Marak Eksploitasi Anak di Internet, Orangtua Harus Apa?

Ada banyak fitur yang bisa dimanfaatkan orangtua untuk mengawasi anak ketika bermedia sosial

15 Februari 2023

Marak Eksploitasi Anak Internet, Orangtua Harus Apa
Pexels/Julia M Cameron

Internet dan media sosial menjadi medium berbagi konten kepada banyak orang di seluruh dunia. Satu sisi ini menjadi kemajuan  yang bisa membantu banyak aspek kehidupan.

Namun, sisi lainnya bisa berbahaya bagi anak-anak karena semakin rentan menjadi objek eksploitasi secara tidak langsung.

Pada dasarnya jika digunakan dengan tepat, internet membawa banyak pengaruh positif untuk anak. Banyak aspek pendidikan dan arus informasi bisa cepat didapat untuk mendukung kebutuhannya dalam memahami dunia.

Lantas apa ancamannya?

"Eksploitasi anak dapat terjadi secara online dan offline. Hal ini menjadi tanggung jawab kita bersama untuk melawan pelecehan dan melindungi anak-anak. Mencegah dan memberantas eksploitasi dan pelecehan seksual anak secara online memerlukan pendekatan lintas industri, dan kami berkomitmen untuk melakukan bagian kami dalam melindungi anak-anak, di luar ataupun di dalam aplikasi kami," ujar Dessy Sukendar, Policy Programs Manager untuk Meta di Indonesia kepada Popmama.com.

Berikut interview lengkap Popmama.com soal eksploitasi anak di internet dan tips orangtua.

1. Memerangi eksploitasi anak perlu kerja sama banyak pihak

1. Memerangi eksploitasi anak perlu kerja sama banyak pihak
Freepik

Berkembangnya internet dengan seluruh ekosistemnya tidak dapat diprediksi. Setiap hari ada saja pembaharuan yang bisa pengguna rasakan dan coba.

Hal itu tampaknya juga berlaku bagi ekosistem internet berbasis sharing seperti media sosial. Perkembangannya semakin pesat dengan tren-tren yang terus berganti.

Di mana terlihat dari hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tingkat penetrasi internet di kelompok usia 13-18 tahun mencapai 99,16% pada 2021-2022. Posisi kedua ditempati oleh kelompok usia 19-34 tahun dengan tingkat penetrasi internet sebesar 98,64%.

Bisa disimpulkan remaja menjadi kelompok paling banyak menggunakan internet. Mereka yang berada rentang umur di bawah 17 tahun masih disebut anak-anak. Banyak hal yang bisa diakses oleh mereka, jika tidak cermat remaja ini bisa terkena eksploitasi yang mereka tidak sadari.

Menurut Dessy, pihaknya turut aktif memerangi eksploitasi anak dengan berfokus pada pencegahan pelecehan, pendeteksian dan pelaporan konten yang melanggar kebijakan. Media sosial di bawah Meta juga bekerja sama dengan pakar dan pihak berwenang untuk menjaga keamanan anak-anak.

"Kami memiliki kebijakan yang jelas terhadap eksploitasi, pelecehan seksual anak, dan pornografi, dimana kami akan menindak berbagai konten yang melanggar Standar Komunitas kami, mulai dari foto telanjang non-seksual hingga materi eksploitatif yang melibatkan anak-anak. Kami akan menghapus konten yang melanggar, terlepas dari konteks atau motivasi orang tersebut untuk membagikannya, demi menghindari potensi penyalahgunaan," jelasnya.

Editors' Pick

2. Kombinasi AI hingga PhotoDNA berguna untuk mencegah dan mengantisipasi eksploitasi anak

2. Kombinasi AI hingga PhotoDNA berguna mencegah mengantisipasi eksploitasi anak
Dok. Meta Indonesia
Dessy Sukendar, Policy Programs Manager untuk Meta di Indonesia

Di mana penggunaan kombinasi teknologi dan behaviour signal adalah salah satu caranya. Lalu, artificial intelligence (AI) juga secara proaktif mendeteksi akun yang terlibat dalam pola perilaku mencurigakan dengan menganalisis kombinasi metadata serta sinyal publik sehingga kami dapat mengintervensi.

Ini berguna untuk mendeteksi dan mencegah materi pelecehan seksual anak (CSM).

Adanya PhotoDNA dan teknologi canggih lainnya di semua aplikasi yang Meta miliki untuk mendeteksi, menghapus, dan mencegah pengguna untuk membagikan gambar dan video yang mengeksploitasi anak-anak.

