan tenang, misalnya dengan kalimat singkat seperti, “aku tidak suka kalau kamu bicara begitu.”

  • Biasakan anak menuliskan hal-hal positif tentang dirinya di jurnal harian, agar tidak mudah terpengaruh oleh komentar negatif.

  • Berikan apresiasi nyata dengan memuji setiap usaha dan proses anak, sehingga anak lebih percaya diri dan tidak mudah runtuh karena perkataan orang lain.

Dengan begitu, anak mama dapat belajar melindungi dirinya dari perlakuan negatif. Karena teman yang sehat seharusnya mendukung, bukan membuat si Anak merasa rendah di hadapan orang lain.

2. Teman yang hanya datang saat butuh

Freepik

Ada tipe teman yang muncul ketika membutuhkan bantuan, tetapi menghilang saat anak membutuhkan dukungan. Teman semacam ini biasanya memiliki sifat egois dan tidak sungguh-sungguh peduli.

Beberapa ciri dari tipe teman ini yang harus diwaspadai adalah:

  • Tidak pernah mengontak atau mengajak main duluan.

  • Anak mama selalu memberi dukungan, tapi tidak mendapat balasan saat butuh.

  • Pertemanan terasa satu arah.

  • Sering membatalkan rencana atau tidak bisa diandalkan saat situasi penting.

  • Hanya hadir saat mendapat keuntungan, tapi menghilang saat anak mama membutuhkannya.

Jika anak terbiasa berhubungan dengan tipe teman seperti ini, ia bisa merasa dimanfaatkan dan tidak dihargai.

Mama dapat mengajarkan bahwa hubungan pertemanan yang sehat selalu berjalan dua arah, bukan satu pihak saja yang memberi.

Si Anak perlu memahami bahwa membantu itu baik, tetapi ia juga berhak mendapatkan perlakuan yang sama.

Dengan membatasi interaksi dengan teman seperti ini, anak akan belajar untuk lebih selektif dan tidak mudah dimanfaatkan orang lain.

3. Teman yang toxic dan penuh drama

Freepik

Teman yang suka mencari perhatian dengan drama berlebihan sering kali membawa energi negatif. Mereka bisa sering mengadu domba, menyebar gosip, atau membuat masalah kecil jadi besar.

Jika si Anak terlalu sering berada di sekitar mereka, emosi dan suasana hati anak mama bisa ikut terpengaruh.

Dilansir dari Psychology Today, anak yang terjebak dalam pertemanan toxic bisa lebih sering merasa lelah, cemas, atau bahkan kehilangan fokus dalam kegiatan sehari-hari.

Mama dapat membantu si Anak dengan beberapa cara berikut:

  • Ajarkan anak strategi menjaga jarak, misalnya tidak ikut campur saat temannya memicu drama.

  • Ajarkan cara berpindah ke kelompok teman lain yang lebih menenangkan ketika suasana mulai kacau.

  • Bekali anak dengan keterampilan mengalihkan pembicaraan ke topik positif saat temannya mulai menyebar gosip atau memancing konflik.

Dengan demikian, anak akan belajar bahwa pertemanan yang sehat seharusnya membawa kebahagiaan, bukan kekacauan.

4. Teman yang tidak menghargai batasan pribadi

Freepik

Setiap orang memiliki batasan, termasuk si Anak. Namun, ada teman yang cenderung tidak menghargai hal tersebut, misalnya memaksa si Anak melakukan sesuatu yang tidak ia sukai atau membocorkan rahasia pribadi anak.

Sikap ini bisa membuat anak merasa tidak aman. Mama bisa mengajarkan pentingnya menetapkan batasan sejak dini, baik dalam hal privasi, waktu, maupun perasaan, dengan beberapa cara berikut:

  • Mama dapat melatih anak untuk mengatakan dengan jelas apa yang membuatnya tidak nyaman, misalnya, “aku tidak mau kalau rahasiaku diceritakan.”

  • Mengajarkan anak menetapkan batas waktu bermain, agar ia terbiasa untuk menjaga ruang dan waktu pribadinya.

  • Memberi contoh lewat permainan peran (role play) tentang bagaimana cara keluar dari aktivitas yang membuat si Anak merasa tertekan.

Dengan begitu, anak akan tumbuh lebih tegas dalam menjaga dirinya. Ingatlah bahwa pertemanan yang sehat selalu menghargai kenyamanan satu sama lain, bukan memaksakan keinginan.

