Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
Hindari Berkata "Be Yourself" kepada Anak! Ketahui Alasannya
Freepik/Lifestylememory

Salah satu kalimat andalan orangtua dalam menasihati si Anak adalah "be yourself" atau "jadilah dirimu sendiri!"

Secara sekilas, kalimat tersebut terdengar positif, tetapi nasihat itu bukanlah nasihat yang cocok diberikan kepada anak.

Saat berhadapan dengan nasihat tersebut, hal pertama yang akan dirasakan anak adalah rasa kebingungan.

Saat identitas si Anak masih dalam tahap perkembangan, nasihat yang terlalu abstrak ini justru bisa menimbulkan pertanyaan baru dalam benaknya, siapa sebenarnya “diriku” ini?

Bukannya membantu, kalimat ini dapat memberi tekanan tersendiri, karena si Anak masih membutuhkan arahan konkret, teladan nyata, dan ruang untuk berkembang dalam kesehariannya.

Untuk itu, Popmama.com telah merangkum informasi tentang hindari berkata "be yourself" kepada anak! ketahui alasannya, serta hal yang sebaiknya Mama sampaikan agar si Anak bisa tumbuh dengan lebih sehat secara emosional.

1. Anak belum bisa mencerna nasihat yang abstrak dan membingungkan

Freepik/cookie_studio

Kalimat “jadilah dirimu sendiri” terdengar sederhana bagi Mama, tetapi pada praktiknya sangatlah abstrak.

Anak bisa saja menafsirkan nasihat ini secara berbeda dan penuh pertentangan, apakah harus selalu jujur apa adanya meski menyakiti orang lain, apakah harus bertindak seenaknya, atau justru menutup diri?

Anak-anak membutuhkan arahan yang jelas dan konkret agar bisa memahami perilaku apa yang baik dan dapat diterima di berbagai situasi.

Menurut American Academy of Pediatrics (2021), metode belajar yang paling efektif bagi anak adalah melalui bimbingan konkret dan contoh langsung, bukan dari konsep abstrak yang sulit dipahami.

Oleh karena itu, daripada memberi nasihat yang samar, Mama bisa membantu si Anak dengan memberi instruksi jelas, misalnya “cobalah bersikap sopan saat bertemu orang baru” atau “katakan perasaanmu secara jujur, tapi tetap dengan kata-kata yang baik.”

2. Identitas anak masih dalam tahap perkembangan

Freepik

Di usia kanak-kanak, identitas individu masih terus berkembang dan belum memiliki suatu konsep konkret dan pasti untuk menunjukkan 'inilah diriku yang sebenarnya.'

Masa kanak-kanak adalah periode penting untuk eksplorasi identitas. Si Anak sedang mencoba berbagai peran, nilai, dan kebiasaan sebelum akhirnya menemukan jati diri yang sebenarnya.

Memberi nasihat “jadilah dirimu sendiri” memberikan kesan seolah Mama sedang menuntut si Anak untuk langsung mengetahui siapa dirinya, padahal proses pengenalan dan eksplorasi tersebut masih berlangsung.

Dilansir dari Child Mind Institute, anak-anak perlu diberi kesempatan untuk bereksperimen dengan minat, gaya, maupun cara berpikir.

Dengan kesempatan tersebut, anak bisa menemukan identitas diri secara alami tanpa merasa terbebani oleh harapan datang terlalu cepat.

3. Dapat membuat anak salah paham

Freepik

Terkadang, saat si Anak diminta untuk “menjadi dirinya sendiri,” anak mama dapat berpikir bahwa dirinya bebas bertindak tanpa batas, bahkan jika perilakunya tidak tepat.

Misalnya, si Anak bisa saja berkata, “kan, memang aku orangnya suka marah, jadi biarkan saja,” untuk memberikan pembenaran terhadap perilakunya yang kurang baik.

Hal ini tentunya berbahaya karena bisa membuat si Anak berpikir bahwa sifat negatif tidak perlu diubah.

Selain itu, jika si Anak terbiasa membenarkan perilaku yang menyakiti orang lain dengan alasan “itulah diriku,” si Anak berisiko kesulitan dalam menjalin hubungan sehat dengan orang lain.

Oleh karena itu, penting bagi Mama untuk mengajarkan bahwa menjadi diri sendiri bukan berarti bebas melakukan apa saja, melainkan tetap bertanggung jawab atas perilaku.

Mama bisa membantu si Anak memahami batasan dalam bertindak.

Contohnya, jika si Anak marah, Mama dapat mengatakan, “Mama tahu kamu sedang kesal, tapi kamu tidak boleh memukul. Kamu bisa bilang dengan kata-kata kalau tidak suka.”

Dengan cara ini, si Anak belajar bahwa perbuatan yang menyakiti orang lain adalah hal yang melewati batas, dan tidak seharusnya dijadikan sebagai identitas.

4. Nasihat lain untuk menggantikan "be yourself"

Freepik

Daripada mengatakan “jadilah dirimu sendiri,” Mama bisa memberikan nasihat atau arahan yang lebih konkret dan spesifik. Misalnya:

  • “Bersikaplah baik dalam situasi apapun, meskipun tidak ada yang melihat kebaikanmu.”

  • “Kamu harus berani saat menghadapi hal baru.”

  • “Bersikaplah jujur, meskipun itu sulit.”

  • “Tetaplah jaga sopan santun di mana pun kamu berada.”

  • “Setelah meminta maaf, maafkan juga dirimu sendiri setelah membuat kesalahan.”

Memberikan panduan berbasis nilai seperti kebaikan, keberanian, dan kejujuran terbukti lebih efektif untuk membentuk karakter anak.

Dengan demikian, si Anak punya acuan yang nyata dalam bertindak, bukan sekadar nasihat abstrak.

5. Anak masih dalam proses perkembangan

Freepik/jcomp

Penting bagi Mama untuk menyadari bahwa si Anak bukan produk jadi, melainkan individu yang terus bertumbuh setiap harinya.

Identitas si Anak masih dalam perjalanan panjang yang dipengaruhi oleh lingkungan, pengalaman, dan nilai yang dipelajari setiap hari.

Jika Mama hanya menekankan untuk “jadilah dirimu sendiri,” si Anak mungkin merasa terbebani untuk harus sudah mengetahui siapa dirinya sekarang.

Padahal, peran orangtua yang efektif adalah sikap proaktif dalam mendampingi anak menemukan identitasnya secara bertahap dengan menyediakan ruang aman untuk eksplorasi dan berkembang.

Tugas Mama adalah memberi teladan nyata, menyediakan bahasa untuk memahami nilai-nilai seperti kebaikan, kejujuran, dan keberanian, serta memberi kesempatan untuk mencoba.

Misalnya, ketika si Anak mencoba hobi baru, Mama bisa memberi semangat walau si Anak belum ahli.

Dengan dukungan seperti ini, si Anak akan merasa aman untuk berkembang dan menemukan versi terbaik dari dirinya sendiri.

Itulah informasi tentang hindari berkata "be yourself" kepada anak! ketahui alasannya. Semoga membantu, Ma!

Editorial Team