Mengapa Harus Menjaga agar Anak Tidak Terlalu Sibuk? Ini Jawabannya!

Terkadang, ambisi orangtua bisa jadi bumerang bagi kesehatan fisik dan mental anak

2 Juli 2019

Mengapa Harus Menjaga agar Anak Tidak Terlalu Sibuk Ini Jawabannya
Freepik

Siapa sih orangtua yang tak ingin anaknya berprestasi? Baik itu dalam ranah akademik, maupun non-akademik. Untuk mencapainya, tak jarang orangtua begitu antusias mengikutsertakan anak dalam berbagai kegiatan sepulang sekolah. Entah itu les, ekstrakurikuler di sekolah atau pun kegiatan olahraga dan seni lainnya.

Pada dasarnya, semua kegiatan pendukung ini baik. Selain membuat anak lebih produktif, banyak berkegiatan dapat membantu anak untuk mengembangkan kemampuan sosialnya. Tetapi, seringkali orangtua, atau bahkan sang Anak sendiri, begitu ambisius bisa menjalani semua aktivitas tanpa memperhitungkan kesehatan fisik dan atau mental sang Anak. 

Tanda-tanda Anak Terlalu Banyak Aktivitas

Tanda-tanda Anak Terlalu Banyak Aktivitas
Freepik/Werachai Sookruay

Sayangnya, kadang orangtua tak sadar bahwa dengan menjejali anak berbagai aktivitas yang menyibukkan memiliki dampak negatif bagi anak. Apalagi jika si Anak sudah menampakkan tanda-tanda seperti berikut:

  • Selalu tampak kelelahan,
  • pemarah, gelisah dan tampak tak memiliki kendali atas emosinya,
  • mudah menangis,
  • kerapkali mengalami masalah fisik yang berulang, seperti sakit kepala atau sakit perut,
  • sering mengalami gangguan tidur,
  • antisosial dan tidak ingin berbaur dengan teman-temannya,
  • selalu merasa tidak punya waktu luang,
  • sering mengatakan bahwa ia ingin tinggal di rumah dan tidak melakukan aktivitas apapun,
  • tidak lagi bisa menikmati sesuatu yang dulu baginya menyenangkan.

Tanda-tanda di atas sepertinya tampak mudah untuk dikenali, tetapi terkadang orangtua begitu sibuk sehingga seringkali tanda itu terbaikan begitu saja. Dilansir dari familydoctor.org, disebutkan bahwa anak-anak yang tidak memiliki keseimbangan antara waktu untuk beristirahat, bermain, dan beraktivitas dapat menderita beberapa risiko kesehatan yang terkait dengan stres yang berdampak pada: 

  • Tekanan darah meningkat,
  • lebih rentan terhadap kecelakaan, seperti kerapkali mengalami jatuh,
  • berisiko tinggi mengalami depresi dan kecemasan,
  • berkurangnya daya imajinasi atau kreativitas,
  • menurunnya keterampilan dalam pemecahan masalah,
  • anak mudah sakit.

Lantas, bagaimana cara mengimprovisasi keseharian agar anak tetap produktif dan kegiatannya terasa menyenangkan? 
 

Editors' Pick

1. Berikan waktu luang untuk melepas penat

1. Berikan waktu luang melepas penat
Maxpixel/ CC0 Public Domain

Sekolah, les, ekstrakurikuler. Kegiatan-kegiatan ini bisa menimbulkan kejenuhan pada anak. Untuk itu, anak-anak harus diberi waktu luang dalam seminggu, setidaknya satu hingga dua hari untuk beristirahat tanpa kegiatan tambahan sepulang sekolah.

Waktu luang adalah waktu di mana mereka dapat bersantai dan melakukan sesuatu yang disukainya. Mama bisa bertanya, kegiatan produktif apa yang ingin dilakukannya saat senggang. Misalnya: bermain bersama teman-temannya, jalan-jalan sore bersama Mama dan Papa atau pun membaca buku.

2. Prioritaskan waktu bermain yang produktif

2. Prioritaskan waktu bermain produktif
rawpixel.com/Teddy

Pada usianya, anak-anak tak boleh kehilangan waktu bermain, sesibuk apapun ia dengan kegiatan akademik atau pun non-akademiknya. Namun, usahakan agar kegiatan bermain itu produktif.

Salah satu caranya adalah dengan mengajak anak bermain di luar rumah. Apalagi bagi anak yang sehari-harinya banyak duduk dalam ruangan. Bermain di luar rumah akan membuat anak aktif secara fisik, merasa segar secara pikiran dan mendapat pengalaman yang berbeda. Bahkan, Akademi Dokter Keluarga Amerika merekomendasikan agar anak terlibat aktivitas fisik  setidaknya selama 30-60 menit sehari untuk mengurangi stres.
 

3. Luangkan waktu berkualitas bersama keluarga

3. Luangkan waktu berkualitas bersama keluarga
crestviewsylvanlake.com

Para ahli sepakat bahwa interaksi dengan keluarga adalah bagian penting dari keseimbangan yang sehat dalam aktivitas harian anak-anak. Bahkan lebih dari itu, penting bagi keluarga untuk memiliki waktu bermain bersama sebagai  salah satu cara terbaik untuk saling mengenal lebih dekat. Khususnya bagi orangtua dan anak yang minim waktu bertemu karena kesibukan.

Memperbanyak waktu yang berkualitas dengan orangtua akan membuat anak merasa bahwa orang tua benar-benar menyayangi mereka bukan karena prestasi. Tak harus dengan liburan ke luar kota atau luar negeri kok, Ma. Sesederhana, misalnya: menjadwalkan makan bersama di luar rumah seminggu sekali bersama seluruh anggota keluarga atau jogging di Car Free Day setiap Minggu pagi. Jadikan waktu-waktu ini kesempatan bagi 

Jadikan waktu-waktu ini kesempatan bagi anak bercerita tentang hari-hari mereka. Jika dalam percakapan tersebut, orangtua merasa aktivitas anak terlalu padat, orangtua dan anak dapat memutuskan mana aktivitas yang harus dilanjutkan, dan mana aktivitas yang bisa ditunda untuk kemudian hari.

Baca juga:

The Latest