Museum Bank Indonesia menempati gedung bersejarah yang memiliki nilai arsitektur dan sejarah yang tinggi. Gedung ini awalnya dibangun pada tahun 1828 dan berfungsi sebagai kantor pusat De Javasche Bank, bank sentral Hindia Belanda. De Javasche Bank didirikan pada tahun 1828 berdasarkan keputusan Raja Willem I dari Belanda. Bank ini berfungsi sebagai bank sirkulasi yang memiliki hak eksklusif untuk mengeluarkan uang kertas di Hindia Belanda.
Pada masa kolonial, De Javasche Bank memainkan peran penting dalam perekonomian Hindia Belanda. Bank ini tidak hanya berfungsi sebagai bank sirkulasi, tetapi juga terlibat dalam berbagai aktivitas perbankan lainnya, termasuk memberikan pinjaman dan mengelola simpanan.
Gedung De Javasche Bank di Jakarta dirancang dengan gaya arsitektur neoklasik yang megah, mencerminkan kekuatan dan stabilitas lembaga keuangan tersebut. Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, De Javasche Bank dinasionalisasi dan menjadi bagian dari Bank Indonesia, yang didirikan pada tahun 1953 sebagai bank sentral Republik Indonesia.
Bank Indonesia mengambil alih fungsi dan peran De Javasche Bank, termasuk hak untuk mengeluarkan mata uang dan mengatur kebijakan moneter. Pada tahun 1962, gedung bersejarah ini sepenuhnya menjadi milik Bank Indonesia. Selama beberapa dekade, gedung ini digunakan untuk berbagai keperluan operasional Bank Indonesia.
Namun, seiring dengan perkembangan zaman dan kebutuhan untuk melestarikan sejarah perbankan Indonesia, Bank Indonesia memutuskan untuk mengubah gedung ini menjadi museum. Proses transformasi gedung menjadi Museum Bank Indonesia dimulai pada awal tahun 2000-an.
Restorasi gedung dilakukan dengan hati-hati untuk mempertahankan keaslian arsitektur kolonialnya. Pada tanggal 21 Juli 2006, Museum Bank Indonesia diresmikan oleh Gubernur Bank Indonesia saat itu, Burhanuddin Abdullah. Peresmian museum ini menandai komitmen Bank Indonesia untuk melestarikan sejarah perbankan dan memberikan edukasi kepada masyarakat tentang peran penting bank sentral dalam perekonomian.