7 Tips Membesarkan Anak di Era Digital

Tahukah Mama apa sebenarnya yang ada di benak anak-anak zaman now?

6 Maret 2021

7 Tips Membesarkan Anak Era Digital
Pixabay/StockSnap

Akuilah, Ma, orangtua akan cenderung membandingkan anak zaman now dengan masa saat Mama masih sekolah. 

Saat memperbincangkan kelakuan anak-anak, biasanya kalimat seperti, "anak sekarang kok kayak gini ya? Dulu kita gak gitu deh." 

Kini masanya era digital, Ma. Masa di mana anak-anak sepertinya susah sekali lepas dari gawainya, bahkan saat Mama mengajaknya berlibur ke tempat yang Mama harap dapat membuatnya lepas dari teknologi dalam genggaman. Ini juga masanya anak-anak seusia Taman Kanak-kanak sudah piawai memainkan game di ponsel orangtua mereka.

Di era digital seperti ini, dengan tuntutan dan lingkungan yang telah berbeda, sebenarnya apa yang ada di dalam pikiran anak-anak kita dan apa yang mereka harapkan dari Mama?

Devorah Heitner, bergelar doktor dari Media/Technology and Society Northwestern University, AS, melalui laman Raising Digital Natives memberikan gambaran mengenai apa yang ada di benak anak-anak usia beranjak remaja di era digital ini dan tips bagaimana Mama menghadapinya.

Simak rangkuman Popmama.com berikut ini.

1. Hargailah pendapat anak dan minta izin sebelum sharing foto anak

1. Hargailah pendapat anak minta izin sebelum sharing foto anak
Pixabay/Vijay Hu

Anak-anak ini ingin agar Mama menghargai pendapat mereka. Mereka juga akan terluka bila Mama tidak menghargai apa yang mereka lakukan, bahkan kala Mama melihat walau keputusan yang ia lakukan sebenarnya kurang tepat. Hargai dulu pendapatnya, dan kemudian lakukan pendekatan.

Di usia ini, menurut Devorah, amatlah penting bagi Mama untuk selalu meminta izin kepada anak, sebelum men-share foto-foto mereka atau menulis sesuatu terkait kegiatan si Anak, di medsos. Jangan sepelekan Ma, karena jika Mama melakukan hal ini, maka Mama akan membangun rasa percaya anak terhadap Mama, menghormati hak pribadi si Anak, dan juga mengajarkan mereka tentang batasan yang sehat dalam bersosmed.

2. Menjaga privasi anak namun tetap menjadi mata-mata sosialnya

2. Menjaga privasi anak namun tetap menjadi mata-mata sosialnya
Pixabay/Pexels

Di usia ini, anak akan banyak melontarkan komplain atau keluhan terkait orangtua. Hal ini bisa terjadi saat mama melanggar privasinya.

Misalnya, saat Mama membaca pesan teks di ponselnya. Bisa jadi si Anak akan kesal dan marah kepada Mama. Hati-hati ya Ma. Mama harus yakin benar akan motivasi Mama sebelum memata-matai ranah pribadi si Anak.

Jika Mama mencurigai hal negatif seperti pertemanan yang tak sehat atau ia menyimpan foto-foto tak sewajarnya, barulah Mama berhak mencampuri urusan pribadinya. Jika tidak, cobalah untuk menghormati privasinya.

Editors' Pick

3. Beri ruang untuk anak-anak membandingkan orangtua dengan yang lain

3. Beri ruang anak-anak membandingkan orangtua lain
Pixabay/Cheryl Holt

Jangan salah, Ma. Saat Mama cenderung membandingkan anak satu dengan lainnya, anak-anak ini juga melakukan hal yang sama. Bersama teman-temannya, mereka akan berbicara mengenai orangtua masing-masing. 

Bisa jadi anak Mama iri dengan peraturan orangtua temannya, namun bisa jadi juga temannya iri dengan perlakuan Mama pada anak mama. Salah satu hal yang diperbincangkan seusia mereka adalah, cara orangtua menerapkan peraturan terkait gawai. Maka, siapkan jawaban jika si Anak bertanya mengapa Mama hanya memberikan waktu tertentu baginya untuk bermain game sementara keluarga lain memiliki peraturan lebih longgar?

4. Mengertilah, bahwa anak ingin dipahami teman-temannya

4. Mengertilah, bahwa anak ingin dipahami teman-temannya
Pixabay/Olya Adamovich

Pertemanan pada masa ini bisa jadi merupakan suatu hal yang sulit. Masalah kecil bisa jadi persoalan yang besar. Salah ketik di pesan pribadi bisa jadi memicu permusuhan.

Apalagi dengan adanya sosmed. Bisa jadi menyakitkan jika si Anak melihat foto teman-temannya berpose bersama di suatu kegiatan tanpa mengajak dirinya. 

Mama juga perlu bersiap. Jika Mama biasanya berfoto bersama si Anak di setiap kesempatan, kini bisa jadi ia mulai menolaknya dan lebih memilih teman-temannya daripada Mama. 

5. Berusaha menerima anak tanpa syarat dan komentar

5. Berusaha menerima anak tanpa syarat komentar
Pixabay/Emslichter

Si Anak sudah mulai menolak diatur Mama karena ia merasa sudah besar dan bisa mandiri? 

Dalam beberapa hal, mungkin pendapatnya benar. Namun, Mama jangan lupa, bahwa sebagian dari dirinya adalah masih berjiwa kanak-kanak. Apalagi saat ia dikecewakan atau ditinggalkan oleh teman-temannya.

Di saat-saat seperti ini, biasanya si Anak ingin dekat Mama. Terimalah ia tanpa syarat atau komentar. Manfaatkan saat-saat seperti ini untuk bersenang-senang dan dekat dengannya. 

6. Beri batasan yang rasional alasannya dan lakukan konsisten

6. Beri batasan rasional alasan lakukan konsisten
Pixabay/manseok Kim

Mama adalah batasan bagi anak, di hadapan teman-temannya. Ajarkan ia untuk bisa menolak hal yang tak semestinya jika teman-teman mengajaknya melakukan sesuatu, dengan Mama sebagai tameng.

Misalnya jika teman-temannya mengiriminya gambar yang tak semestinya. Ajarkan Anak untuk berkata bahwa Mama akan memarahinya jika Mama tahu temannya mengirimkan gambar tersebut.

Didik ia untuk membuat batasan berdasarkan peraturan mama, dengan alasan yang jelas dan konsisten.

7. Gali apa yang benar-benar ia inginkan

7. Gali apa benar-benar ia inginkan
Pixabay/Qu Ji

Devorah menekankan, dalam era digital ini, hendaknya Mama tak terlalu menghakimi si Anak. Bantu mereka melihat apa yang ada di hadapan mereka: teman-teman mereka, lingkungan mereka.

Pastikan bahwa anak yakin akan pilihan yang mereka lakukan dengan menggali dan memastikan apa alasan di balik apa yang ia inginkan.

Misalnya jika ia ingin berhenti bermain basket dan hendak bergabung dengan teman-temannya untuk berlatih seni peran.

Apakah bidang itu benar-benar kesukaannya? Atau ia hanya ingin agar tak jauh dari teman-temannya? Tugas Mamalah untuk menggali hal tersebut dan memberikan pemahaman kepadanya.

Baca juga: 

The Latest