Dari penjelasan di atas, bisa diketahui bahwa eggshell parenting bukanlah pola asuh yang baik diterapkan pada anak-anak. Pada dasarnya, anak-anak hanyalah sosok polos yang membutuhkan banyak arahan dari kedua orangtua.
Penerapan eggshell parenting dalam kehidupan sehari-hari juga memiliki dampak kurang baik untuk mental anak, di antara lain:
Anak-anak yang dibesarkan dengan pola asuh eggshell parenting sering kali mengalami depresi dan kecemasan. Hal ini karena orangtua yang emosinya tidak stabil membuat anak selalu khawatir akan reaksi Mama maupun Papa.
Ketidakpastian tersebut menciptakan lingkungan yang penuh tekanan, sehingga anak-anak sulit merasa rileks dan menjadi rentan terhadap gangguan kecemasan serta depresi.
Anak yang terus-menerus terpapar perilaku emosional tidak stabil dan tidak terduga dari orangtua dapat mengalami gangguan stres pasca trauma (PTSD). Gejala PTSD pada anak-anak ditandai dengan mimpi buruk, kesulitan tidur, dan kecemasan yang ekstrem.
Anak-anak yang dibesarkan dengan eggshell parenting menjadi mudah marah atau tersinggung. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan mereka untuk selalu menyesuaikan diri dengan perubahan suasana hati orang tua.
Ketidakmampuan untuk mengekspresikan perasaan secara sehat membuat mereka mudah marah dan reaktif terhadap situasi yang menekan.
Anak-anak yang dibesarkan dalam lingkungan eggshell parenting cenderung suka berargumen dengan cara yang kurang baik. Sebab, mereka meniru perilaku orangtua yang tidak konsisten dan sering berkonflik.
Akibatnya, anak-anak bisa mengembangkan kebiasaan berkomunikasi yang argumentatif dan konfrontatif.