Peristiwa G30S PKI merupakan tragedi pengkhianatan besar dan kelam yang pernah terjadi di Indonesia. Partai Komunis Indonesia atau PKI dan Pasukan Resimen Cakrabirawa merupakan dua pihak yang dianggap sebagai dalang utama dari tragedi tersebut.
PKI didirikan pada tahun 1914 oleh seorang aktivis komunis Belanda bernama Henk Sneevliet. PKI awalnya diberi nama Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV) atau Perserikatan Sosial Demokrat Hindia. ISDV pada dasarnya dibentuk oleh 85 anggota dari dua partai sosialis Belanda, yaitu SDAP dan Partai Sosialis Belanda yang kemudian menjadi SDP komunis, yang berada dalam kepemimpinan Hindia Belanda. Para anggota Belanda dari ISDV memperkenalkan ide-ide Marxis untuk mengedukasi orang-orang Indonesia mencari cara untuk menentang kekuasaan kolonial.
ISDV berhasil menjadi partai dengan jumlah pengikut yang besar. Bahkan, pada saat itu, ISDV disebut-sebut sebagai partai komunis pertama di Asia. Pada perkembangannya, partai ini kemudian mengalami perpecahan yang menyebabkan munculnya dua organisasi sayap bernama SI Putih yang berideologi islam dan SI Merah yang berideologi komunis.
Pada Mei tahun 1920, ISDV berganti nama menjadi Perserikatan Komunis di Hindia Belanda. Selanjutnya, pada tahun 1924 berganti nama menjadi Partai Komunis Indonesia dan terus berdiri hingga negara Indonesia terbentuk. Pada 18 September 1948, pergerakan PKI mulai mengganggu pemerintahan Indonesia. Melalui gerakan yang diketuai oleh Amir Sjarifuddin dan Muso, terjadi pemberontakan PKI Madiun yang bertujuan untuk menggulingkan pemerintahan yang sah dan mengganti landasan negara.
Pemberontakan tersebut bertujuan untuk membuat negara menjadi Republik Indonesia Soviet, sekaligus menjadi dasar negara menjadi paham komunis. Puluhan tahun berselang, niat menggulingkan kekuasaan kembali dilakukan yakni melalui peristiwa G30S PKI.
Peristiwa G30S PKI terjadi pada masa pemerintahan Presiden Sukarno yang menjalankan sistem yang disebut Demokrasi Terpimpin. Peristiwa tersebut terjadi pada tahun 1965 dan dimotori oleh Dipa Nusantara Aidit atau DN Aidit yang merupakan pemimpin dari PKI saat itu sekaligus pemimpin terakhir PKI sebelum dibubarkan.
Menurut Arnold C. Brackman dalam buku Api Sejarah 2 oleh Ahmad Mansur Suryanegara, DN Aidit mendukung konsep Khrushchev, yakni "If everything depends on the communist, we would follow the peaceful way (bila segalanya bergantung pada komunis, kita harus mengikuti dengan cara perdamaian)."
Pandangan itu disebut bertentangan dengan konsep Mao Ze Dong dan Stalin yang secara terbuka menyatakan bahwa komunisme dikembangkan hanya dengan melalui perang. G30S PKI kemudian dilancarkan pada malam hingga dini hari, tepat pada akhir tanggal 30 September dan masuk 1 Oktober 1965.
Selain PKI, Pasukan Resimen Cakrabirawa yang merupakan pasukan khusus gabungan dari seluruh kesatuan TNI, dan Polri yang bertugas untuk menjaga keamanan Presiden RI juga dianggap melakukan pengkhianatan untuk mengkudeta kekuasaan Presiden Soekarno. Saat itu, pasukan Cakrabirawa yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Untung Syamsuri atau Letkol Untung, berperan untuk menjemput para target-target utama G30S dari kediamannya masing-masing.