Kompas/Yustinus Wijaya Kusuma
Atas kejadian ini, Kepala sekolah SMPN 1 Turi, Tutik Nurdiyana, mengaku tidak mengetahui program kegiatan susur sungai. Namun kegiatan tersebut diketahui merupakan program lama.
"Kami atas nama sekolah mohon maaf atas terjadinya musibah ini yang benar-benar tidak kami prediksi dari awal, tidak menduga," ujar Tutik dalam konferensi pers di sekolah SMPN 1 Turi, Sabtu (22/2/).
Tutik menyampaikan, SMPN 1 Turi mempunyai ekstrakurikuler Pramuka. Kegiatan Pramuka digelar setiap hari Jumat dari pukul 13.30 WIB sampai 15.30 WIB. Sedangkan, kegiatan susur sungai merupakan program lama yang rutin dilakukan ekstrakurikuler Pramuka di SMP Negeri 1 Turi.
"Bagi kami, mungkin anak-anak penduduk Turi, mereka familiar dengan lingkungan Turi, jadi bukan hal yang khusus," ujarnya.
Menurut Tutik, ada tujuh orang yang mendampingi saat kegiatan susur sungai. Mereka merupakan guru-guru di SMP Negeri 1 Turi. Kegiatan susur sungai ini, lanjutnya, murni kegiatan SMP Negeri 1 Turi.
"Saya di sini kepala sekolah baru, baru 1,5 bulan, program-program ini melanjutkan yang lama. Semester kemarin sudah ada program seperti itu," katanya. Namun, Tutik mengaku tidak mengetahui adanya kegiatan susur sungai pada Jumat (21/2). Sebab, para pendamping tidak memberikan laporan.
"Jujur, saya tidak mengetahui adanya program susur sungai di hari kemarin itu, mereka tidak matur (laporan). Mungkin karena siswa berasal dari Turi dan sudah paham daerah Turi. Jadi mungkin ya menganggap itu biasa." sambungnya.
Tutik juga memohon maaf atas musibah yang menimpa anak didiknya. Pihaknya tidak menduga akan terjadi musibah seperti ini.
Pihaknya juga meminta dukungan dari masyarakat, agar keluarga dan kerabat korban yang meninggal diberikan kekuatan.
"Semoga korban yang belum ditemukan, segera ditemukan" tutupnya.