10 Dampak Pernikahan Dini pada Remaja yang Wajib Diketahui

Banyak anak yang mengajukan dispensasi menikah, ini dampak pernikahan dini yang mungkin terjadi

27 Januari 2023

10 Dampak Pernikahan Dini Remaja Wajib Diketahui
Freepik/Freepik

Belakangan ini, netizen di media sosial dibuat miris dengan adanya pemberitaan terkait ratusan anak Indonesia yang mengajukan dispensasi menikah di usia dini.

Terhitung sejak beberapa tahun terakhir, terdapat beberapa Pengadilan Agama (PA) di Indonesia yang mengabulkan permohonan tersebut. Alasannya adalah karena mayoritas anak-anak di bawah umur tersebut telah hamil duluan sebelum menikah.

Fenomena ini tentu saja membuat banyak pihak, termasuk pemerintah dan para orangtua, agar bebanah diri dalam melakukan serangkaian upaya untuk mencegah terjadinya pernikahan dini pada anak-anak.

Pernikahan dini disebut sebagai salah satu bentuk kekerasan terhadap anak, karena dapat memberikan dampak tersendiri bagi sang anak, atau pun calon anak yang akan dilahirkannya kelak.

Untuk mencegah terjadinya hal tersebut, yuk, ketahui deretan dampak pernikahan dini pada remaja yang telah Popmama.com rangkum dalam artikel berikut ini. 

1. Tidak memiliki landasan hukum

1. Tidak memiliki landasan hukum
kemenaglampungtimur.id

Seperti diketahui bersama bahwa peraturan pernikahan di Indonesia adalah ketika pasangan telah memenuhi syarat pernikahan, salah satunya cukup umur yaitu 19 tahun.

Memang benar secara agama pernikahan yang dilakukan dikatakan sah, tetapi jika pernikahan melanggar batas umum minimum usia atau pernikahan dini, maka pernikahan tersebut dinyatakan tidak memiliki landasan hukum.

Hal ini sebagaimana tertuang dalam pasal 20 dan 21 UU No. 1 tahun 1974 yang berisi, pegawai pencatat pernikahan tidak diperbolehkan untuk membantu melangsung pernikahan jika ada pelanggaran ketentuan batas umur minimum pernikahan, sehingga pernikahan dini biasanya terjadi tidak tercatat dalam Kantor Pencatat Nikah seperti KUA atau Kantor Catatan Sipil.

Jika tidak ada landasan hukum, akan berdampak kerugian, khususnya dari pihak perempuan, seperti tidak memiliki dokumen pernikahan dan anak yang dilahirkan akan sulit mendapatkan hak seperti warisan atau tunjangan keluarga.

2. Terhambatnya pendidikan

2. Terhambat pendidikan
Pexels/Karolina Grabowska

Selain karena alasan hamil duluan, mayoritas pelapor yang mengajukan permohonan dispensasi menikah adalah mereka yang telah putus sekolah. Dampak inilah yang juga harus diperhatikan bagi anak-anak.

Ketika anak usia remaja berkeinginan untuk menikah dini, mayoritas dari mereka akan mulai mengalami penurunan motivasi belajar dan membuat pendidikan mereka menjadi terhambat, bahkan sampai harus putus sekolah.

    3. Kemungkinan menelantarkan anak

    3. Kemungkinan menelantarkan anak
    Pexels/Pixabay

    Pernikahan muda juga disebut bisa merusak generasi anak, Ma. Hal ini karena kemungkinan menelantarkan anak menjadi cukup tinggi.

    Ketika anak remaja memutuskan menikah dini, seringkali mereka akan melahirkan banyak anak karena tidak menjalani keluarga berencana dan tidak memahami betul pentingnya alat kontrasepsi. Kondisi tersebut bisa mengakibatkan anak yang tidak terpenuhi kebutuhannya dan harus diterlantarkan oleh orangtuanya.

    4. Tidak ada jaminan masa depan

    4. Tidak ada jaminan masa depan
    Freepik/freepik
    Ilustrasi

    Menyambung dampak pernikahan dini pada remaja sebelumnya, anak-anak yang memutuskan menikah di usia yang belum siap juga bisa berdampak pada masa depan mereka yang kurang terjamin. Salah satunya dilihat dari pendidikan anak yang menjadi terhambat.

    Jika anak mengalami hal ini, tentu saja masa depan emas yang harusnya bisa diraih, harus pupus di tengah jalan karena pernikahan dini yang belum dipersiapkan dengan baik.

