Benarkah Anak Tidur Mendengkur Bisa Sebabkan Penurunan Kualitas Tidur?

Tidur mendengkur tak selalu berarti tidurnya nyenyak dan berkualitas

6 Maret 2021

Benarkah Anak Tidur Mendengkur Bisa Sebabkan Penurunan Kualitas Tidur
Freepik

Mendengkur seringkali diidentikkan dengan kondisi gangguan tidur yang dialami orang dewasa atau lansia. Namun, kenyataannya anak-anak pun bisa mengalami ngorok, bahkan dalam tingkat yang cukup parah. 

Mendengkur pada anak berdampak pada kualitas tidurnya. Kualitas tidur tidak melulu berhubungan dengan durasi tidur. Meski seorang anak tidur sepanjang durasi normal, tetapi jika ia tidak benar-benar nyenyak dan tubuhnya beristirahat dengan baik, bisa dikatakan kualitas tidurnya tidak baik. 

Berikut Popmama.com merangkum serba-serbi seputar penyebab mendengkur pada anak beserta penanganannya, dilansir dari firstcry.com.

Tipe Mendengkur yang Umum Dialami Anak

Tipe Mendengkur Umum Dialami Anak
Pixabay/Rhonda_Jenkins

Ada dua tipe mendengkur pada anak yang umumnya terjadi, yaitu secara simtomatik atau pun karena kebiasaan. Mendengkur karena kebiasaan terjadi berkelanjutan selama periode waktu dan bukan karena efek eksternal. Sedangkan mendengkur yang simtomatik terjadi karena perubahan kondisi eksternal, seperti cuaca. Kondisi ini bisa datang dan pergi.

Mendengkur simtomatik relatif tidak berbahaya dibandingkan mendengkur karena kebiasan. Jika terjadi berkelanjutan, kondisi ini dapat memengaruhi kesehatan anak Anda dan menyebabkan masalah kesehatan serius. Mendengkur yang konsisten tidak boleh diabaikan, baik itu pada anak-anak maupun orang dewasa.
 

Editors' Pick

Penyebab Anak Mendengkur

Penyebab Anak Mendengkur
fixyoursleeptoday.com

Ada beberapa faktor penyebab anak mendengkur saat tidur, antara lain:

  • Asma,
  • influenza,
  • kegemukan,
  • pembesaran amandel,
  • alergi,
  • penyakit neuromuskular,
  • gangguan genetik,
  • perokok pasif,
  • sleep apnea.

Untuk mengetahui secara pasti penyebab anak mendengkur, dokter akan melakukan diagnosa dengan tes yang dilakukan saat anak tidur. Tes tersebut akan merekam pola tidur, siklus REM dan seberapa sering anak terbangun di malam hari serta bagaimana hal ini berpengaruh pada siklus tidurnya. 

Tes fisik lain yang diperlukan untuk memastikan penyebab mendengkur anak adalah tes fungsi pulmonary. Tes ini akan mengukur kekuatan paru-paru dan melihat apakah ada hambatan di jalan napas.
 

Tanda Dengkuran Anak Tidak Normal

Tanda Dengkuran Anak Tidak Normal
Pixabay/James Timothy Peters

Tidak semua dengkuran yang terdengar berbahaya atau merupakan gangguan tidur. Saat kekebalan tubuh anak menurun atau ia terlalu capek, biasanya anak tertidur hingga mendengkur. Perubahan cuaca atau saat anak sakit juga bisa menyebabkan anak mendengkur saat tertidur pulas. Dengkuran yang normal biasanya ritmenya cepat dan suara dengkurannya halus.

Tetapi jika dengkuran anak terdengar keras atau secara bertahap makin keras dan berkelanjutan selama periode waktu tertentu, tandanya ada sesuatu yang terjadi pada tubuhnya yang menghambat jalannya pernapasan. Selain itu Mama perlu memperhatikan tanda-tanda lain ini:

  • Bangun tidur dengan kondisi kelelahan,
  • sulit dibangunkan,
  • lemah, letih dan lesu sepanjang hari,
  • takut tidur,
  • mengompol,
  • kurang konsentrasi,
  • mengalami perubahan suasana hati.

Pengobatan untuk Anak yang Mendengkur

Pengobatan Anak Mendengkur
Pixabay/angelsalamag054

Mendengkur tidak selalu harus diobati secara medis dengan obat-obatan, tetapi bisa dilakukan dengan mengubah kebiasaan, misalnya:

  • Biarkan anak tidur dengan posisi menyamping karena telentang justru akan memicu dengkuran lebih keras.
  • Mengatur pola makan agar anak tidak kegemukan.
  • Banyak beraktivitas fisik untuk melatih pernapasan.
  • Pastikan anak terhidrasi dengan baik sebelum tidur.
  • Minum air hangat sebelum tidur untuk melegakan pernapasan.
  • Menguapi hidung secara rutin sebelum tidur dan sesudah bangun untuk membersihkan saluran pernapasan dari ingus.

Meskipun ada banyak pengobatan rumahan yang bisa dilakukan sendiri, sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu sebelum menerapkannya. Dokter akan memeriksa dan memberikan saran pengobatan yang mungkin lebih tepat, aman dan efektif untuk anak Anda. 

Baca Juga:

The Latest