5. Teman yang menjadi pengaruh negatif

Freepik

Teman yang baik seharusnya mendorong anak mama untuk berkembang menjadi pribadi yang lebih baik.

Namun, ada juga teman yang justru mengajak anak menjauh dari nilai positif, misalnya malas belajar, berkata kasar, atau melakukan hal-hal berisiko.

Jika si Anak sering terpengaruh, ia bisa kehilangan arah dan melupakan kebiasaan baik yang sudah ditanamkan Mama.

Oleh karena itu, penting bagi Mama untuk mengingatkan bahwa teman yang sehat adalah mereka yang memberikan dorongan positif, dengan cara-cara berikut:

  • Mama bisa menguatkan nilai positif di rumah, misalnya dengan membiasakan doa atau rutinitas belajar yang menyenangkan.

  • Berdiskusi dengan anak tentang konsekuensi dari mengikuti ajakan buruk, agar ia mampu menolak dengan keyakinan.

  • Menyediakan lingkungan alternatif yang sehat, seperti kursus, kegiatan komunitas, atau kelompok bermain yang positif.

Dengan pemahaman ini, anak akan lebih berhati-hati dan memilih lingkungan yang mendukung pertumbuhan baiknya.

6. Teman yang suka mengontrol

Freepik/gpointstudio

Ada tipe teman yang selalu ingin mengatur segala hal, mulai dari permainan hingga keputusan pribadi si Anak.

Jika si Anak terus-menerus berada dalam kendali orang lain, ia bisa kehilangan kepercayaan diri dan kesulitan mengambil keputusan sendiri.

Dalam jangka panjang, hal ini dapat membuat si Anak lebih mudah dimanfaatkan dan sulit mengembangkan rasa mandiri.

Menurut National Association of School Psychologists (NASP), anak-anak yang tidak terbiasa mengambil keputusan sendiri cenderung kurang percaya diri dan mudah mengikuti tekanan dari teman sebaya.

Oleh karena itu, Mama perlu menjelaskan bahwa pertemanan yang sehat seharusnya berjalan seimbang, dengan beberapa cara berikut:

  • Berikan apresiasi yang tulus dan konsisten untuk membangun rasa percaya diri anak.

  • Berikan ruang bagi si Anak untuk mengambil keputusan kecil setiap hari. Contohnya memilih baju, menentukan menu camilan, atau memilih aktivitas saat libur.

  • Diskusikan contoh nyata dari cerita, film, atau pengalaman sehari-hari. Mama bisa menanyakan, “kalau kamu dipaksa ikut main padahal ingin main lain, apa yang bisa kamu lakukan?”

Pastikan anak mengetahui bahwa teman yang baik memberi ruang bagi si Anak untuk mengekspresikan diri, berbagi pendapat, dan membuat pilihan.

7. Teman yang selalu membandingkan dengan orang lain

Freepik

Membandingkan adalah hal yang wajar jika dilakukan sesekali dan dengan tujuan positif, misalnya untuk mengevaluasi diri dan belajar menjadi lebih baik.

Namun, jika teman selalu membandingkan antara anak dengan orang lain. Hal ini bisa membuat anak merasa tidak cukup baik.

Lama-kelamaan, anak bisa kehilangan kepercayaan diri dan selalu merasa tertekan untuk menjadi orang lain.

Mama bisa mengajarkan bahwa setiap anak unik dan memiliki kelebihan masing-masing, dengan beberapa cara berikut:

  • Sering mengingatkan anak bahwa setiap anak unik, sehingga ia tidak perlu merasa kurang hanya karena dibandingkan.

  • Ajarkan anak untuk menjawab perbandingan dengan percaya diri, misalnya, “Aku punya caraku sendiri.”

  • Bantu anak menemukan lingkungan yang mendukung kelebihan dirinya, sehingga ia merasa dihargai tanpa harus dibandingkan.

Dengan membatasi diri dari teman seperti ini, anak akan lebih bisa fokus pada pengembangan dirinya tanpa terbebani rasa minder.

Itulah 7 jenis teman yang harus diwaspadai anak demi kesehatan mentalnya. Dengan bimbingan yang konsisten dari Mama, si Anak bisa lebih bijak dalam memilih lingkungan pertemanan yang sehat.

Editorial Team