      Editors' Pick

      5. Timbulnya KDRT

      5. Timbul KDRT
      Pexels/Karolina Grabowska

      Kekerasan dalam Rumah Tangga atau KDRT juga bisa menjadi dampak pernikahan dini pada remaja. Berdasarkan data yang pernah dibagikan UNICEF, terbukti jika angka kekerasan akibat pernikahan dini sangatlah tinggi.

      Hal ini terjadi karena pasangan perempuan yang umumnya menikah dengan laki-laki yang usianya lebih dewasa darinya tidak memiliki kekuatan dalam bernegosiasi. Akibatnya, timbul kekerasan dalam rumah tangga.

      6. Kasus perceraian yang tinggi

      6. Kasus perceraian tinggi
      Pixabay/stevepb
      Perceraian

      Di usia remajanya yang masih harus menyiapkan masa depan, anak justru harus mulai menata keluarga barunya setelah menikah. Kondisi yang kerap kali membuat seorang remaja tidak siap dengan adanya perubahan yang ada setelah menikah.

      Seorang remaja yang melakukan pernikahan dini masih dibilang labil dalam mengendalikan emosi, sehingga mereka akan sulit menyelesaikan masalah dengan baik dan berujung pada maraknya kasus perceraian.

      7. Menimbulkan pekerja anak

      7. Menimbulkan pekerja anak
      Freepik/Freepik

      Usia remaja yang seharusnya masih mengenyam pendidikan, nyatanya adanya pernikahan dini justru membuat mereka harus menjalankan tugas selayaknya orang berumah tangga.

      Untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga tersebut, mereka harus terbiasa dengan dunia pekerjaan meski pendidikannya belum terpenuhi atau belum terlalu tinggi. Alhasil, anak akhirnya hanya bisa mengerjakan pekerjaan yang kurang memadai dan tanpa kontrak yang bisa mengganggu psikologis remaja.

      8. Adanya tekanan sosial

      8. Ada tekanan sosial
      Freepik/diana.grytsku

      Dampak pernikahan dini pada remaja berikutnya adalah membuat anak mendapat tekanan sosial, baik dari keluarga terdekat, teman, hingga masyarakat. 

      Bagi remaja laki-laki, mereka dituntut untuk bisa menjalankan perannya sebagai kepala rumah tangga dan harus mencari nafkah. Sementara pasangan perempuannya juga dituntut untuk bisa mengurus rumah tangga sekaligus anaknya kelap meski secara psikologis mereka belum siap sepenuhnya akan tanggung jawab tersebut.

      Ketika pasangan muda tidak bisa memenuhi tuntutan tersebut, dampaknya mungkin anak akan dikucilkan dan dicap buruk oleh sekelilingnya. Jika sudah seperti ini, anak juga semakin sulit mendapat dukungan yang mereka butuhkan.

      9. Gangguan mental

      9. Gangguan mental
      Freepik/Jcomp

      Dampak pernikahan dini pada remaja yang tak kalah penting diperhatikan adalah masalah kesehatan mental yang terganggu. Berdasarkan penelitian yang ada, diperlihatkan bahwa remaja yang menikah dini lebih berisiko terkena gejala gangguan mental misalnya, kecemasan, depresi, dan trauma psikologis seperti PTSD.

      10. Gangguan kesehatan fisik

      10. Gangguan kesehatan fisik
      Freepik/Rawpixel.com

      Selain kesehatan mental, kesehatan fisik juga bisa menjadi dampak pernikahan dini pada remaja. Disebutkan bahwa perempuan yang menikah di bawah usia 20 tahun lebih tinggi risiko terkena kanker rahim, karena keadaan sel sel leher rahim yang belum matang sempurna.

      Minimnya pengetahuan terkait keluarga berencana dan alat kontrasepsi juga bisa meningkatkan terjadinya penyakit HIV/AIDS. Tak hanya itu, anak di bawah umur yang melahirkan seorang anak juga cenderung melahirkan bayi dengan gangguan kesehatan lainnya, bahkan meningkatkan risiko kematian.

      Dengan memahami dampak pernikahan dini pada remaja di atas, diharapkan para orangtua dapat dengan bijak memberikan pemahaman kepada anak-anaknya tentang bahaya pernikahan dini pada anak. 

      Meskipun pada dasarnya pernikahan dini juga memiliki dampak yang positif, tetapi pencegahan bisa dipertimbangkan untuk menghindari kelakuan para remaja yang tidak diinginkan serta tidak menimbulkan kerugian lain yang mungkin dialami.

      Baca juga:

      The Latest