Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
Kapan Anak Boleh Punya Handphone Sendiri? Simak Faktanya!
Freepik

Pertanyaan "Mama, kapan aku boleh punya ponsel sendiri?" mungkin sudah tidak asing lagi di telinga orangtua, terutama dari anak berusia 9-12 tahun yang akan masuk ke jenjang SMP dan beranjak remaja.

Banyak orang tua yang hanya memberikan jawaban spontan seperti "nanti ya," "sabar ya, kalau udah besar," atau "tunggu ya SMA nanti," tanpa memahami betul apa yang sebenarnya terjadi di dalam otak si Anak di usia tersebut.

Namun, pertanyaan ini sebenarnya bukan hanya soal umur semata, tetapi lebih kepada kesiapan mental dan pemahaman akan tanggung jawab.

Mama perlu memahami bahwa pemberian handphone pada si Anak bukan sekadar memberikan gadget, tapi memberikan akses ke dunia digital yang luas dengan segala konsekuensinya.

Oleh karena itu, penting bagi Mama untuk memahami aspek perkembangan otak anak dan risiko yang mungkin timbul sebelum memutuskan kapan waktu yang tepat.

Di artikel ini, Popmama.com telah merangkum informasi seputar kapan anak boleh punya handphone sendiri? Simak faktanya!

Memahami Perkembangan Otak Anak Usia 9-12 Tahun

Freepik

Usia 9-12 tahun merupakan periode kritis dalam perkembangan otak si Anak.

Pada masa ini, otak bagian amygdala yang berfungsi sebagai pusat emosi sedang mengalami perkembangan pesat, sementara otak bagian prefrontal cortex yang berperan sebagai pengendali logika dan impuls belum sepenuhnya matang.

Kondisi ini membuat si Anak masih dalam fase di mana emosi dan logika sedang berkembang secara bersamaan.

Ketidakseimbangan perkembangan ini menyebabkan si Anak seringkali membuat keputusan berdasarkan emosi daripada logika.

Mama mungkin sering melihat si Anak bereaksi berlebihan terhadap hal-hal kecil atau kesulitan mengendalikan keinginannya.

Dalam konteks penggunaan handphone, hal ini berarti anak umur 9-12 tahun belum sepenuhnya mampu mengontrol diri ketika berinteraksi dengan konten digital atau mengatur waktu penggunaannya dengan bijak.

Risiko yang Mengintai Anak dengan Handphone pribadi

Freepik

Memberikan handphone pada si Anak usia 9-12 tahun tanpa pengawasan yang memadai dapat menimbulkan berbagai risiko.

Risiko pertama adalah masalah kebablasan screen time, di mana si Anak dapat menghabiskan berjam-jam menatap layar tanpa kontrol waktu yang baik.

Hal ini dapat mengganggu pola tidur, aktivitas fisik, dan interaksi sosial yang penting untuk perkembangannya.

Risiko kedua adalah kecenderungan si Anak untuk mengikuti tren berbahaya tanpa berpikir panjang. Dengan akses internet yang mudah, si Anak mungkin terpapar challenge atau tren viral yang tidak aman.

Selain itu, si Anak juga berisiko terpapar konten yang tidak sesuai dengan usianya karena belum memiliki kesiapan mental yang cukup kuat untuk memilah informasi mana yang pantas atau tidak pantas untuk dikonsumsi.

Risiko terbesar juga datang dari potensi si Anak yang menjadi minder atau kehilangan kepercayaan diri karena komentar online.

Dunia maya seringkali tidak ramah pada anak-anak, dan si Anak yang belum memiliki ketahanan mental yang cukup dapat terluka secara psikologis karena cyberbullying atau komentar negatif dari pengguna internet lainnya.

