Miris! Berebut Buku Sekolah, Anak Kelas 6 SD Berkelahi Hingga Tewas

Miris dan sedih. Inilah yang dirasakan jika kita melihat kisah anak SD berebut buku hingga tewas!

27 Juli 2018

Miris Berebut Buku Sekolah, Anak Kelas 6 SD Berkelahi Hingga Tewas
Freepik/Jeswin

Anak kelas 6 sekolah dasar di Kecamatan Cikajang, Garut, tewas dengan luka tusukan benda tajam. Korban, FNM berusia 12 tahun diduga tewas setelah berkelahi dengan teman sekelasnya.

Duel maut kedua bocah asal Garut yang berujung maut ini mencuri perhatian banyak orangtua setelah berita viral tersebar melalui grup WhatsApp dan media online. Perkelahian antar kedua anak SD itu terjadi setelah keduanya terlibat percekcokan akibat hal sepele, pada Jumat (20/7).

1. Kronologi perkelahian anak SD di Garut hingga salah satu tewas

1. Kronologi perkelahian anak SD Garut hingga salah satu tewas
Unsplash/Tommy Van Kessel

Kapolsek Cikajang AKP Cecep Bambang, mengatakan, duel maut tersebut bermula ketika korban yang masih duduk di kelas empat SD itu menuduh teman sekaligus saudaranya sendiri mencuri buku pelajaran miliknya.

"Saat pulang sekolah HI ini menuduh jika FNM telah mencuri buku miliknya hingga terjadi perkelahian di jalan saat pulang sekolah, di daerah Kampung Babakan Cikandang, Kecamatan Karangpawitan. Saat terjadi perkelahian tersebut, HI mengeluarkan gunting yang ia bawa di dalam tas dan menusukkan ke sejumlah bagian tubuh FNM," kata Cecep.

Akibat tusukan saat duel maut tersebut, korban yang dituduh mengambil buku itu mengalami luka robek di bagian kepala sebelah kiri dan punggung. Saat itu perkelahian keduanya cukup mengundang perhatian warga.

"Korban mengalami luka di kepala dan punggung," ungkap Cecep.

Melihat darah yang terus mengalir dari tubuh korban, warga sekitar lokasi kejadian kemudian membawa korban ke puskesmas pembantu di Cikandang Cikajang.

Lebih lanjut, saat itu pelaku juga sempat turut mengantarkan korban ke puskesmas tersebut.

2. Pelaku yang menemani korban saat dibawa ke puskesmas

2. Pelaku menemani korban saat dibawa ke puskesmas
Unsplash/Kat J

Pelaku saat itu masih setia menemani korban hingga selesai pengobatan. Menurut Cecep hal tersebut dilakukan oleh HI karena FNM masih ada hubungan saudara dengannya.

Setelah dua hari mendapat perawatan di rumah, pada hari Minggu (22/7) korban mengeluh kesakitan hingga ia jatuh pingsan.

Ayah korban, Feri (38) mengatakan, anaknya sempat mendapatkan penanganan medis dengan kondisi terlihat setengah sadar. “Kondisi anak saya sudah setengah sadar,” katanya.

Selanjutnya keluarga korban dibawa pulang, namun di rumah korban muntah-muntah dan sempat mengalami kejang selama beberapa menit. Orangtua korban kembali membawa anak tersebut ke Klinik IGD Cikajang untuk mendapatkan penanganan medis, kemudian dibawa pulang lagi.

Korban kembali muntah-muntah bercampur darah, lalu dibawa kembali ke klinik, namun di perjalanan sudah meninggal dunia. “Namun di perjalanan anak saya sudah tidak bernyawa, saya lalu membawa kembali anak saya ke rumah,” ungkap Feri.

Feri mengaku sedih setelah anaknya meninggal dan menganggap ini sebagai musibah. Selanjutnya kasus tersebut akan diselesaikan secara kekeluargaan. “Keluarga saya dengan keluarga M juga masih ada ikatan keluarga, jadi saya ingin menyelesaikan secara kekeluargaan,” katanya.

