Dikutip dari website SOA (Sahabat Orangtua & Anak) yang didirikan oleh Hanlie Muliani, M.Psi, Psi sejak Februari 2012 menyebut diskursus soal Gen Alpha susah menghormati orang yang lebih tua merupakan perdebatan yang kompleks dan multifaset.
Belum ada argumen yang mendukung pandangan bahwa generasi ini mungkin menghadapi tantangan dalam hal tersebut, penting untuk diingat bahwa tidak semua individu dari generasi ini akan menunjukkan pola perilaku yang sama.
Diperlukan pendekatan yang holistik dan terpadu dari masyarakat, keluarga, dan lembaga pendidikan untuk membantu membentuk sikap yang sesuai terhadap menghormati orang yang lebih tua. Oleh karenanya soal mitos atau fakta mengenai hal ini website tersebut menyebut jawabannya bisa di tengah-tengah.
Salah satu alasan di balik persepsi ini karena Gen Alpha lebih terbiasa dengan interaksi melalui perangkat elektronik daripada komunikasi tatap muka. Kurangnya interaksi langsung membuat mereka tak terampil dalam membaca bahasa tubuh, ekspresi wajah, atau nuansa komunikasi yang hanya dapat ditemukan dalam interaksi langsung.
Hal ini dapat mempengaruhi kemampuan mereka dalam menunjukkan rasa hormat dengan cara yang dianggap pantas oleh orang-orang yang lebih tua.
Selain itu budaya konsumsi yang berbeda yakni mereka terbiasa dengan lingkungan di mana segala sesuatu dapat diakses dengan cepat dan mudah. Dalam budaya konsumsi ini, konsep otoritas sering kali diabaikan atau dianggap sebagai sesuatu yang kurang relevan.
Oleh karena itu, sulit bagi mereka untuk secara otomatis menghormati orang yang lebih tua hanya karena usia atau pengalaman.