Pentingnya Menjelaskan ke Anak Remaja tentang Solidaritas Positif

Langkah penting cegah potensi anak melakukan penyerangan dan kekerasan terhadap orang lain

28 Februari 2023

Penting Menjelaskan ke Anak Remaja tentang Solidaritas Positif
Freepik

Sebagai orangtua, peran kita dalam membimbing anak tak hanya harus penuh memperhatikan hal akademik saja, ya, Ma.

Lebih daripada itu, memastikan anak bisa tumbuh menjadi pribadi yang berperilaku baik, kritis, dan menghindari kekerasan adalah bagian dari pola asuh krusial yang menjadi tanggungjawab Mama dan Papa.

Tatkala Mama dan Papa telah mencoba menerapkan lingkungan yang baik agar anak selalu merasa tenang dan damai di rumah, bisa jadi si anak malah terpicu faktor lainnya yang membuatnya menjadi agresif, contohnya adalah terpengaruh ajakan buruk dari teman-temannya. 

Maka dari itu, peran Mama dan Papa lagi-lagi tidak boleh lalai dalam memberikan pengarahan yang besar bagi anak dalam membentuk lingkaran pertemanan yang sehat. 

Apalagi seiring bertambahnya usia mereka, anak remaja akan lebih banyak bertemu dengan orang-orang yang punya kepribadian berbeda-beda.

Maka dari itu, peran Mama dan Papa lagi-lagi tidak boleh lalai dalam memberikan pengarahan yang besar bagi anak dalam membentuk lingkaran pertemanan yang sehat. 

Dalam sebuah pertemanan biasanya timbul rasa solidaritas, yaitu sebuah keterikatan yang membuat dua orang atau lebih merasa satu nasib akibat timbulnya perasaan setia kawan. 

Solidaritas tentu baik karena membuat pertemanan terasa kompak. Namun, akan berbahaya jika solidaritas diatasnamakan untuk melakukan hal negatif.

Maka dari itu, ajarkan anak remaja mama pentingnya menerapkan solidaritas positif, yuk! 

Supaya anak tidak salah kaprah mengartikan solidaritas, berikut beberapa contoh tindakan solidaritas positif bagi anak remaja yang bisa anak lakukan sejak usia sekolah.

Teori Solidaritas dari Durkheim

Teori Solidaritas dari Durkheim
wikipedia.org

Sebelum masuk ke pembahasan contoh, ada baiknya kita pahami dulu, yuk, Ma, apa itu pengertian solidaritas menurut ahli. 

Emile Durkheim adalah salah satu tokoh sosiologi modern yang terkenal. Sebagai seorang sosiolog, Durkheim banyak mengobservasi fenomena sosial di masyarakat. 

Menurut Durkheim, pengertian solidaritas adalah rasa kesetiakawanan yang terjadi di dalam hubungan antara individu atau kelompok didasarkan pada perasaan moral dan saling percaya yang diperkuat oleh pengalaman emosional bersama.

Jadi, berdasarkan teori tersebut, jika anak mama memiliki teman dekat yang sudah lama menjalin pertemanan, nantinya akan tumbuh perasaan saling percaya dan dorongan untuk bisa saling membantu satu sama lain di antara mereka. 

Solidaritas akan sangat bermanfaat sebagai landasan untuk berbuat kebaikan. Namun, akan sangat fatal akibatnya jika disalahgunakan untuk menormalisasikan sebagai ajakan berbuat kejahatan. 

Oleh karena itu, yuk, ajarkan anak dan jelaskan arti solidaritas yang positif yang telah Popmama.com rangkum lewat cara-cara berikut!

1. Suportif terhadap teman yang sedang berjuang

1. Suportif terhadap teman sedang berjuang
Freepik/zinkevych

Menunjukkan solidaritas dapat diwujudkan dengan kehadiran kita yang selalu ada menamani perjuangan teman-teman. 

Yang perlu anak mama tahu, rasa solidaritas dibuktikan dengan selalu menjadi teman suportif yang siap memberikan dukungan kepada teman menghadapi apapun tantangan dan masalah yang sedang mereka hadapi. 

Solidaritas adalah ketika anak mengerti bagaimana cara membuat teman tetap optimis bisa meraih cita-citanya, menghibur teman ketika sedang sedih, menguatkan teman ketika dia sedang berjuang melawan rasa minder, dan memberikan koreksi jika mereka berbuat kekeliruan. 

