7 Kesalahan Orangtua Mempertahankan Pernikahan Demi Anak

Pertahankan sesuatu yang layak, bukan karena demi anak

8 Januari 2022

7 Kesalahan Orangtua Mempertahankan Pernikahan Demi Anak
Freepik.com/rawpixel

Mempertahankan pernikahan bukanlah hal yang mudah. Justru pada sebagian rumah tangga perlu perjuangan keras demi menjaga keutuhan keluarga.

Tidak semua hubungan pernikahan akan berjalan harmonis seterusnya. Kerap kali kita temui beberapa masalah hingga berada di titik perceraian.

Namun, banyak yang berusaha untuk mempertahankan pernikahannya demi anak.

Tentu para orangtua ingin yang terbaik untuk anaknya dan salah satunya adalah ingin mereka memiliki keluarga yang utuh, meski cinta di antara kedua orangtua sudah rapuh atau bahkan hilang.

Padahal bertahan pada hubungan yang sudah rapuh hanya demi anak ternyata tidak menjamin anak dapat merasa bahagia, lho. 

Malah bisa jadi anak merasa dirinya adalah beban bagi orangtua.

Banyak juga anak yang merasa tertekan berada di rumah karena sering mendapati orangtuanya bertengkar.

Agar tidak salah dalam mengambil keputusan, berikut Popmama.com akan merangkum mengenai mempertahankan pernikahan demi anak itu salah. Yuk simak!

1. Tidak menjadi contoh baik untuk anak

1. Tidak menjadi contoh baik anak
Freepik/Bearfotos

Hubungan yang sudah rapuh dan bertahan dalam lingkaran yang tidak sehat bukanlah contoh baik untuk anak-anak. Terdapat kemungkinan besar untuk anak meniru perilaku tersebut.

Apalagi jika anak belum paham mana yang baik dan mana yang buruk.

Anak-anak mungkin menerima begitu saja dalam suatu hubungan karena mereka terbiasa melihat banyak orangtua bertengkar.

Tentu saja, akan lebih berbahaya lagi jika kekerasan verbal atau fisik dipandang sebagai bentuk lain dari kasih sayang. 

2. Anak akan selalu membandingkan orangtuanya sendiri dengan orangtua temannya

2. Anak akan selalu membandingkan orangtua sendiri orangtua temannya
Freepik

Pernikahan yang didasari oleh cinta dan yang tidak tentu akan sangat terlihat perbedaannya. Anak pun pasti akan dapat merasakannya.

Apalagi jika orangtuanya tidak sering menghabiskan waktu bersama, sibuk satu sama lain.

Yang pada akhirnya anak akan jarang atau bahkan tidak pernah sama sekali merasakan berkumpul bersama keluarga.

Hal ini dapat membuat anak menjadi selalu membandingkan keluarganya dengan keluarga orang lain.

Bisa jadi anak merasa cemburu dengan teman-temannya yang sering menghabiskan banyak waktu bersama keluarga.

Apabila masalah ini tidak segera di atasi oleh Mama, masalah ini dapat semakin membesar misal ketika anak menganggap dirinya tidak dicintai lagi.

Editors' Pick

3. Anak menyadari bahwa orangtuanya tidak lagi mencintai satu sama lain

3. Anak menyadari bahwa orangtua tidak lagi mencintai satu sama lain
Freepik

Mempertahankan pernikahan demi anak memang termasuk perbuatan yang baik.

Namun, terkadang maksud baik tersebut malah menjadi bomerang bagi Mama dan Papa. Selalu mencoba berusaha untuk tampak baik-baik saja, para orangtua berpura-pura memiliki hubungan yang harmonis agar anak tidak curiga.

Tetapi sampai kapan Mama dan Papa bisa mempertahankan kepura-puraan ini?

Padahal di balik itu semua, baik Mama dan Papa sudah merasa lelah.

Pada akhirnya perlahan hubungan akan memburuk dan hal ini diketahui oleh anak. Lalu mereka dapat merasakan apabila kedua orangtuanya sudah tidak saling mencintai lagi. 

4. Membuat anak selalu menyalahkan diri

4. Membuat anak selalu menyalahkan diri
Pixabay/sasint

Anak-anak kerap merasa masalah yang menghampiri keluarganya adalah bagian dari kesalahan mereka sehingga mereka sering kali menyalahkan diri mereka sendiri. 

Jika dibiarkan, mereka akan berkutat dengan pikiran bahwa mereka buruk, nakal, tidak bisa membuat bangga, membuat pertengkaran orangtua, membuat kekecewaan, dan menyebabkan orangtua berpisah. 

Jika mereka tahu orangtuanya hanya mempertahankan pernikahan demi ia, akan menyebabkan anak selalu bertanya-tanya dan terus berpikir bahwa merekalah penyebab orangtuanya tidak bahagia.

5. Membuat anak selalu merasa rendah diri

5. Membuat anak selalu merasa rendah diri
imperfectfamilies.com

Seperti ini Ma, ketika orangtua mempertahankan pernikahan hanya demi anak bukan dari perasaan yang memang masih utuh kerap membuat anak merasa rendah diri. 

Artinya di sini adalah efek ketika hubungan yang tetap dipertahankan tetapi tidak ada perasaan utuh di dalamnya membuat anak sulit bersosialisasi. 

Anak akan merasa malu, rendah diri dan iri pada teman-temannya yang masih memiliki keluarga yang utuh dan baik-baik saja.

6. Mereka bisa merasa kurang mendapat kasih sayang

6. Mereka bisa merasa kurang mendapat kasih sayang
Freepik/freepik

Setiap anak pasti mengharapkan kasih sayang dari orangtua yang sudah melahirkan dan membesarkannya. Sayangnya tidak semua orangtua dapat memberikan hal tersebut. Terlebih mereka yang memang belum siap menjadi orangtua. Namun, mereka dalam posisi bertahan demi si Anak. 

Padahal ini dapat membuat anak menjadi korban. Sebagian besar dari mereka merasa kurang mendapatkan kasih sayang dari orangtuanya. Alasannya karena ayah dan ibunya terlalu fokus pada masalahnya masing-masing sehingga sering kali melupakan kebahagiaan anak.

7. Membuat anak merasa tertekan karena sering mendengar orangtua bertengkar

7. Membuat anak merasa tertekan karena sering mendengar orangtua bertengkar
parentingskillsblog.com

Tidak ada anak yang ingin melihat orang tuanya bertengkar. Bahkan, hal ini akan sangat berdampak besar pada kehidupan mereka. Banyak sekali anak yang melampiaskan kemarahannya dengan cara-cara yang salah.

Mulai dari suka membuat keributan hingga menjadi tukang bully.

Kebanyakan dari mereka sering membuat masalah karena ingin mencari perhatian dari Papa dan Mamanya.

Pastinya anak merasa tertekan apabila setiap harinya dibangunkan oleh perdebatan sengit dari orangtuanya sendiri.

Perlu diketahui bahwa tak apa Ma, untuk bercerai jika itu memang salah satu keputusan yang terbaik.

Daripada anak menjadi sulit berkembang dengan baik jika berada di tengah-tengah hubungan yang tidak sehat di ruang lingkup keluarganya sendiri.  

Itulah pertimbahan yang harus disasari bahwa ada beberapa kesalahan pemikiran jima orangtua mempertahan pernikahan demi anak.

Jadi, Mama dan Papa bisa mulai pertimbangkan baik-baik lagi, ya.

Baca Juga: 

The Latest