Pada Senin (24/7) sore, foto FNM mulai viral di dunia maya karena seorang warganet mengunggah foto korban ke media sosial. Pihak keluarga tak melaporkan peristiwa itu, kemudian polisi turun ke lokasi untuk melakukan penyelidikan. Dalam penyelidikan tersebut, polisi berhasil menyita seragam korban dan gunting yang digunakan pelaku.

"Untuk sementara kami menyita baju seragam milik korban serta gunting yang diduga dipakai untuk menghabisi nyawa korban," kata Cecep.

3. Peran orangtua dalam mengatasi sifat temperamental anak

3. Peran orangtua dalam mengatasi sifat temperamental anak
Unsplash/ALP Studio

Kasus ini bisa menjadi pelajaran untuk para orangtua dan guru.

Pertama, bagi orangtua adalah pentingnya tentang pendampingan pada anak termasuk menjelaskan tentang beberapa hal berikut ini:

  • Bagaimana kita bersabar dalam menghadapi sesuatu. Terkadang tidak semua hal di dunia ini berjalan sesuai keinginan kita. Ada saatnya kita kecewa karena barang kita hilang. Jika kita mencurigai orang lain mengambil barang kita, maka kita hanya bisa menanyakan kepada orang yang dicurigai tersebut. Jika iya mengaku maka minta kembali barang milik kita, jika ia tidak mengaku maka kita harus bersabar. Coba ingat kembali barang yang hilang terakhir disimpan dimana dan jika tidak menemukan solusi, ajarkan anak untuk melibatkan guru atau orangtua. Orangtua atau guru adalah sosok penengah dan siap membantu Si Kecil. Sehingga anak bisa menjalankan investigasi cukup sesuai porsinya saja.
  • Bagaimana menggunakan perlengkapan dengan semestinya. Jika ada tugas sekolah yang mewajibkan anak membawa peralatan seperti gunting atau pisau semestinya orangtua mengetahui ini. Pastikan setiap anak membawa benda-benda tajam, memang atas arahan gurunya. Ingatkan kembali kepada anak untuk menyimpan barang tersebut dengan baik. Cukup dikeluarkan saat tugas sekolah dimulai setelah ada arahan dari guru karena alat tersebut bukan untuk main-main. Pemahaman ini yang perlu diingatkan kembali kepada anak-anak dengan cara yang baik.

Kedua, bagi guru juga memiliki andil, berikut ini yang bisa diperhatikan bersama-sama:

  • Bantu menyimpan perlengkapan sekolah yang sifatnya membahayakan. Sebaiknya jika ada tugas sekolah yang memerlukan benda tajam seperti gunting untuk dibawa anak, perhatikan lagi jenis benda yang perlu dibawa. Lebih baik disediakan di awal tahun ajaran, kemudian alat-alat itu disimpan, ketika diperlukan anak bisa memakainya. Benda berbahaya sebaiknnya tidak perlu dibawa-bawa oleh anak. Cukup disimpan di sekolah dan sudah tersedia setiap kali ingin digunakan.
  • Ingatkan kembali anak tentang toleransi dan kebersamaan. Ini kaitannya agar anak lebih bisa menerima, bersabar, saling memafkan dan mau melebur satu sama lain. Anak punya waktu banyak untuk berinteraksi dengan lingkungan di sekolahnya, maka guru juga memiliki banyak peluang untuk kembali menanamkan nilai-nilai positif.
  • Hindari membuat anak merasa terancam. Kadang anak bisa merasa takut jika bukunya hilang karena ia berpikir, takut dimarahi gurunya, takut tidak dapat nilai, dan lainnya. Jadi saat anak kehilangan bukunya, ia merasa terancam dan ketakutan. Cobalah untuk bicara dan berdiskusi dengan anak sehingga anak berani mengemukakan kendalanya masing-masing.

Baca Juga: 5 Sikap Mama yang Bikin ABG Moody dan Gampang Marah

Baca Juga: 6 Tips Menghadapi ABG Mama yang Memasuki Masa Puber

Baca Juga: 6 Fakta Mengapa ABG Melakukan Kekerasan

The Latest