Wajib Ditonton, Ini Fakta Menarik Film The School for Good and Evil

Persahabatannya kental banget, lho!

25 November 2022

Wajib Ditonton, Ini Fakta Menarik Film The School for Good and Evil
netflix.com

Mama atau anak mama pernah membaca novel The School for Good and Evil karya Soman Chainani yang rilis 2013 silam? Jika pernah, mungkin Mama tahu bahwa novel tersebut telah diadaptasi menjadi sebuah film bergenre fantasi dengan judul yang sama.

Adapun yang menjadi dasar cerita film tersebut adalah novel The School for Good and Evil sangat populer dengan penjualan lebih dari 2,5 juta novel dan sudah dialih bahasakan ke dalam 30 bahasa.

The School for Good and Evil ini menceritakan tentang sebuah petualangan dua orang yang bersahabat, yakni Sophie dan Agatha. Meski keduanya sangat bertolak belakang, tetapi Sophie dan Agatha sama-sama dikucilkan dari lingkungan tempat tinggal.

Sebagai salah satu film yang wajib ditonton, kali ini Popmama.com telah merangkumkan faktamenarikfilmTheSchoolforGoodandEvil yang telah tayang sejak 19 Oktober 2022 di Netflix. Yuk, disimak!

1. Gambaran karakter mirip cerita di negeri dongeng

1. Gambaran karakter mirip cerita negeri dongeng
Twitter/megyolks

Film The School for Good and Evil berfokus pada kisah Sophie dan Agatha yang berasal dari Desa Gavaldon. Mereka telah bersahabat sejak kecil.

Meski demikian, keduanya kerap kali dikucilkan karena Agatha disebut sebagai anak dari penyihir, sedangkan Sophie kerap kali merasa ibu tirinya jahat dan hidupnya tidak bahagia sejak ibunya meninggal. 

Sophie berharap bisa masuk ke School for Good karena selalu bermimpi menjadi putri dan hidup Bahagia layaknya cerita dongen. Berbeda dengan Agatha, ia justru tidak percaya dengan cerita dongeng yang selalu berakhir bahagia. 

Suatu hari, keduanya terdampar di sebuah sekolah, di mana sekolah tersebut berada di dunia lain. Sophie masuk ke School for Evil (Si Jahat), sedangkan Agatha ke School for Good (Si Baik).

Karakter lain dalam film ini digambarkan sebagai anak-anak dari Putri, Pangeran, dan Penjahat di negeri dongeng yang mendunia. Misalnya, anak Prince Charming, Nenek Sihir, Kapten Hook, hingga Sheriff of Nottingham, musuh Robin Hood.

Penampilan dari setiap pemain pun sangat unik. Sebab, anak-anak dari Pangeran dan Putri cenderung digambarkan sebagai sosok yang baik, sedangkan anak penjahat digambarkan sebagai sosok yang jahat pula.

2. Memiliki adegan laga dan alunan musik yang pas

2. Memiliki adegan laga alunan musik pas
Twitter/mojitovxauriel

Adegan laga yang hadir di antara murid sekolah Villain dan sekolah Good di babak ketiga dikemas dengan sangat menarik yang memanjakan mata. Apalagi dengan adanya iringan lagu Toxic (2003) milik Britney Spears.

Selain itu, film The School for Good and Evi disempurnakan dengan sudut pengambilan gambar dan CGI yang semakin menambah adrenalin adegan laga tersebut. Namun Mama tidak perlu khawatir, adegan laga dalam film ini tidak penuh dengan darah atau terkesan gore.

Editors' Pick

3. Ada banyak hal-hal tak terduga

3. Ada banyak hal-hal tak terduga
Twitter/mojitovxauriel

Ada berbagai macam hal-hal tak terduga di dalam film ini. Meski alurnya terkesan klasik, tetapi film ini dibawakan dengan cara yang berbeda.
Film The School for Good and Evil menyuguhkan cerita menarik tentang dunia yang terbagi dalam hitam dan putih di sebuah dongeng.

