Perubahaan Suasana Hati Anak, Mana Yang Normal dan Tidak?

Jelang remaja, moodnya suka naik-turun. Wajar atau tidak ya?

18 Mei 2021

Perubahaan Suasana Hati Anak, Mana Normal Tidak
Freepik/Rawpixel-com

Memasuki masa pubertas, anak remaja Mama akan mengalami berbagai perubahan dalam hidupnya. Baik itu perubahaan bentuk tubuh maupun perubahan psikis. Namun, ada satu hal yang seringkali menimbulkan perdebatan sengit yang tak dapat diterima oleh orangtua adalah perubahan suasana hati seorang anak.

Padahal, perubahan suasana hati atau mood pada remaja adalah salah satu hal dalam fase ini yang biasa dialami. Meskipun perubahan suasana hati ini bisa jadi sangat ekstrem.

Meskipun begitu, orangtua perlu memahami bagaimana tanda-tandanya jika ada sesuatu yang semakin serius.

Berikut Popmama.com merangkum informasi tentang perubahan suasana hati remaja, dilansir dari verywellfamily.com:

Mengapa Remaja Mengalami Perubahan Suasana Hati?

Mengapa Remaja Mengalami Perubahan Suasana Hati
Freepik/rawpixel

Ketika seorang anak beranjak menuju masa pubertas, hormon-hormon mereka akan berfluktuasi, menyebabkan ketidakstabilan emosi.

Remaja pun masih belum dapat mengendalikan suasana hati yang diakibatkan perkembangan emosional. Dengan kata lain, mereka mengekspresikan apa yang mereka rasakan, tanpa mempertimbangkan sebab-akibatnya. 

Pada fase ini, remaja juga menghadapi banyak tekanan, termasuk kebimbangan akan jati dirinya. Di satu sisi, ia masih ingin menjadi seorang anak yang diperhatikan dan dilindungi sepenuhnya.

Tetapi secara bersamaan ia pun ingin diperlakukan sebagai orang dewasa yang mandiri. Gabungan antara kebimbangan tersebut membuat suasana hatinya menjadi mudah berubah. 

Editors' Pick

Mengenal Gangguan Suasana Hati

Mengenal Gangguan Suasana Hati
Freepik/Ksandrphoto

Meskipun sebagian besar perubahan suasana hati adalah hal yang normal pada remaja, gangguan suasana hati memang bisa saja muncul dalam fase ini. Dua gangguan suasana hati yang kerapkali muncul adalah gangguan depresi mayor dan gangguan bipolar.

Kedua gangguan ini menyebabkan periode suasana hati yang rendah, mudah marah, apatis, masalah tidur, gangguan makan, kelelahan dan konsentrasi menurun. 

Pada gangguan bipolar, periode-periode depresi ini bergantian antara periode mania dan hipomania. Remaja yang lebih besar dan orang dewasa dengan gangguan bipolar sering mengalami episode keadaan suasana hati yang berubah-ubah dan ini berlangsung selama beberapa minggu.

Tetapi, anak jelang remaja yang mengalami bipolar mungkin mengalami episode yang lebih fluktuatif dengan frekuensi yang jauh lebih besar.

Perbedaan Gangguan Suasana Hati dengan Kondisi Normal

Perbedaan Gangguan Suasana Hati Kondisi Normal
Pixabay/sasint

Jadi bagaimana Mama bisa tahu apakah anak mama menderita gangguan atau sekadar perubahan suasana hati wajar seorang remaja? Hal ini bisa diamati dari perilakunya. 

Setiap remaja memang ada waktunya merajuk, tetapi lihatnya sikapnya sehari-hari. Entah itu caranya makan, pergi ke sekolah atau berinteraksi dengan teman-temannya? Apakah ia menjalani kehidupan dengan sikap dan cara yang sama? Jika demikian, kemurungan tersebut bisa jadi hanyalah perubahan suasana hati yang wajar dan sifatnya normatif.

Namun, jika anak remaja Mama menunjukkan ekspresi kesusahan, menarik diri dari pergaulan, sering mengatakan tentang kesendirian dan ingin menghilang, bicara tentang bunuh diri atau menyakiti diri sendiri dan orang lain, jangan ditunda, Ma. Segera konsultasikan dengan dokter agar penanganannya tidak terlambat. Jika dirasa perlu, dokter akan merujuk anak berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater.

Mengatasi Remaja yang Moody

Mengatasi Remaja Moody
Freepik/Wavebreakmedia

Satu hal yang penting disadari adalah anak Mama tidak dengan sengaja 'menyiksa' Mama dengan sikapnya. Ia sendiri pun bergulat dengan ketidakstabilan emosional akibat perubahan hormon atau pun perselisihan sosial yang dihadapinya. Cobalah sedikit melonggarkan ketegangan. 

Meskipun begitu, tekankan pada anak bahwa bagaimana pun suasana hatinya, ia tak boleh menyakiti orang lain dengan tindakan mereka. Kembangkan empati mereka dengan menjelaskan bagaimana tindakan mereka dapat memengaruhi diri sendiri, Mama dan anggota keluarga lainnya. 

Hindari memojokkan mereka dengan kalimat, "Kamu benar-benar keterlaluan!".

Melainkan biarkan mereka tahu perasaan Mama terhadap tindakan mereka, "Mama merasa sedih dan sakit hati ketika kamu menolak dan membentak karena makan malamnya tidak sesuai keinginan kamu."

Mungkin saja respon positif tidak langsung Mama dapatkan saat itu juga.

Tetapi cara ini bisa meredam panasnya suasana hati mereka, sehingga mereka akan bersedia duduk bersama untuk membicarakan perasaan mereka dengan cara lebih halus.

Baca juga:

The Latest