Selain melihat berbagai koleksi barang bersejarah, di museum ini juga tercatat secara gamblang bagaimana kehidupan dan lingkungan di Sumatera di awal keberadaan manusia. Tulisan-tulisan ini sangat bermanfaat bagi si Kecil untuk menambah wawasan dan pengetahuan mereka.
Lingkungan Alam Prasejarah di Sumatera
Dalam fisiografis kepulauan Nusantara, Pulau Sumatera menempati bagian paling barat dan berdekatan dengan Semenanjung Malaka sebagai bagian dari Asia Tenggara daratan. Konfigurasi bentang alam Sumatera yang merupakan bagian dari Pulau Sumatera akan berhubungan dengan periodisasi setelah 11 ribu tahun yang lalu.
Situs-situs yang ada selama terjadi zaman es, yaitu pada saat terbentuknya jembatan darat akibat penurunan permukaan muka laut pada saat itu tenggelam di bawah permukaan air laut.
Misalnya di lembah-lembah sungai purba pada jalur Selat Malaka ataupun Laut Cina Selatan antara Sumatera dan Kalimantan.
Situs-situs yang tenggelam ini kemungkinan lebih tua dibandingkan dengan situs-situs yang saat ini ditemukan di Sumatera. Karena daerah tersebut merupakan jalur utama dari proses migrasi yang berasal dari Asia Tenggara Daratan ke arah selatan sejak akhir Kala Pliosen dan selama Kala Pleistosen.
Migrasi ini dimungkinkan karena adanya jembatan darat yang terjadi pada setiap zaman glasial
Peta pola aliran sungai purba di Sumatera dan Kalimantan menunjukkan bahwa sungai-sungai besar di Sumatera dan Kalimantan saat ini, misalnya Sungai Musi dan Kapuas merupakan ujung dari suatu sistem drainase raksasa yang ada di Dasar Laut Cina Selatan saat ini. Kedua sungai yang berada di pulau yang berbeda ini saling berhubungan selama zaman glasial.
Terhubung dalam suatu lembah yang ditempati oleh drainase raksasa tersebut pulau Sumatera yang tampak saat ini sebenarnya hanyalah bagian paling tinggi dari Paparan Sahul di Indonesia bagian barat sebagai Dataran Tinggi Sumatera selama zaman glasial.
Apabila dilihat dari konfigurasi arus migrasi ke selatan selama kala Pleistosen tersebut maka akan tampak Pulau Sumatera saat ini terletak lebih ke barat dibandingkan dengan jalur migrasi yang terjadi sebelum Berakhirnya zaman glasial yang terakhir.
Selama zaman glasial jajaran Pegunungan Bukit Barisan yang memanjang dari utara ke selatan di bagian Barat Sumatera merupakan bagian paling kecil dari alam Sumatera.
Hal ini memiliki indikasi bahwa jalur ini bukanlah jalur yang nyaman untuk dilalui hingga akhirnya terjadi kenaikan muka laut akibat berakhirnya zaman glasial pada periode 11 ribu tahun yang lalu.
Jika dikaitkan dengan perubahan Bentang Sumatera akibat turun naik permukaan air tersebut maka ditafsirkan bahwa kehidupan yang tersisa pada gua-gua para pemukiman prasejarah di Pulau Sumatera ini seperti yang terjadi di beberapa gua-gua di gua prasejarah di Indonesia bagian barat.
Proses hunian awal di gua-gua ini diperkirakan berkaitan dengan proses pengundian gua-gua di paruh pertama Kala Holosen.
Situasi seperti ini mengisyaratkan bahwa berbagai hunian di Sumatera merupakan bagian dari hunian prasejarah awal kala Holosen yang mungkin tetap berlanjut hingga Kedatangan para penutur Austronesia yang pertama di kepulauan nusantara pada periode sekitar 4 ribu tahun silam.
Kehidupan Awal Manusia di Sumatera
Hunian manusia di Sumatera berdasarkan sisa-sisa manusia yang ditemukan menunjukkan hunian yang berasal dari akhir Zaman Esa sekitar 11 ribu tahun lalu. Migrasi pertama datang dari utara yang kemungkinan asalnya adalah di daratan Asia Tenggara.
Ini merupakan migrasi Ras Australomelanesid ke arah selatan hingga mereka menduduki bukit-bukit kerang di pantai timur Sumatera sekitar 10 ribu tahun silam. Pergerakan migrasi ras ini agaknya berakhir hanya sampai di situ.
Periode-periode berikutnya sekitar 3,5 ribu tahun lalu, sebuah populasi yang berbeda secara fisik menggantikan Ras Australomelanesid. Kelompok pendatang ini adalah Ras Mongoloid.
Pada mulanya logis ditafsirkan bahwa penduduk Sumatera oleh manusia berdasarkan temuan rangka ras mongoloid tersebut merupakan bagian dari teori "Out of Taiwan", yakni dalam perjalanan migrasinya ke Madagaskar melalui Sulawesi, Kalimantan, Jawa dan Sumatera.
Akan tetapi berdasarkan penanggalan radiometric terhadap bukti-bukti arkeologis di gua-gua maupun daratan tinggi di Jambi menunjukkan usia yang sama tuanya dengan budaya Austronesia di Sulawesi, yakni sekitar 3500 tahun yang lalu.
Ditafsirkan bahwa hunian manusia di Sumatera mempunyai alur migrasi tersendiri di luar jalur "Out of Taiwan" mungkin pergerakan migrasi dari daratan Asia ke arah selatan melalui Sumatera. Data terbaru seperti itu telah memberikan penafsiran baru pula bahwa persebaran Ras Mongoloid ini tidak hanya terjadi di bagian timur Indonesia (Taiwan-Filipina-Sulawesi) tetapi juga bagian barat Indonesia (Asia Tenggara dan Sumatera).
Itulah ulasan tentang koleksi di Museum Balaputera Dewa yang ada di Palembang, Sumatera Selatan.
Kamu bisa ajak sanak keluarga untuk bisa wisata edukasi ke museum ini bersama. Untuk informasi lebih lanjut atau reservasi kunjungan bisa menghubungi melalui WhatsApp dengan nomor 089636406305 ya.