Popmama.com/Muhammad Hafiez Hatta
Lewat mendongeng, Kasih dan Zabiena belajar lebih dari sekadar bercerita. Mereka juga mengembangkan kemampuan untuk meyakinkan penonton melalui komunikasi yang baik, serta cara bagaimana menyampaikan cerita dengan efektif agar penonton tidak merasa bosan.
Meski keduanya bercita-cita menjadi dokter, mereka percaya bahwa kemampuan storytelling yang diasah sejak dini akan tetap berguna di masa depan.
“Dongeng itu hobiku,” ujar Kasih. “Menurutku kemampuan ini bisa jadi nilai plus untuk cita-citaku jadi dokter, karena aku jadi lebih mudah menjelaskan hal-hal rumit ke pasien-pasienku. Jadi lebih kemampuan komunikasi yang aku bangun akan terpakai.” lanjutnya.
Sementara itu, Zabiena mengaku sebenarnya tidak terlalu gemar mendongeng, namun tetap tertarik dan menyadari manfaatnya.
“Aku jarang mendongeng, tapi kalau nanti jadi dokter suatu saat nanti, mungkin akan sering diminta isi acara soal kesehatan dan semacamnya. Nah, kemampuan storytelling dan public speaking-ku bakal sangat kepakai,” tuturnya.
Agar penonton tidak mudah bosan saat mendengarkan dongeng, Kasih dan Zabiena punya strategi mereka sendiri.
Kasih mengandalkan permainan intonasi untuk menjaga perhatian audiens. Ia belajar teknik ini saat mengikuti kelas speaking di Sparks English, termasuk bagaimana menyampaikan kalimat bernada negatif maupun kalimat yang bernada seru dengan intonasi yang tepat.
Sementara itu, Zabiena lebih menonjolkan ekspresi wajah dan gestur tangan untuk menghidupkan cerita.
“Nada ceritanya juga dibuat beda-beda, tergantung isi ceritanya,” ujar Zabiena.
Dengan pendekatan yang berbeda, keduanya sama-sama menunjukkan bahwa membawakan dongeng yang menarik bukan hanya soal isi cerita, tapi juga cara menyampaikannya.