"Kami melaporkan semua contoh eksploitasi anak yang muncul di situs kami secara global ke National Center for Missing and Exploited Children (NCMEC). NCMEC telah berkoordinasi dengan otoritas penegak hukum dari seluruh dunia," pungkasnya.

3. Orangtua yang juga ‘melek’ digital jadi kunci, ikuti terus perkembangannya

3. Orangtua juga ‘melek’ digital jadi kunci, ikuti terus perkembangannya
Freepik/Mego-studio

Zaman yang berkembang, pengetahuan manusia juga akan semakin maju. Untuk bisa melindungi anak, Dessy mengungkapkan orangtua harus lebih melek dengan topik keamanan digital lebih dari sebelumnya.

“Kami baru saja meluncurkan program 'Help Protect Children. Don't share. Don't comment. Report', untuk mendorong orang tua Indonesia dan orang-orang yang menggunakan platform kami, untuk berhenti dan berpikir sebelum membagikan ulang gambar eksploitatif anak secara online dan bagaimana orang harus melaporkan konten semacam ini ke penegak hukum dan Facebook,” tuturnya.

Lalu, orangtua bisa menggunakan Facebook Parents Portal, Instagram Tips for Parents, dan pusat pendidikan di Family Center untuk membantu lebih memahami berbagai platform tersebut.

“Kami memberikan tips untuk memulai percakapan dengan anak tentang keamanan online, serta akses ke para ahli untuk membantu mendukung pengalaman keluarga dan remaja agar tetap aman di seluruh platform Meta,” terangnya.

Ada sumber daya, panduan, dan program khusus keamanan online pada remaja. Termasuk Facebook Safety Center dan Bullying Prevention Hub, Instagram Safety Centre yang mencakup bagian khusus tentang online bullying, dan Instagram Community Portal kami.

Lalu melalui kampanye #AnakIndonesiaAmanDigital, orangtua mendapatkan edukasi tentang keamanan remaja secara digital. Meta juga menghadirkan fitur baru mereka yang disebut 'Fitur pengawasan di Instagram'.

“Fitur ini memungkinkan orang tua untuk menautkan akun Instagramnya dengan akun anak, seperti mengatur durasi waktu penggunaan Instagram anak, melihat daftar akun yang diikuti dan lain sebagainya,” pungkasnya.

4. Anak-anak dan remaja mudah melakukan siaran online, bagaimana agar aman?

4. Anak-anak remaja mudah melakukan siaran online, bagaimana agar aman
Freepik
Ilustrasi

Banyaknya fitur di media sosial yang bisa dimanfaatkan akan berdampak kehidupan dan bersosial anak-anak. Salah satu yang sedang tren kini adalah fitur live streaming.

Fitur ini memungkinkan pengguna media sosial bisa membuat konten video siaran secara langsung dan berinteraksi dengan audiens.

Tentu akan bermanfaat, tetapi tetap ada kemungkinan berbahayanya.

Saat melakukan live streaming, anak-anak bisa mendapatkan komentar secara langsung. Dimana bisa berisi ujaran kebencian hingga bujuk rayu dengan tujuan grooming.

“Adanya ‘Supervision Tools on Instagram’ bisa dimanfaatkan orangtua untuk mengakses Family Center dan menyiapkan alat bersama anak remajanya untuk mengawasi pengalaman mereka di Instagram,” tuturnya.

Dengan tools tersebut, orangtua atau wali termasuk yang ada di Indonesia bisa melakukan pembatasan kepada anak mereka, diantaranya:

  • Menetapkan waktu tertentu dalam sehari atau seminggu ketika mereka ingin membatasi penggunaan Instagram oleh anak.
  • Melihat berapa banyak waktu yang dihabiskan anak mereka di Instagram dan menetapkan batas waktu.
  • Diberitahu ketika anak mereka membagikan bahwa mereka telah melaporkan seseorang termasuk siapa yang dilaporkan dan jenis laporannya.
  • Melihat dan terima pembaruan tentang akun apa yang diikuti anak mereka dan akun yang mengikuti anak mereka.
  • Melihat dan mendapatkan pemberitahuan jika anak remaja mereka memperbarui pengaturan privasi dan akun mereka.
  • Melihat akun mana yang telah diblokir oleh anak mereka.

