Sutan Syahrir lahir di kota Padang Panjang, pada 5 Maret 1909. Beliau adalah sosok yang gemar membaca buku.
Ia mengenyam bangku perkuliahan di Fakultas Hukum, Universitas Amsterdam, Belanda.
Di tengah-tengah masa perkuliahannya, ia melihat semangat pemuda Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan sudah mulai luntur. Maka, beliau berhenti kuliah dan memutuskan untukkembali ke tanah air.
Saat kembali ke Indonesia, Sutan Syahrir bersama Mohammad Hatta memimpin Partai Nasional Indonesia (PNI Baru) pada 1932. Kegiatan Syahrir dan Hatta di PNI membuat pemerintah kolonial Belanda lebih mengawasi secara ketat aktifitas partai tersebut. Hal tersebut karena pergerakan yang dilakukan oleh PNI dinilai lebih radikal dengan mobilisasi massa besar-besaran.
Walau begitu, Sutan Syarir tak tinggal diam. Beliau memiliki tekad kuat untuk melakukan pergerakan 'di bawah tanah' serta membangun jaringan dengan para pemuda pemudi untuk mempersiapkan diri merebut kemerdekaan.
Sutan Syahrir kemudian mendesak Soekarno dan Mohammad Hatta untuk mendeklarasikan kemerdekaaan Indonesia pada tangga 15 Agustus 1945, desakan itu juga didukung oleh para pemuda lainnya. Namun, Soekarno dan Hatta menolaknya karena mereka tetap mengikuti hasil keputusan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang mendeklarasikan kemerdekaan pada 24 September 1945.
Atas kejadian tersebut, para pemuda merasa kecewa dan akhirnya berujung melakukan penculikan terhadap Soekarno dan Hatta. Keduanya dibawa ke Rengasdengklok pada 16 Agustus 1945.Di sana, para pemuda mendesak Soekarno dan Hatta untuk memproklamirkan kemerdekaan secepatnya. Akhirnya, semua sepakat meproklamirkan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.
Pasca kemerdekaan Indonesia, Sutan Syahrir diamanahkan menjadi Perdana Menteri pertama Republik Indonesia. Ia menjabat sebagai menteri termuda di dunia dengan usia 36 tahun. Bahkan, beliau juga rangkap jabatan sebagai Menteri Luar Negeri dan Menteri Dalam Negeri pada saat itu.