2. Senang dengan keberhasilan dan pencapaian teman

2. Senang keberhasilan pencapaian teman
Freepik

Salah satu ciri khas dari solidaritas adalah adanya perasaan emosional satu rasa antara satu individu dengan individu lainnya. 

Sebagai teman yang solid, tentu akan senang rasanya melihat teman kita berhasil menggapai keinginannya! 

Kepekaan untuk memberikan apresiasi akan tumbuh jika anak mengetahui dan mengamati seperti apa perjuangan yang telah dilakukan temannya selama ini. Proses itulah yang akan mengantarkan anak untuk bisa mewujudkan solidaritas positif di pertemanannya.

Dengan memahami bahwa setiap keberhasilan itu didapatkan melalui rangkaian usaha yang tak mudah, anak jadi tahu betapa bahagia hati temannya ketika berhasil mencapai sesuatu. 

Hasilnya, rasa solidaritas antara anak dan temannya akan semakin kuat dan memancarkan aura positif karena adanya pemberian dan penerimaan apresiasi.

Mengutarakan apresiasi dapat memunculkan rasa empati dan anak lebih terhindar dari rasa iri dengki yang bisa menimbulkan konflik.

Editors' Pick

3. Kerjasama untuk mencapai tujuan positif

3. Kerjasama mencapai tujuan positif
Freepik

Berbicara tentang solidaritas tentu berkaitan erat dengan kegiatan kerjasama, ya, Ma?

Kerjasama adalah sebuah sikap untuk melakukan pekerjaan bersama-sama dan saling bergotong royong. Umumnya, kerjasama pasti memiliki tujuan bersama yang ingin dicapai. 

Nah, contoh kerjasama sebagai perwujudan solidaritas positif adalah ketika anak-anak belajar membersihkan kelas sesuai dengan jadwal piket, kerjasama dalam tugas kelompok, membuat bekal bersama Mama di dapur, atau bahkan adanya keinginan dari anak mama dan teman-temannya untuk membuka usaha bersama!

Kerjasama yang positif merupakan hal yang baik untuk didukung secara penuh. 

Adapun Mama juga harus membentuk awareness kepada anak mengenai hal-hal apa saja yang boleh dilakukan secara bersama-sama dan hal-hal apa saja yang berdampak buruk serta harus ditolak atau bahkan dihindari oleh si anak ketika mendapatkan ajakan untuk bekerja sama. 

4. Berolahraga dalam bentuk tim

4. Berolahraga dalam bentuk tim
Freepik

Salah satu cara memberikan contoh yang tepat kepada anak mengenai kerjasama dan solidaritas positif adalah mengajak mereka untuk berolahraga secara berkelompok. 

Ini adalah sebuah langkah yang efektif, menyenangkan, dan menyehatkan dalam rangka mengajarkan arti bekerja secara tim kepada anak remaja. 

Jenis-jenis olahraga yang bisa anak pilih adalah basket, voli, sepak bola, futsal, atau kasti.

Anak bisa memainkannya bersama teman-teman sebaya atau bersama keluarga ditemani Mama, Papa, dan saudara-saudara lainnya. 

Jika anak tertarik lebih dalam di bidang olahraga tersebut, jangan enggan untuk mendukung mereka mengikuti ekstrakurikuler di cabang olahraga yang mereka suka, ya, Ma!

5. Menjenguk teman yang sakit

5. Menjenguk teman sakit
Freepik/DCStudio

Di sekolah, anak tentu beberapa kali mendengar kabar temannya yang tidak bisa hadir karena sakit. 

Melakukan inisiasi untuk menjenguk teman yang sedang sakit adalah sebuah bukti telah hadirnya rasa empati dan solidaritas tinggi di dalam lingkungan anak. 

Sebuah perilaku sederhana, namun tindakan ini sangat bermakna, lho, Ma! 

Jika anak mama pernah melakukan hal berikut, itu artinya dia sudah berhasil menumbuhkan rasa solidaritas positif melalui salah satu contoh tindakan yang benar dan tepat.

6. Mengikuti kegiatan sosial

6. Mengikuti kegiatan sosial
Freepik

Selain menunjukkan solidaritas terhadap teman-temannya, anak juga perlu sadar nih, Ma, bahwa penting sekali, lho, mewujudkan rasa solidaritas terhadap masyarakat di dalam ruang lingkup yang lebih besar. 

