Langkah Dedi Mulyadi yang mengirim sejumlah remaja bermasalah ke barak militer sukses menyita perhatian publik. Bukan hanya karena kebijakan ini terbilang tidak biasa, tetapi juga karena Dedi terlihat terjun langsung mengawasi proses pembinaan.
Namun, kebijakan ini tentu tidak lepas dari pro dan kontra. Di satu sisi, banyak yang mempertanyakan efektivitas dan pendekatan emosional dalam metode pembinaan tersebut. Salah satunya adalah Wakil Ketua DPD RI, Tamsil Linrung yangmenilai kebijakan Dedi Mulyadi yang mengirim anak-anak bermasalah ke barak militer sebagai bentuk keputusasaan dalam menghadapi persoalan remaja.
Menurutnya, pendekatan ini mencerminkan sikap menyerah dalam mendidik anak, sehingga tanggung jawab pembinaan justru dialihkan ke institusi militer. Ia mempertanyakan urgensi dari kebijakan tersebut, termasuk apakah jumlah anak yang dikategorikan sebagai anak yang nakal memang sudah begitu signifikan hingga perlu ada solusi yang drastis.
Sebagai alternatif, Tamsil mengusulkan pendekatan berbasis nilai keagamaan, seperti pendidikan di pesantren. Ia percaya bahwa pola pengasuhan yang menekankan keteladanan dari orang dewasa bisa menjadi cara yang lebih efektif untuk membentuk karakter anak. Bagi Tamsil, perbaikan sistem pendidikan dan contoh nyata dari orang-orang terdekat lebih dibutuhkan ketimbang pendekatan militer yang keras.
"Pendidikan yang diperbaiki, dibenahi. Keteladanan yang perlu ditunjukkan. Karena yang paling banyak masalah ini kepada orang yang bisa memberikan keteladanan," ujar Tamsil.
Namun, tak sedikit juga yang mendukung program tersebut. Salah satunya adalah Bupati Purwakarta, Saepul Bahri Binzein yang menganggap program ini sebagai bentuk nyata pemerintah menyelamatkan generasi muda yang disebutnya mengalami degradasi moral. Ia juga mengatkan bahwa tidak semua anak bisa masuk barak militer, tapi hanya yang dinilai membutuhkan intervensi serius yang dibawa.
Itulah informasi mengenai seorang siswi mengaku lebih betah di barak militer. Terlepas dari perdebatan yang muncul, langkah Dedi Mulyadi dalam menerapkan pelatihan militer bagi remaja bermasalah membuka ruang diskusi yang lebih luas soal pola asuh, pendidikan karakter, hingga peran lingkungan dalam membentuk kepribadian anak.