Suara manusia adalah hasil dari sebuah proses yang rumit. Secara garis besar, ada tiga bagian yang berperan penting dalam mekanisme ini, yaitu paru-paru, pita suara (terletak dalam laring), dan artikulator (bibir, lidah, langit-langit mulut, pipi, dan lain-lain).
Untuk menghasilkan suara, paru-paru akan mengalirkan dan menekan udara sehingga vocal cords (pita suara) bergetar. Pita suara adalah tulang rawan berbentuk pita ganda yang terletak di dalam kotak suara (laring).
Perannya sangat penting karena getaran yang dihasilkan akan menentukan tone yang dihasilkan.
Modifikasi tone pada bagian pita suara akan menunjukkan apakah seseorang mengeluarkan nada marah, sedih, bahagia, dan lain-lain.
Setelah melalui vocal cords, suara akan dimodifikasi oleh artikulator demi menghasilkan kata-kata untuk berkomunikasi.
Suara yang dihasilkan juga bergantung pada panjang pita suara. Saat lahir, anak laki-laki dan perempuan memiliki panjang vocal cords yang relatif sama, yaitu 2 milimeter. Ukuran tersebut akan terus memanjang seiring dengan bertambahnya usia.
Umumnya, pertambahan ukuran pita suara anak laki-laki memang jauh lebih cepat dibandingkan dengan perempuan. Pada laki-laki, panjang maksimumnya mencapai 16 milimeter sedangkan anak perempuan maksimal hanya 10 milimeter.
Selain pertumbuhan yang secara umum lebih cepat dibanding anak perempuan, perkembangan pita suara anak laki-laki juga dipengaruhi hormon testosteron.
Peningkatan hormon ini pada masa puber semakin mempercepat perpanjangan tulan rawan laring dan pita suara.
Hormon ini juga membuat pita suara menebal dan menyebabkan perubahan pada timbre (warna suara). Perubahan bentuk dan struktur ini pada akhirnya membuat suara menjadi pecah, serak, dan seringkali terdengar nge-bass.
Proses perpanjangan pita suara karena hormone testosteron juga sering menyebabkan rasa sakit pada tenggorokan. Hal ini juga bisa berdampak pada perubahan suara pada anak laki-laki.