Contohnya adalah anak bisa aktif berkontribusi melakukan gerakan solidaritas masyarakat seperti:

  • Ikut melakukan kerja bakti; 
  • Aksi menanam pohon;
  • Membantu keluarga atau tetangga di sekitarnya yang mengalami kesulitan dalam melakukan kegiatan tertentu;
  • Mengikuti kegiatan relawan di tempat yang terkena musibah; atau 
  • Ketika usianya sudah cukup dewasa anak bisa memilih melakukan donor darah.

7. Memberikan donasi kepada orang yang membutuhkan

7. Memberikan donasi kepada orang membutuhkan
Freepik/partystock

Berempati adalah kunci untuk melangsungkan solidaritas positif di tengah-tengah masyarakat. Maka dari itu, rasa empati di diri anak juga harus terlatih sejak dini, Ma. 

Tumbuhkanlah empati dan simpati anak dengan mengajak mereka melihat keadaan orang-orang di sekitarnya. 

Selain memberikan bantuan secara fisik atau melalui tindakan langsung di kegiatan sosial, ada baiknya anak juga tahu bahwa terdapat pula orang-orang yang membutuhkan bantuan materi berupa donasi uang atau kebutuhan pokok seperti sandang, pangan, dan papan. 

Apabila anak memiliki rezeki yang cukup, ajaklah mereka untuk berbagi kepada sesama. 

Dari ketujuh contoh tindakan solidaritas positif yang telah dijelaskan di atas, dapat disimpulkan bahwa membangun rasa empati, melatih anak bekerjasama, dan membentuk pergaulan yang positif di sekitar anak adalah kunci anak bisa berbaik hati.

Contoh penyalahgunaan solidaritas dan ancaman hukum yang menjeratnya

Contoh penyalahgunaan solidaritas ancaman hukum menjeratnya
Pixabay/4711018

Baru-baru ini, terjadi sebuah kasus penyerangan dan kekerasan yang melibatkan anak remaja, dengan pelaku berinisial MD(19) dan S (20) serta korbannya yaitu D (17). Tindakan brutal tersebut membuat korban tak sadarkan diri dalam keadaan koma. 

Diketahui pelaku tidak hanya melakukan aksi kekerasan sendirian, ada teman lainnya yang ikut berperan dalam memprovokasi pelaku menyerang korban. 

Tidak hanya memberikan provokasi yang nyata, teman tersebut juga membiarkan pelaku yang terus menerus melakukan kekerasan pada korban di depan matanya. 

Dikutip dari keterangan pelaku, kalimat provokasi yang dilakukan oleh S berbunyi sebagai berikut: 

“Gue kalau jadi lu, pukulin aja, itu parah, Dan."

Dari kalimat tersebut, kita tahu bahwa S telah melakukan sebuah langkah suportif dalam solidaritas yang keliru. Bukannya membantu MD untuk tenang dan mencoba menyelesaikan masalah dengan kepala dingin, justru S malah menyarankan MD untuk melakukan kekerasan. 

Apalagi dengan tindakan S yang dengan sengaja dan sadar membantu MD serta membiarkan MD melakukan penganiayaan yang brutal. Peran S juga sangat ironis, ia malah mengabadikan momen tersebut melalui rekaman video. 

Karena korban adalah anak di bawah umur, pelaku kekerasan, MD dan turut serta, S,  dijerat dengan pasal Pasal 76c juncto Pasal 80 UU Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak. 

Adapun pasal 76 Huruf C UU Nomor 35 Tahun 2014 berbunyi sebagai berikut:

“Setiap orang dilarang menempatkan, membiarkan, melakukan, menyuruh melakukan, atau turut serta melakukan Kekerasan terhadap Anak.”

Lalu, pasal 80 UU Nomor 35 Tahun 2014 menegaskan mengenai sanksi:

“Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76C, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 tahun 6 bulan dan/atau denda paling banyak Rp72.000.000 (tujuh puluh dua juta rupiah).”

Di mata hukum, kedua pelaku sudah dianggap sebagai orang dewasa karena sudah berusia di atas 18 tahun. 

Maka dari itu, tidak berlaku bagi mereka ketentuan upaya diversi hukum pidana walaupun hukuman atas tindakan mereka memiliki ancaman hukuman penjara di bawah 7 tahun. 

Menurut UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, upaya diversi hanya berlaku jika pelaku kekerasan adalah anak dalam rentang usia 12-18 tahun. 

Itulah, Ma, penjelasan mengenai solidaritas positif pada anak remaja serta contoh kasus penyalahgunaannya. 

Semoga anak remaja kita bisa terhindar dari penyalahgunaan kata solidaritas yang mengatasnamakan pertemanan untuk melakukan kriminal, ya, Ma!

Baca juga:

The Latest