Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
Freepik/jcomp
Freepik/jcomp

Mama pernah mendengar istilah gaslighting?

Berdasarkan lansiran psychologytoday, gaslighting adalah bentuk manipulasi dan kontrol psikologis yang menyebabkan korbannya meragukan ingatan dan persepsi mereka sendiri. 

Pelaku biasanya memanfaatkan orang yang lebih lemah daripada dirinya. Gaslighting dilakukan dengan cara 'menyerang' pikiran korban dengan memberikan informasi atau narasi palsu yang membuat korban mempertanyakan kebenarannya. 

Contohnya dalam hubungan orangtua dan anak, bisa jadi gaslighting terjadi tanpa disadari. Tindakan seperti mengabaikan perasaan anak, menyangkal pendapat atau pengalaman anak, merasa orangtua selalu benar, ataupun tindakan membandingkan anak akan membuatnya selalu merasa buruk.

Anak yang selalu menjadi korban gaslighting memendam emosi yang tertumpuk terus menerus sehingga menimbulkan inner gaslighter pada dirinya sendiri.

Apa itu inner gaslighter?

Inner gashlighter adalah kondisi dimana anak mempunyai sisi di dalam diri yang selalu membuatnya merasa rendah. Seringkali, anak jadi memiliki konflik batin melawan diri sendiri. 

Berikut Popmama.com telah merangkum tanda-tanda inner gaslighter pada anak dan cara mengatasinya yang dapat membantu Mama mendeteksi apakah ada yang salah dengan kepribadiannya!

1. Selalu menjadi people-pleaser

Freepik/cookie_studio

Anak tahu bahwa dirinya memiliki potensi dan pilihan untuk melakukan sesuatu yang lain. 

Namun, demi membuat orang-orang senang, ia 'terpaksa' memilih hal yang bukan kehendaknya. Anak bahkan rela menurunkan kemampuannya atau mengorbankan perasaan karena khawatir ditinggalkan apabila berbeda dari yang lainnya. 

2. Merasa khawatir dan malu terhadap kekurangannya

Pexels/Mikhail Nilov

Sulit menerima diri sendiri secara utuh menjadi tanda munculnya benih inner gaslighter pada anak.

Kekurangannya selalu menjadi ancaman. Ia sangat takut orang lain tahu apa kelemahannya. Inner gaslighter akan menyerang rasa percaya diri anak dengan menggunakan hal-hal yang menjadi titik insecure terbesarnya, seperti fisik atau kecerdasan. 

Ketika anak mempunyai harapan atau cita-cita yang luar biasa, inner gaslighter akan menciptakan skenario terburuk dengan mengingatkan segala kekurangannya. 

Apabila dibiarkan, anak berpotensi tumbuh menjadi orang yang rendah diri, tidak memiliki motivasi, sulit menyadari minat dan bakatnya, dan sulit untuk maju. 

3. Tidak mandiri menentukan pilihan

Pexels/Public Domain Pictures

Inner gaslighter perlahan meredupkan kemampuan kritis anak. Dalam memilih, anak cenderung hanya mempertimbangkan sudut pandang orang lain dibanding dirinya sendiri.

"Apakah aku akan dijauhi jika memilih hal ini?"

"Kayaknya pilihanku salah, aku ikut kemauanmu saja deh"

Kalimat di atas kerap berasal dari dorongan inner gaslighter.

Sering berperilaku sebagai people pleaser, membuat anak menjadi ragu akan kemampuannya dalam memilih. Anak dituntut untuk merasa bahwa orang lain lebih benar dalam segala hal, menyetujui hal yang berbeda akan membuat anak takut diserang. 

Apabila hasilnya tidak sesuai harapan, anak pun akan selalu menerima itu tanpa adanya argumentasi apapun. Seolah anak ditekan untuk pasrah akan keadaan.

4. Sering merasa takut ditinggalkan

Freepik

Akar dari inner gaslighter bermula dari perasaan ini. Anak menghadapi krisis batin yang membuat perasaannya dikendalikan oleh dua bagian, yaitu inner gaslighter dengan segala kritik kejamnya dan kerentanan batinnya yang takut ditinggalkan.

Akhirnya, anak menjadi sulit untuk mengandalkan logikanya. Hal tersebut membuat dirinya dimanipulasi oleh perasaannya sendiri sehingga ia selalu ragu dengan pikirannya sendiri dan ragu pada kebenaran yang sebenarnya terjadi. 

Semakin diperparah, ketika anak juga takut menghadapi kemungkinan ditolak dan dijauhi oleh orang lain. Berat baginya untuk bisa bersikap tegas pada orang lain, bahkan kepada dirinya sendiri.

Cara mengatasi inner gaslighter pada anak

Pixabay/Nastya_gepp

Belum ada kata terlambat untuk mencoba mengendalikan inner gaslighter pada anak. Mama bisa melakukan cara berikut agar anak bisa menghilangkan sisi tersebut:

  1. Ajak anak untuk memusatkan otoritas diri. Terima bahwa dirinya memang mempunyai inner gaslighter. Tegaskan bahwa anak memiliki kontrol dan kemamuan untuk mengendalikan sisi inner gaslighter nya tersebut. 
  2. Tumbuhkan kesadaran untuk tetap mengambil kontrol ketika inner gaslighter mulai muncul. Berikan penerangan pada anak bahwa dirinya yang asli bukanlah seperti yang digambarkan oleh pikiran negatifnya.
  3. Tuliskan hal negatif yang inner gaslighter bicarakan. Mama bisa memberikan jurnal supaya anak bisa menuliskan hal negatif apa yang sedang memenuhi dirinya. Ini membantu Mama mengetahui kekhawatiran anak secara lebih jelas. Bicarakan hal tersebut dengan anak, tanya bagaimana perasaannya, dan diskusikan solusinya bersama.
  4. Ajarkan anak untuk melawan inner gaslighter-nya. Bangun kepercayaan diri pada anak setiap hari. Mama bisa memujinya atau memberikan kesempatan pada anak untuk berpendapat dan memutuskan. Kebiasaan ini akan membuat anak lebih berani mengabaikan ketika inner gaslighternya muncul lagi.

Itulah 4 tanda inner gaslighter pada anak dan cara mengatasinya.

Mama juga bisa meminta pertolongan dari seorang profesional agar anak bisa lebih mudah untuk menyembuhkan diri.

Sebagai orangtua, mari kita jauhi sikap gaslighting dalam kehidupan sehari-hari dan selalu hargai perasaan anak dalam hal apapun. 

Editorial Team