Selain dengan Kacamata, Ini 10 Cara Mengobati Mata Silinder pada Anak

Wajib dicoba!

26 Juni 2019

Selain Kacamata, Ini 10 Cara Mengobati Mata Silinder Anak
Freepik/Asierromero

Menurut medis masalah mata silinder terjadi karena bentuk permukaan mata yang disebut kornea atau lensa mata berada pada posisi yang lebih dalam sehingga cekungan yang berada di bagian tengah dan pinggir memiliki perbedaan. Efek dari adanya cekungan yang berbeda tersebut mengakibatkan penderita akan melihat benda seolah menjadi dua, karena bayangan benda jatuh pada retina ada dua.

Jika mata normal mempunyai permukaan yang rata pada tiap-tiap arahnya, namun pada mata silinder akan terdapat beberapa daerah yang lebih condong ke dalam.

Meskipun begitu, bukan berarti mata silinder tidak bisa disembuhkan. Masih ada beberapa cara yang dapat Mama lakukan untuk menyembuhkan mata silinder pada anak.

Apa saja?

Dilansir dari insightvisioncenter.com, berikut Popmama.com telah merangkum 10 daftarnya.

1. Olahraga mata

1. Olahraga mata
Pixabay/Pezibear

Waktu yang tepat untuk melakukan olahraga mata adalah setiap pagi hari dan malam hari sebelum tidur. Lakukan olahraga mata secara rutin agar mata anak dapat lebih lentur. Saat membuka mata, ia juga akan mendapat oksigen yang cukup.

Cara melakukan olahraga mata untuk mata silinder pun sangat mudah. Pertama, gerakkan mata ke arah kanan dan ke kiri, lalu luruskan pandangan ke depan. Selanjutnya tekan kedua pelipis mata.

Setelah itu, pijat memutar searah jarum jam dan pijit perlahan bagian belakang bawah kepala. Olahraga tersebut mampu melatih mata anak agar lebih lentur.

2. Kompres dengan air hangat

2. Kompres air hangat
artofthepie.com

Cara mengurangi mata silinder selanjutnya adalah dengan melakukan kompres mata menggunakan air hangat.

Jangan biasakan mata anak bergantung pada kacamata, karena biasanya penggunaan kacamata dalam jangka panjang justru akan memperburuk kondisi matanya.

Oleh karena itu, cobalah sesekali kompres mata anak agar otot-otot matanya menjadi lentur dan lebih rileks. Lakukan kebiasaan tersebut secara rutin agar mata silinder anak lebih cepat berkurang.

3. Jaga kebersihan mata

3. Jaga kebersihan mata
pixabay.com/virginia332

Salah satu penyebab mata silinder adalah kornea mata yang tak mampu memfokuskan objek.

Kotoran yang mengganjal di mata akan mengganggu kerja kornea dan lensa sehingga penderita mata silinder akan semakin kesulitan memfokuskan objek.

Untuk membersihkan mata anak, Mama dapat menyeka lensa matanya dengan menggunakan kapas yang direndam dengan air.

Mulailah menyeka dari sisi kiri ke kanan dalam sekali usap. Jangan usap secara berulang kali, karena kotoran akan menempel jika kapas digunakan dalam 2 kali penyekaan.

Selain itu, mengusapnya secara berulang juga bisa menyebabkan luka pada mata.

4. Hindari berbagi barang pribadi dengan orang lain

4. Hindari berbagi barang pribadi orang lain
PIxabay/Steve Buissinne

Meski kelihatannya sepele, namun penderita mata silinder rentan terhadap infeksi terhadap kornea.

Sehingga perlu diperhatikan untuk tidak berbagi barang-barang yang memiliki kemungkinan bersinggungan langsung dengan mata seperti handuk, bantal, atau guling.

Waspada jika barang tersebut terjangkiti oleh bakteri dari orang lain, karena bisa menularkan penyakit mata pada anak.

Editors' Pick

5. Mengonsumsi suplemen

5. Mengonsumsi suplemen
Freepik/Suksao

Kekurangan zat atau gizi adalah pemicu munculnya penyakit mata silinder. Sama dengan tubuh, mata pun juga membutuhkan asupan gizi yang cukup untuk kesehatan mata.

Makanan yang mengandung vitamin A terbukti baik untuk kesehatan mata anak. Jika ia tidak mau repot memilih makanan yang mengandung vitamin A, konsumsi saja suplemen yang telah dianjurkan dokter.

Karena saat ini banyak suplemen alami yang berkhasiat untuk mata seperti wortel, ikan salmon, dan lain lain.

6. Pakai kacamata atau lensa kontak

6. Pakai kacamata atau lensa kontak
Pexels/Shane Aldendorff

Pada kacamata khusus silinder, lensa kacamata akan didesain melengkung untuk menangkal penglihatan yang terlihat kabur.

