Peran Dokter dalam Pemanfaatan Fitofarmaka untuk Kesehatan Keluarga

Terbukti secara ilmiah, inilah obat herbal fitofarmaka yang mulai bayak diresepkan oleh dokter

11 Maret 2023

Peran Dokter dalam Pemanfaatan Fitofarmaka Kesehatan Keluarga
Dok. OMAI Fitofarmaka

Apakah Mama dan anak mama sudah mengetahui tentang fitofarmaka? Ini adalah jenis obat herbal yang telah terbukti secara ilmiah, yang berguna untuk menyembuhkan dan meredakan gejala penyakit tertentu.

Nah, obat jenis ini menjadi salah satu golongan obat yang ada di Indonesia selain obat tradisional seperti jamu dan obat herbal terstandar atau OHT.

Kendati sudah terbukti ilmiah dan dibuat dengan standar khusus yang telah terbukti keamanannya, nyatanya penggunaan obat ini masih belum banyak diketahui dan belum banyak diresepkan oleh dokter kepada pasien.

Tidak menutup kemungkinan pasien anak juga diberikan obat golongan ini. Sehingga, penting bagi Mama dan Papa mengenali dan mengetahui apa itu obat fitofarmaka secara jelas.

Untuk memanfaatkan peran obat fitofarmaka lebih dalam, PB Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dan PT Dexa Medica telah menyelenggarakan Seminar Series bertajuk "Seminar Fitofarmaka: Peran Dokter dalam Pemanfaatan Fitofarmaka Untuk Pelayanan Kesehatan".

Dalam seminar tersebut, dipaparkan bagaimana pengembangan obat fitofarmaka dan penggunaannya yang saat ini mulai banyak diresepkan oleh dokter kepada pasien.

Bisa jadi pengetahuan baru bagi anak dan Mama sekalian, yuk simak rangkuman yang telah Popmama.com siapkan berikut ini untuk mengetahui lebih jauh seputar obat fitofarmaka.

1. Apa itu obat fitofarmaka?

1. Apa itu obat fitofarmaka
Pexels/Pixabay

Masyarakat Indonesia mungkin sudah tak asing dengan penggunana jamu sebagai obat herbal dalam mengobati berbagai jenis penyakit. Nah, ternyata tak hanya jamu, Indonesia juga memiliki golongan obat berbahan alam lain yang dikenal dengan nama fitofarmaka.

Obat berbahan alam di Indonesia dibagi dalam tiga kelompok yakni jamu yang berbasis empiris, Obat Herbal Terstandar (OHT) yang sudah melalui proses uji pra-klinik, dan fitofarmaka yang sudah melalui uji pra-klinik dan juga uji klinik.

Nah, melansir dari berbagai sumber, golongan obat fitofarmaka dibuat dari bahan-bahan yang terstandarkan dan dibuktikan keamanan serta khasiatnya secara ilmiah.

Proses pembuatan obat ini sangatlah panjang. Obat ini harus melalui uji praklinis pada hewan maupun manusia, sehingga dapat diketahui khasiat dan perbedaannya dalam percobaan tersebut. Meskipun sama-sama obat herbal, tetapi obat ini bisa diresepkan oleh para dokter karena keamanan dan khasiatnya telah teruji secara ilmiah.

Beberapa obat fitofarmaka yang telah diproduksi di Indonesia antara lain obat immunomodulator, obat tukak lambung, obat antihipertensi, obat antidiabetes, serta obat untuk melancarkan sirkulasi udara dan meningkatkan kadar albumin.

2. Peran dokter dalam memanfaatkan fitofarmaka

2. Peran dokter dalam memanfaatkan fitofarmaka
Freepik/jcomp

Dalam Seminar Fitofarmaka: Peran Dokter dalam Pemanfaatan Fitofarmaka Untuk Pelayanan Kesehatan, Ketua IDI Wilayah Jawa Barat dr. Eka Mulyana, SpOT(K)., FICS., M.Kes., SH., MH.Kes., menyebutkan bahwa dokter sebagai profesi medis harus memahami bahwa fitofarmaka dapat diresepkan sesuai kondisi pasien.

Senada dengan dr. Eka, Ketua Umum PB IDI Dr. dr. Adib Khumaidi, SpOT juga menegaskan bahwa dokter memiliki peran penting agar Fitofarmaka semakin banyak digunakan.

