Mama, Coba 8 Cara ini Agar Selalu Dekat dengan Anak Beranjak Remaja

Dengan pendekatan seru ini, anak mama tak akan menjauh dari Mama

4 November 2019

Mama, Coba 8 Cara ini Agar Selalu Dekat Anak Beranjak Remaja
Pixabay/1041483

Tidak terasa, anak yang dulu selalu ingin Mama pangku, sekarang justru asyik dengan dunianya sendiri dan seperti ingin menjauhi Mama. 

Mama perlu ingat, anak seusia ini telah berubah baik secara fisik, emosional, kognitif, maupun secara sosial. 

Ada masa di mana si Anak merasa ia sudah bisa mandiri dan bahkan mengetes sejauh mana ia bisa melampaui batasan yang telah ditetapkan oleh orangtuanya.

Bagaimana agar si Anak tetap bisa tetap dekat dengan Mama dan tak menjauh di usia seperti ini? Berikut hal yang harus dilakukan oleh Mama, seperti yang dijabarkan oleh para ahli dalam laman Childmind.org. Simak bareng Popmama.com, yuk. 

1. Jangan sampai Mama merasa diabaikan

1. Jangan sampai Mama merasa diabaikan
Pixabay/Pezibear
joker with card

Adalah hal yang wajar jika anak seusia ini beralih dari orangtua dan lebih mengandalkan teman-temannya. Namun masalahnya, orangtua justru merasa hal ini sebagai penolakan anak.

Catherine Steiner-Adair, seorang psikolog Harvard, mengingatkan agar Mama berhati-hati saat mengorek informasi dari anak yang sedang dalam masa seperti ini. "Inilah saatnya anak mulai merahasiakan sesuatu dari kita dan orangtua yang memiliki toleransi rendah untuk transisi ini—yaitu ingin tahu segalanya—bisa menjauhkan anak akibat terlalu ingin tahu."

2. Sisihkan waktu khusus untuk si Anak

2. Sisihkan waktu khusus si Anak
Pixabay/Ebrahim Amiri

Seringkali sulit untuk memuat anak pada masa ini terbuka kepada Mama dan mau berbicara apa saja. Laura Kirmayer, seorang clinical psychologist, menyarankan agar Mama menyisihkan waktu hanya berdua saja dengan si Anak satu atau dua kali dalam seminggu. Ingat Ma, jangan sampai waktu ini terganggu oleh pekerjaan atau justru Mama dan si Anak malah sibuk dengan ponsel masing-masing.

Namun ia mengingatkan, Mama juga harus bersiap jika suatu saat si Anak menolak untuk menghabiskan waktu dengan Mama.

3. Cobalah pendekatan tak langsung

3. Cobalah pendekatan tak langsung
Pixabay/edsavi30

Anak Mama telah berubah. Pertanyaan seperti, "Gimana sekolahnya tadi?" atau "Bisa tidak ulangannya?" bisa jadi tidak lagi bisa diterima anak. Bisa jadi itu terasa seperti datang dari orang yang ingin ikut campur urusannya.

Laura menyarankan, cobalah memosisikan diri Mama sebagai pendengar yang baik. Duduklah di sampingnya dan jangan tanyakan apapun, tapi dengarlah apa yang ia bicarakan. "Dengan demikian Mama bisa jadi mendapatkan informasi yang Mama ingin ketahui dari si Anak." Mama bisa memberi saran, tetapi jangan terlalu ikut campur. Atau, berempatilah pada kesulitan yang dihadapi si Anak tanpa campur tangan lebih jauh. 

Editors' Pick

4. Jangan menghakimi teman-temannya

4. Jangan menghakimi teman-temannya
Pixabay/semslibrarylady

Di usia ini, si Anak akan memperhatikan bagaimana Mama berpendapat mengenai anak lain: Bagaimana kelakuan si A, atau si B. Atau apa yang baik dan buruk dari si A dan si B. "Anak akan melihat dan memutuskan apakah Mama bersikap kritis atau menghakimi," ungkap Laura. 

Mama mungkin ingin memberi contoh mana yang baik atau yang buruk dari anak lain. Namun berhati-hatilah Ma, komentar yang terlalu berlebihan justru bisa menjadi bumerang buat Mama. Si Anak bisa menganggap Mama terlalu menghakimi teman-teman sebayanya.