Strategi Orang Tua dalam Menghadapi Permintaan Anak Membeli Handphone

Freepik

Ketika si Anak meminta handphone, Mama tidak perlu langsung menolak atau langsung mengabulkan. Mama bisa menerapkan beberapa langkah berikut:

  • Dampingi si Anak saat screen time: daripada memberikan handphone pribadi, Mama dapat mengajak si Anak menggunakan tablet atau laptop bersama dengan pengawasan dan bimbingan langsung.

  • Kurasi konten untuk anak: Mama dapat memilihkan aplikasi, video, atau game yang edukatif dan sesuai dengan usia si Anak. Aktivasi parental control juga menjadi langkah penting untuk membatasi akses si Anak pada konten yang tidak pantas.

  • Ajarkan literasi digital, etika, dan pengelolaan emosi: Mama perlu membekali si Anak dengan pemahaman tentang dunia digital, cara berinteraksi yang baik di internet, dan bagaimana mengelola emosi ketika menghadapi situasi tidak menyenangkan online. Ajaran ini sebaiknya dimulai sebelum si Anak memiliki handphone pribadi.

Tanda-Tanda Kesiapan Anak Memiliki Handphone

Freepik/stockking

Sebelum memutuskan memberikan handphone pada si Anak, Mama perlu memperhatikan beberapa indikator kesiapan yang menunjukkan si Anak sudah siap memegang tanggung jawab tersebut.

Tanda pertama adalah kemampuan si Anak dalam mengelola waktu dan prioritas.

Apakah si Anak sudah bisa menyelesaikan tugas sekolah tepat waktu tanpa harus diingatkan berkali-kali? Apakah si Anak sudah bisa membagi waktu antara bermain dan belajar dengan baik?

Jika si Anak masih belum bisa memenuhi hal-hal tersebut, maka kemungkinan besar, anak mama akan kesulitan mengatur waktu screen time jika diberikan handphone.

Tanda kedua adalah tingkat kejujuran dan komunikasi si Anak dengan Mama.

Anak yang siap memiliki handphone biasanya sudah menunjukkan transparansi dalam bercerita tentang aktivitas sehari-harinya dan tidak menyembunyikan hal-hal penting dari orang tua.

Selain itu, kemampuan si Anak dalam menghadapi frustasi dan mengelola emosi negatif juga menjadi indikator penting.

Jika si Anak masih sering mengamuk atau menunjukan emosi berlebih ketika keinginannya tidak dipenuhi, maka pemberian ponsel mungkin perlu ditunda hingga si Anak lebih matang secara emosional.

Kapan Waktu yang Tepat untuk Memberi Handphone Menurut Ahli?

Freepik

Dilansir dari Child Mind Institute, psikolog Jonathan Haidt memberikan empat gagasan penting terkait kapan anak sebaiknya memiliki handphone:

  • Tidak memberikan handphone sebelum si Anak berusia 14 tahun atau memasuki jenjang SMA. Karena penelitian menunjukkan bahwa pada usia tersebut, otak anak sudah lebih siap menghadapi tantangan dunia digital.

  • Tidak memperbolehkan si Anak memiliki media sosial sebelum usia 16 tahun. Media sosial memiliki dampak psikologis yang kompleks dan dapat mempengaruhi rasa percaya diri serta perkembangan sosial si Anak.

  • Jadikan lingkungan belajar bebas dari gangguan teknologi agar si Anak dapat fokus pada pembelajaran dan interaksi sosial langsung.

  • Berikan si Anak ruang bermain bebas tanpa pengawasan berlebihan. Hal ini penting untuk mengembangkan kemandirian, kreativitas, dan kemampuan problem solving si Anak secara natural.

Dengan menerapkan keempat prinsip ini, Mama dapat membantu si Anak tumbuh dengan sehat di era digital sambil tetap mempertahankan perkembangan yang optimal.

Itulah informasi seputar kapan anak boleh punya handphone sendiri? Simak faktanya! Memberikan handphone pada si Anak bukanlah tentang mengikuti tren atau tekanan sosial, Ma, melainkan tentang memastikan anak sudah siap secara mental untuk menghadapi dunia digital yang kompleks.

Editorial Team