Cyberbullying adalah tindakan yang secara sengaja dan berulang kali menimbulkan kerugian menggunakan perangkat elektronik, aplikasi game, dan platform media sosial online.
Ini sering terbentuk sebagai akun kebencian, posting media sosial yang menyakitkan, rumor dan gosip online, dan komentar jahat saat bermain game oneline. Niatnya hampir selalu untuk mempermalukan, mengancam, mengintimidasi, atau menyalahgunakan target yang dituju.
Sebuah penelitian di tahun 2014 dalam jurnal Adolescent Health, Medicine and Therapeutics, mengatakan mereka yang mengalami cyberbullying menderita sejumlah dampak yang berbeda, termasuk berjuang secara emosional, fisik, mental, dan akademis.
Berikut adalah beberapa kemungkinan dampak cyberbullying pada remaja:
- Cyberbullying adalah pemicu stres yang signifikan dalam kehidupan anak muda. Sehingga membuat remaja merasa terluka, malu, dan terkadang bahkan takut.
- Remaja sering menyalahkan diri sendiri atas siksaan dan pelecehan yang mereka alami, serta merasa sangat tertekan.
- Dapat mengalami gejala fisik sebagai respons terhadap stres, seperti sakit perut, sakit kepala, kondisi kulit, dan penyakit fisik lainnya.
- Mengalami gangguan tidur dan makan, seperti melakukan diet ketat atau makan berlebihan sebagai cara untuk mengatasi cyberbullying atau sebagai upaya untuk mengubah penampilan dengan harapan mengakhiri komentar buruk.
- Mengganggu nilai akademik dan kegiatan ekstrakurikuler. Remaja mungkin bolos sekolah atau mengalami kesulitan berkonsentrasi pada studi mereka karena cyberbullying menghabiskan seluruh waktu dan energinya.
- Korban cyberbullying juga dapat merasa sendirian dan terisolasi, atau dikucilkan di sekolah. Pada gilirannya, ini dapat memengaruhi harga diri remaja. Hingga menyebabkan pikiran untuk melukai diri sendiri dan bahkan untuk bunuh diri.
Karena risiko yang terkait dengan cyberbullying begitu membahayakan kehidupan anak, penting bagi orangtua untuk mengambil langkah-langkah untuk mencegah cyberbullying dalam kehidupan anak-anak.