Ada juga lensa kontak khusus untuk mata silinder yang disebut dengan toric. Dengan lensa ini cahaya dapat dibelokan dengan benar ke arah mata.

Semakin parah mata silinder anak, maka lensa yang dianjurkan adalah lensa berbentuk lebih kaku. Akan tetapi, lensa kontak dan kacamata tidak akan menghilangkan silinder pada mata secara permanen.

Kedua alat ini hanya membantu kemampuan penglihatan anak.

7. Lakukan operasi LASIK (laser-assisted in situ keratomileusis)

7. Lakukan operasi LASIK (laser-assisted in situ keratomileusis)
Pixabay/skeeze

Ini adalah prosedur bedah rawat jalan yang digunakan untuk mengobati rabun jauh, rabun dekat, dan astigmatisme.

Prosedur LASIK menggunakan sebuah laser yang digunakan untuk membentuk kornea untuk memperbaiki cara mata memfokuskan sinar cahaya ke retina di belakang mata.

Dengan LASIK, dokter mata menciptakan flap (pembukaan lapisan) tipis di kornea, baik menggunakan pisau atau laser.

Dokter bedah kemudian melipat kembali flap tersebut, lalu dengan akurat mengangkat sejumlah khusus jaringan kornea yang berada di bawah flap dengan menggunakan laser excimer. Flap ini kemudian dikembalikan ke tempat asalnya.

Bagi anak yang mengalami rabun jauh, LASIK digunakan untuk meratakan kornea yang melengkung terlalu tajam. Namun, bagi anak yang memiliki rabun dekat, LASIK digunakan untuk melengkungkan kornea yang terlalu datar.

LASIK juga dapat membenarkan kornea yang tidak teratur menjadi normal untuk penderita astigmatisme atau mata silinder.

Meskipun banyak orang telah melakukan melakukan operasi LASIK, banyak juga orang yang tidak dapat melakukannya.

Sekitar 30 persen pasien yang dievaluasi oleh dokter mata secara rutin, ditolak untuk melakukan operasi LASIK dengan berbagai alasan.

Mulai dari usia di bawah 18 tahun, sedang hamil atau menyusui, memiliki penyakit atau kondisi kesehatan tertentu, atau kondisi mata yang kurang stabil.

Untuk itu, hubungilah dokter anak terlebih dahulu untuk melakukan pengecekan apakah anak mama bisa menjadi kandidat untuk operasi LASIK ataukah tidak.

8. Laser-assisted subepithelial keratomileusis (LASEK)

8. Laser-assisted subepithelial keratomileusis (LASEK)
Freepik/peoplecreations

Ini adalah prosedur  untuk mengatasi mata silinder. Di mana lapisan kornea yang lebih tipis dilipat ke belakang untuk membatasi cedera pada mata yang disebabkan aktivitas sehari-hari atau olahraga.

LASEK dapat menjadi pilihan yang lebih baik jika anak memiliki kornea yang tipis atau berisiko tinggi terhadap cedera mata di tempat kerja atau dari berolahraga.

9. Photorefractive keratectomy (PRK).

9. Photorefractive keratectomy (PRK).
Pixabay/skeeze

Operasi mata ini digunakan untuk memperbaiki rabun jauh, rabun dekat, atau astigmatisme yang ringan hingga sedang. Selama operasi PRK, ahli bedah mata menggunakan laser untuk membentuk kembali kornea.

Laser yang memberikan pancaran yang sejuk dari sinar ultraviolet ini digunakan pada permukaan kornea, tidak di bawah flap kornea seperti pada LASIK. PRK juga dapat dilakukan dengan pencitraan kornea pada komputer.

Untuk mengetahui mana yang tepat untuk anak, sebaiknya konsultasikan dengan dokter mata terlebih dahulu. Jika ingin melakukan operasi, anak juga harus memiliki mata yang sehat tanpa masalah pada retina atau bekas luka pada kornea.

Dengan melakukan operasi mata ini, anak pun dapat memperbaiki kondisi matanya dan menyembuhkan mata silinder yang ia alami. 

10. AK atau LRI (astigmatic keratotomy)

10. AK atau LRI (astigmatic keratotomy)
Freepik/peoplecreations

Ini bukanlah operasi laser mata, namun operasi bedah yang digunakan untuk memperbaiki astigmatisme atau mata silinder. Kornea orang yang memiliki astigmatisme biasanya berbentuk seperti bola kaki.

AK atau LRI mengoreksi astigmatisme  atau mata silinder dengan membuat satu atau dua sayatan di bagian kornea yang paling curam. Sayatan ini membuat kornea menjadi lebih santai dan lebih bulat.

Operasi mata ini dapat berdiri sendiri atau digabung dengan PRK, LASIK, atau RK.

Nah, itulah kesepuluh cara yang dapat Mama lakukan untuk mengobati mata silinder pada anak.

Semoga bermanfaat!

Baca juga:

The Latest