5 Isu Kesehatan Anak yang Penting Diperhatikan Orangtua Masa Kini

Tidak hanya kesehatan fisik, kesehatan mental anak masa kini juga kerap terganggu karena hal-hal ini

9 Maret 2020

5 Isu Kesehatan Anak Penting Diperhatikan Orangtua Masa Kini
Commons Wikimedia/Basile Morin

Seiring perkembangan zaman, anak zaman sekarang bertumbuh secara psikis dan fisik lebih pesat ketimbang masa-masa kita dulu, Ma.

Kehadiran social media dan internet pun turut mengubah cara pikir dan pola kehidupan anak. Mulai dari lingkungan sosial, penggunaan internet hingga masalah kesehatan, merupakan hal penting seputar kesehatan psikis dan fisik yang penting diperhatikan orangtua masa kini. 

Popmama.com merangkum 5 isu kesehatan besar yang dihadapi anak generasi masa kini, dilansir dari health.usnews.com:

1. Gizi buruk

1. Gizi buruk
Unsplash/Mc Jefferson Agloro

Bicara soal gizi buruk, mungkin yang ada dalam bayangan banyak orang adalah anak yang kurus-kering atau mengalami busung lapar. Kenyataannya, kebiasaan makan buruk dan konsumsi makanan yang tidak lengkap nutrisinya dapat mengakibatkan gizi buruk pada anak. 

Untuk itu, Mama perlu memerhatikan dengan baik apa yang dikonsumsi anak sehari-hari. Apa yang dimakan anak di rumah, di sekolah atau pun saat ia beraktivitas di luar rumah seperti di mal, sangat penting dipantau. Sebaiknya keluarga membiasakan makan malam bersama-sama, selalu menyediakan camilan sehat dan menanamkan pentingnya memilih makanan yang bukan hanya enak, tetapi baik untuk kesehatan.

2. Kurangnya aktivitas fisik

2. Kurang aktivitas fisik
Freepik

Keberadaan teknologi digital, internet dan social media tak dipungkiri mengubah cara hidup manusia masa kini. Tak terkecuali anak-anak kita, Ma. Jika anak zaman dulu banyak bermain di luar ruangan yang melibatkan aktivitas fisik, anak zaman sekarang lekat dengan gadgetnya sebagai sarana bermainnya. 

Hal ini perlu menjadi perhatian, karena kurangnya aktivitas fisik di usia muda dapat berdampak buruk pada kesehatan anak. Obesitas pun mengintai. Selain itu, kurangnya aktivitas fisik juga berkaitan dengan kurang terlatihnya keterampilan sosial anak. 

Editors' Pick

3. Serangan asma

3. Serangan asma
Freepik

Asma merupakan salah satu yang paling banyak diidap anak sejak tahun 1980. Sekitar sembilan persen anak di seluruh dunia mengidap penyakit ini, bahkan sejak bayi. 

Penyakit ini tak bisa disepelekan begitu saja, Ma. Kondisi ini berdampak besar pada absennya anak di sekolah, mengganggu siklus istirahat, mengurangi konsentrasi, kepercayaan diri anak, hingga kesehatan mentalnya. 

4. Stres karena tugas sekolah yang padat

4. Stres karena tugas sekolah padat
Freepik

Pekerjaan rumah harian, ulangan, tugas semester dan proyek akhir semester, seakan tak cukup membebani hari-hari anak. Mungkin tujuannya adalah agar anak dapat berprestasi gemilang di ranah akademik.

Akan tetapi, padatnya tugas sekolah ini merenggut waktu istirahat anak dan waktu bermainnya. Bahkan, banyak orangtua yang mengeluhkan waktu anak yang tersita untuk mengerjakan tugas di rumah, sehingga tak sempat sarapan dan makan malam bersama keluarga.

Belum lagi jika semua ini masih ditambah berbagai les yang harus diikuti anak di luar sekolah. Anak menjadi sangat rentan terhadap stres.

5. Kesehatan mental yang rentan karena keterampilan sosial yang rendah

5. Kesehatan mental rentan karena keterampilan sosial rendah
Freepik

Jika bisa mengirim pesan lewat Whatsapp, mengapa harus mengobrol langsung? Jika bisa diwakili emoji, mengapa harus repot-repot memeluk dan tersenyum? Jika bisa memberikan "love" di postingan Instagram, mengapa harus mengungkapkan pujian langsung? 

Tanpa sadar, hal-hal di atas tertanam di pikiran anak-anak kita, berkat kemudahan yang diberikan gadget dalam kehidupan sehari-hari. Tentu saja, yang mereka sebut dengan 'kemudahan' ini, berdampak besar pada keterampilan sosial yang rendah. Padahal, keterampilan sosial yang rendah dapat merugikan kesehatan mental seseorang. 
 

6. Gangguan mental karena perundungan

6. Gangguan mental karena perundungan
Picryl/Public Domain Pictures

Perundungan sebetulnya bukanlah fenomena baru. Tetapi fenomena ini tampak makin besar semenjak hadirnya social media yang mengantarkan cara baru perundungan, yaitu cyberbullying. Sebuah studi yang dilakukan Cyberbullying Research Center menyebutkan, lebih dari sepertiga anak usia 11-15 tahun pernah mengalami cyberbullying

Cyberbullying merupakan perpanjangan tangan dari bentuk perundungan tradisional. Bisa atau pun tidak melibatkan kekerasan fisik, tetapi yang pasti melibatkan kekerasan verbal. Oleh karena itu, orangtua harus memantau bagaimana anak menggunakan internet. Jangan biarkan anak memiliki social media atau media komunikasi digital, sebelum mencapai batas umur yang disarankan. Pantau aktivitas mereka dalam berinternet sembari berikan edukasi tentang perundungan di kehidupan sehari-hari.

Itulah enam isu kesehatan yang perlu menjadi perhatian orangtua masa kini. Penting menjalin relasi yang baik dengan pihak sekolah, dokter bahkan psikolog anak dalam menghadapi dinamika perkembangan anak-anak kita saat ini. 

Semoga informasi ini memberikan inspirasi ya, Ma. 

Baca juga:

The Latest