Mengapa Anak Kedua Lebih Sering Memberontak?

Jika Mama memiliki anak kedua, coba perhatikan apakah dia lebih sering memberontak? Kenapa ya?

6 Oktober 2021

Mengapa Anak Kedua Lebih Sering Memberontak
youngparents.com

Jika Mama memiliki lebih dari satu anak, Mama mungkin sudah menyadari banyak sekali perbedaan yang dimiliki masing-masing anak. Ada yang mempunyai watak tenang dan ada yang lebih energik. Begitu pun dengan selera makanan mereka yang terkadang berbeda.

Awalnya, para orangtua berpikir bahwa memiliki anak kedua sama seperti memiliki anak pertama. Tapi ini tidak sesederhana yang diduga. Perbedaan mereka sangat mencolok dan membuat harapan beberapa para orangtua baru tidak sesuai dari yang dibayangkan. 

Anak kedua mungkin lebih "rewel dan susah diomongi" dibandingkan si Kakak. Mengapa demikian? Berikut penjelasan yang Popmama.com berikan.
 

1. Anak kedua lebih sering memberontak?

1. Anak kedua lebih sering memberontak
theconversation.com

Anak yang lahir kedua memang diyakini sebagai pembuat onar dalam keluarga. Dilansir dari laman Moms.com, sebuah studi yang dilakukan oleh ekonom MIT, Joseph Doyle, mengatakan bahwa anak-anak yang lahir kedua lebih cenderung menunjukkan perilaku memberontak, yang dapat menyebabkan mereka banyak mengalami kesulitan di kesehariannya.

Doyle menemukan hasil bahwa anak-anak yang dilahirkan kedua, dibandingkan dengan saudara mereka yang lebih tua, jauh lebih mungkin berakhir dalam kenakalan anak hingga membuatnya diskors di sekolah atau berlanjut mengalami kenakalan remaja. 

Editors' Pick

2. Sering terjadi pada anak laki-laki

2. Sering terjadi anak laki-laki
freepik.com

Situasi Ini menjadi dua kali lipat terjadi pada anak laki-laki. Doyle menganalisis data dalam keluarga dari Florida dan Denmark, terlepas dari perbedaan geografis, sosial-ekonomi, dan lingkungan si Anak.

Doyle menemukan bahwa dalam keluarga dengan dua anak atau lebih, anak laki-laki kelahiran kedua 20-40 persen lebih mungkin didisiplinkan di sekolah dan akhirnya memasuki sistem peradilan pidana (akibat kenakalan remaja), jika dibandingkan dengan saudara kandung mereka lainnya. 

Data ini mengesampingkan faktor lain seperti kesehatan si Anak atau pilihan sekolahnya. 

3. Meniru perilaku dari saudara kandung yang lebih tua

3. Meniru perilaku dari saudara kandung lebih tua
talepost.com

Perilaku buruk yang membuat anak kedua lebih mudah "rewel" mungkin, pada kenyataannya, merupakan kesalahan saudara kandung mereka yang lebih tua karena saudara kandung yang lebih muda cenderung meniru perilaku kakaknya.

Anak sulung memiliki panutan, yaitu orang dewasa, orangtuanya sendiri. Namun, anak kedua memiliki panutan yang sedikit tidak rasional, bayangkan anak kedua memiliki panutan pada kakak mereka sendiri, yang usianya belum dewasa. 

Bahkan, anak sulung yang dijadikan panutan oleh sang Adik pun belum tentu melakukan perilaku baik, anak sulung juga masih mengembangkan diri, tapi adiknya melihat mereka sebagai panutan sehingga perilaku "buruk" dari kakaknya juga dijadikan contoh. 
 

4. Orangtua yang lebih fokus pada anak sulung

4. Orangtua lebih fokus anak sulung
polishsitters.com

Doyle yakin ada beberapa penjelasan yaitu orangtua mungkin lebih fokus pada anak sulung mereka, ini mengakibatkan si Anak kedua jadi memberontak karena kurang mendapatkan perhatian dari orangtuanya.

Para peneliti berpendapat bahwa anak sulung memiliki orangtua mereka sendiri sampai bayi lain lahir. Ketika anak kedua lahir, orangtua harus membagi waktu antara kedua anaknya. 

Jelas, Ini memengaruhi anak sulung, tetapi setidaknya untuk sesaat. Namun, anak sulung masih menjadi fokus perhatian orangtua. Lalu, setelah adik mereka lahir (anak kedua), adik mereka sudah dihadapkan pada kenyataan jika perhatian orangtua mereka terbagi.

5. Cara mengatasi kerewelan anak kedua

5. Cara mengatasi kerewelan anak kedua
healthiz.com

Orangtua harus memberikan pemahaman secara berkala pada anak kedua sejak dini, bahwa perilaku kakaknya tidak semua bisa dijadikan contoh untuk diikuti.

orangtua juga harus memberikan perhatian ekstra pada anak kedua. Berikut cara mengatasi prilaku memberontak dari anak kedua:

  • Tidak menerapkan sikap otoriter pada anak karena akan mempengaruhi kepribadian anak menjadi pemarah. 
  • Jangan melakukan perintah pada anak di saat yang tidak tepat. Misalnya ketika anak sedang melakukan kegiatan yang disenanginya. 
  • Ketahuilah bahwa anak-anak sangat mendambakan didikan serta teladan dari orangtuanya. Jangan biarkan anak tumbuh hingga mengalami krisis keteladanan.
  • Buatlah quality time dengan anak, ini bisa diterapkan pada anak sulung atau anak kedua. Agar masing-masing anak mempunyai beberapa waktunya sendiri ketika orangtua menjadi "miliknya sendiri" di beberapa kesempatan.
  • Pusatkan pada hal positif dan tidak membanding-bandingkan. Biasanya ketika anak kedua sedang rewel, terkadang orangtua spontan mengatakan, "Contoh itu, kakakmu. Dia tidak nakal seperti kamu." Hal itu sangat salah untuk dilakukan namun, tak jarang banyak orangtua melakukannya. 

Nasihat yang baik amat diperlukan, bukan dengan prilaku membanding-bandingkan. Berikan anak sebuah pujian ketika melakukan perilaku positif. Ini agar anak semakin terdorong untuk melakukan perilaku baik.

Setiap anak pada dasarnya memiliki perbedaan yang tidak bisa disamakan. Peran orangtua sangat penting untuk bersikap adil pada anak-anaknya. Kelebihan dan kekuarangan setiap anak harusnya menjadi pembelajaran bagi orangtua untuk mendidik mereka dengan cara yang berbeda. 

Baca juga: 

The Latest