Mama mungkin pernah merasa khawatir tentang masa depan anak. Di era yang serba cepat dan penuh persaingan ini, wajar jika orangtua ingin anak berprestasi agar siap bersaing secara global. Namun tanpa disadari, dorongan untuk selalu “harus berhasil” bisa memicu stres dan burnout pada anak.
Penelitian menunjukkan bahwa pola asuh berperan besar dalam kesejahteraan emosional anak. Umumnya, pola asuh dibagi menjadi tiga: demokratis, otoriter, dan permisif. Pola asuh otoriter sering dikaitkan dengan meningkatnya risiko stres dan depresi pada remaja, terutama ketika anak ditekan untuk mencapai standar tinggi yang ditetapkan orangtua.
Saat anak gagal memenuhi ekspektasi tersebut, mereka bisa merasa tidak berdaya, cemas, dan akhirnya menumbuhkan sifat perfeksionis yang ingin selalu sempurna agar diterima.
Sayangnya, perfeksionisme yang berlebihan justru membuat anak mudah stres, cepat lelah secara mental, dan merasa tidak pernah cukup baik.
Pada artikel kali ini, Popmama.com akan membahas bagaimana sifat perfeksionis bisa bikin anak mudah burnout dan stres, bagaimana cara orangtua membantu agar anak tetap berkembang tanpa kehilangan kebahagiaannya.