Dalam paparan yang disamapiakannya, dr. Adib mengatakan, “Yang paling penting adalah dukungan dari dokter Indonesia sendiri untuk kemudian kalau itu teruji klinis maka bisa diresepkan. Kalau sudah diresepkan, maka seharusnya dapat masuk fornas BPJS Kesehatan.

“Sekarang ada namanya OMAI, Obat Modern Asli Indonesia,” imbuh dr. Adib seraya menambahkan bahwa pengembangan OMAI Fitofarmaka harus berbasis riset dan juga melibatkan kemitraan pentahelix.

Melihat kilas balik awal pandemi Covid-19 di Indonesia beberapa tahun lalu, Distribusi Kefarmasian Ditjen Farmalkes Kemenkes Dr. dra. Agusdini Banun Saptaningsih, Apt, memaparkan bahwa saat itu stok bahan baku obat cukup sulit dan hanya cukup untuk kebutuhan 4-5 bulan saja.

Kondisi inilah yang kemudian menyadarkan pemerintah untuk mendorong kemandirian farmasi di Indonesia, salah satunya melalui pengembangan OMAI Fitofarmaka. Namun, Dr. Agusdini menyayangkan karena saat ini, hanya sekitar 22 item saja yang telah memiliki izin edar fitofarmaka.

Ketua Umum Perkumpulan Disiplin Herbal Medik Indonesia (PDHMI), DR. dr. Slamet Sudi Santoso, M.Pd.Ked, menyebutkan bahwa peluang pengembangan fitofarmaka sangat besar potensinya. Bahkan, saat ini pun sudah banyak regulasi yang mendukung pengembangan fitofarmaka.

3. Kemenkes anjurkan dokter meresepkan OMAI fitofarmaka

3. Kemenkes anjurkan dokter meresepkan OMAI fitofarmaka
Freepik/8photo

Lebih lanjut, Dr. Agusdin juga menyampaikan agar dokter tak perlu ragu meresepkan OMAI ke pasien. Hal ini karena Kemenkes telah merilis Formularium Fitofarmaka. Ia juga meyakinkan para dokter bahwa OMAI fitofarmaka dapat diresepkan kepada pasien. Peresepan fitofarmaka untuk pasien harus merujuk pada Formularium Fitofarmaka.

"Banyak dokter yang belum paham cara menggunakan fitofarmaka. Untuk itu, beberapa waktu lalu Kemenkes sudah bertemu dengan sejumlah Fakultas Kedokteran, Kemdikbudristek, dan KKI agar kurikulum obat tradisional di seluruh Indonesia diseragamkan," imbuh Dr. Agusdini.

dr. Adib juga menambahkan bahwa banyak sejawat dokter yang belum mengenal fitofarmaka. Maka dari itu IDI berkomitmen untuk melakukan sosialisasi secara massif mengenai fitofarmaka ke dokter-dokter di seluruh Indonesia. Salah satunya lewat seminar tersebut yang belum lama ini digelar di Hotel Holiday Inn, Bandung.

Director of Research and Business Development Dexa Group, Prof. Raymond juga turut memaparkan tentang Kejayaan Obat Modern Asli Indonesia (OMAI). Menurutnya, obat berbahan alam harus memiliki standar dan teruji baik secara klinis maupun pra-klinis. Dexa Group, kata Prof Raymond, telah menerapkan teknologi modern dalam pengembangan OMAI.

"Kita harus memastikan aspek keamanan OMAI. Badan POM sudah memiliki pharmacovigillance sehingga bisa memonitor aspek keamanan dari OMAI," ungkap Prof. Raymond.

Contoh dari produk OMAI Redacid adalah yang mampu membantu mengatasi masalah lambung. Redacid juga masuk dalam Formularium Fitofarmaka yang diluncurkan Kementerian Kesehatan pada tahun 2022 lalu.

Dengan dilakukannya sosialisasi seperti ini, diharapkan para dokter banyak yang memanfaatkan penggunana obat berbahan alam fitofarmaka agar bisa diresepkan kepada pasien, sehingga penggunaannya dapat dioptimalkan dalam menyembuhkan atau meredakan gejala penyakit tertentu.

Baca juga:

The Latest