Berbagai masalah datang silih berganti hingga membuat hubungan Sophie dan Agatha mengalami banyak perubahan.
Akan tetapi, keduanya mampu berkembang dengan caranya masing-masing untuk keluar dari label “baik” dan “jahat”. 

Tidak hanya itu, film ini menyuguhkan plottwist di akhir sebagai kejutan untuk para penontonnya.

4. Desain produksi yang estetik dan visual yang menawan

4. Desain produksi estetik visual menawan
Twitter/anitnelav63

Penonton dimanjakan dengan desain produksi yang estetik, mulai dari kostum para karakter, properti, hingga latar layaknya kerajaan.

Uniknya, film ini menampilkan dua konsep kostum sekaligus yang menjadi ciri khasnya masing-masing.

Murid sekolah Villain dengan pakaian berwarna gelap dominasi hitamdan digambarkan tidak menawan, sedangkan murid sekolah Good tampil bak putri dan pangeran dengan gaun mewah penuh warna pastel cerah dan setelan jas. Hal ini tentu memengaruhi visual dari masing-masing karakter, sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi penonton.

Selain itu, ada pula karakter penjaga berkepala srigala, cupid yang menyeramkan, dan burung tengkorak raksasa. Desain properti yang ada di film The School for Good and Evil ini juga memiliki keunikan masing-masing dengan dua konsep bangunan yang berbeda. 

5. Menyajikan tentang pentingnya Women Empowerment, arti cinta sejati, dan kesetaraan

5. Menyajikan tentang penting Women Empowerment, arti cinta sejati, kesetaraan
Twitter/msiweakkuL

Tidak seperti dongeng pada umumnya, The School for Good and Evil ini mampu menyajikan betapa pentingnya Women Empowerment, arti cinta sejati, dan kesetaraan.

Hal tersebut didasarkan pada cinta sejati tidak harus datang dari sepasang kekasih, tetapi bisa datang dari sebuah persahabatan yang tulus. Ciuman cinta yang sejati pun tidak hanya dari sepasang kekasih saja. Persahabatan justru bisa menjadi bentuk cinta yang paling sejati.

6. Open ending yang menarik dan logis

6. Open ending menarik logis
Twitter/shh_dow

Siapa pun pasti mengharapkan kisah dengan ending yang bahagia atau happilyeverafter. Film The School for Good and Evil memiliki ending yang tidak jauh berbeda.

Dalam film ini, Sophie dan Agatha akhirnya bisa kembali bersahabat setelah melalui berbagai masalah. 
Meski demikian, sebenarnya film ini masih bisa hadir dengan musim kedua. Artinya, secara tidak langsung sang sutradara memberikan akhir film ini sebagai openending.

7. Ada banyak makna yang tersirat

7. Ada banyak makna tersirat
Twitter/bridgerfanton

Tidak hanya menyuguhkan betapa pentingnya WomenEmpowerment, arti cinta sejati, dan kesetaraan, film ini juga mengandung banyak makna yang tersirat.

Dengan adanya perbedaan yang signifikan dari kedua sekolah, yakni School for Good dan School for Evil, film ini mengajarkan bahwa perbedaan itu tidak masalah. Sebab, tidak ada orang yang benar-benar baik maupun benar-benar jahat.

Meski mengandung banyak makna tentang cinta sejati, The School for Good and Evil ini justru lebih banyak menyuguhkan kisah cinta persahabatan, bukan romansa. 

Do you know why Good always wins? because we fight for each other and we care for each other. That is what Good’s love is. Evil only fights for itself, and that is the furthest thing from love on Earth - Agatha"

Itu dia fakta menarik film The School for Good and Evil yang bisa ditonton bersama keluarga. Film ini bisa mengajarkan anak mama tentang keseimbangan antara baik dan buruk.

Bacajuga:

The Latest