Untuk mengetahui lebih lanjut, orangtua bisa mengunjungi Education Hub di dalam Family Center agar bisa mendapatkan sumber daya dan tips yang didukung para ahli. Terutama tentang memulai percakapan dengan remaja tentang keamanan online termasuk privasi, kesehatan digital, dan literasi media.

5. Tools-tools yang bisa dimanfaatkan orangtua untuk anak aman berinternet

5. Tools-tools bisa dimanfaatkan orangtua anak aman berinternet
Dok. Meta Indonesia
Dessy Sukendar, Policy Programs Manager untuk Meta di Indonesia

Ada banyak jenis pelecehan yang bisa terjadi pada anak. Oleh karenanya berbagai pendekatan yang berbasis pada informasi penelitian bisa digunakan untuk memahami dasar pembagian materi pelecehan dan eksploitasi seksual anak.

Sehingga bisa mengembangkan solusi yang efektif dan terarah untuk menghentikan pembagian materi eksploitasi anak. Terutama pada ekosistem media sosial di bawah Meta.

"Kami juga bekerjasama dengan pakar keselamatan anak dan masyarakat sipil di seluruh dunia untuk memerangi eksploitasi anak secara online karena komitmen kami adalah  melindungi anak melampaui aplikasi kami hingga internet yang lebih luas," tutur Dessy.

Dessy menerangkan ada sejumlah tools baru di ekosistem Meta yang bisa digunakan untuk melindungi anak dan remaja dari bahaya eksploitasi seksual di internet:

  • Portal Take It Down hasil kerja sama dengan National Center for Missing and Exploited Children (NCMEC) untuk membangun platform global bagi remaja yang khawatir akan gambar intim yang mereka buat dapat dibagikan di platform online publik tanpa persetujuan mereka. Dapat membantu mencegah gambar intim remaja diunggah secara online serta dapat digunakan oleh perusahaan lain di seluruh industri teknologi.
  • Melaporkan konten yang 'melibatkan anak', dimana laporan ini laporan ini akan diprioritaskan dan  ditinjau.
  • Perlindungan anak di Facebook’s Safety Center yang berfokus pada pendekatan komprehensif terhadap keselamatan anak yang mencakup kebijakan tanpa toleransi yang melarang eksploitasi anak, teknologi mutakhir untuk mencegah, mendeteksi, menghapus, dan melaporkan pelanggaran kebijakan, dan sumber daya dan dukungan korban.

Selain itu ada beberapa fitur lain yang bisa menghentikan interaksi tidak pantas antara anak dan orang lain. Orangtua perlu tahu ini:

  • Membatasi DM antara orang dewasa dan remaja, pembatasan untuk orang dewasa agar tidak mengirim pesan kepada remaja yang tidak mengikuti mereka di Instagram, misalnya kami tidak mengizinkan orang dewasa memulai percakapan DM dengan remaja.
  • Privasi akun default untuk remaja, berguna bisa menghentikan komunikasi antar remaja dan orang dewasa yang tidak mereka kenal, atau yang tidak ingin mereka dengar. Sehingga setiap orang yang berusia di bawah 16 tahun (atau di bawah 18 tahun di negara tertentu) akan dialihkan ke akun pribadi saat mereka bergabung dengan Instagram.
  • Pemberitahuan keamanan di DM, akan memberitahu remaja ketika orang dewasa yang menunjukkan perilaku mencurigakan berinteraksi dengan mereka di DM. Misalnya, jika orang dewasa mengirimkan permintaan pertemanan atau pesan dalam kepada anak berusia di bawah 18 tahun, sistem ini akan memberitahu penerima dalam DM mereka dan memberi mereka opsi untuk mengakhiri percakapan, atau memblokir, melaporkan, atau membatasi orang dewasa.
  • AI & Machine Learning yang mendeteksi akun yang terlibat dalam pola perilaku mencurigakan tertentu dengan menganalisis kombinasi metadata dan sinyal publik sehingga kami dapat mengintervensi.

"Selain tools di atas, kami terus memperkenalkan fitur baru untuk membantu pengguna mengelola pengalaman mereka. Tools ini diinformasikan melalui konsultasi kami dengan industri, pakar, dan organisasi masyarakat sipil," jelas Dessy.

Wah, soal keamanan berinternet untuk remaja dan anak ini memang sulit ya, Ma. Sebagai orangtua tentunya harus selalu update dengan tools baru yang bisa mencegah anak kita dari grooming hingga eksploitasi di media sosial.

Yuk, dimanfaatkan!

Baca juga:

The Latest