5. Tontonlah apa yang ditonton si Anak

5. Tontonlah apa ditonton si Anak
Pexels/freestocks.org

Salah satu cara agar Mama bisa menjaga hubungan dengan anak adalah menonton apa yang ia tonton. Tertawalah bersamanya dan ciptakan obrolan tentang apa yang ia tonton, walaupun mungkin Mama harus mengeluarkan usaha lebih untuk memahami apa yang ia tonton.

Selanjutnya, "jangan mengkritik tontonan itu terlalu dalam," papar Laura. Jika Mama menemukan hal-hal yang di luar batas, beritahu si Anak dengan cara bercanda atau dengan kata-kata yang ringan.

6. Jangan sungkan berbincang soal seks, rokok, dan narkoba

6. Jangan sungkan berbincang soal seks, rokok, narkoba
Pixabay/freeGraphicToday

Mama perlu berhati-hati. Di usia ini, anak bisa jadi sudah mulai mencari tahu tentang hal-hal terkait minuman keras, rokok, narkoba, bahkan seks. Bisanya ia akan membicarakan hal ini dengan teman-teman dekatnya. 

Jangan ragu untuk berbicara mengenai hal-hal di atas tersebut, Ma. Mama bisa mendiskusikan bahaya narkoba saat terjadi penangkapan yang diberitakan di televisi misalnya. Tentu saja dengan obrolan ringan. Atau, pilih buku-buku atau pembahasan mengenai seksualitas yang memang ditujukan untuk usia si Anak, dan ajak ia untuk membahasnya. 

Mama juga bisa meletakkan saja buku itu agar ia bebas melihatnya kapan pun ia mau. Laura merekomendasikan buku The Care and Keeping of You karya Valerie Schaefer untuk anak perempuan, dan The Boy's Body Book untuk anak lelaki, oleh Kelli Dunham.

7. Jangan berlebihan atau terlalu cuek

7. Jangan berlebihan atau terlalu cuek
Pixabay/Engin_Akyurt

Saat ia tak diundang ke perayaan ulang tahun temannya, atau tak diajak jalan-jalan ke mal, Mama jangan berlebihan menanggapinya. Jika Mama terlalu lebay, anak akan semakin kecewa menghadapi hal tersebut.

Akan tetapi, Mama juga jangan terlalu cuek. Jika ada hal yang tidak beres yang dilakukan oleh temannya, seperti mencoba merokok atau minum bir, jangan bersikap tak peduli. Bahaslah hal tersebut dengan ringan sehingga anak akan merasa bahwa Mama bisa menjadi tempat yang asyik untuk bercerita dan berdiskusi.

8. Dorong anak untuk berolahraga dan juga mengenali perasaannya

8. Dorong anak berolahraga juga mengenali perasaannya
Pixabay/federicoghedini

Menurut para ahli, kepercayaan diri anak perempuan memuncak pada usia 9 tahun dan menurun setelahnya. Namun, riset mengungkapkan bahwa anak-anak perempuan yang tergabung dalam tim olahraga, memiliki kepercayaan diri yang lebih tinggi. Mereka juga dikenal lebih unggul dalam pelajaran, dan sedikit yang memiliki masalah terkait bentuk tubuh mereka.

Sedangkan di kalangan teman-temannya, anak lelaki cenderung tabu untuk mengungkapkan rasa sayang, rasa sedih, atau rasa tak berdaya. "Hal ini dianggap tidak jantan dan jelek," ungkap Laura. Mama bisa mengatakan padanya bahwa tidak apa bersikap sedih atau merasa down, di rumah. Doronglah si Anak Lelaki untuk mengungkapkan perasaannya pada Mama, sehingga Mama tahu apa yang ia hadapi. 

Dengan melakukan hal-hal ini, maka anak tahu bahwa rumah—dan Mama, adalah tempat terbaik mereka untuk curhat atau berkeluh kesah. Dengan dukungan Mama, mereka akan dengan mudah melangkah ke masa remaja.

Baca juga: Cara Mengatasi Kesenjangan Usia antara Anak Remaja dan Adiknya

The Latest