Ketahui 5 Risiko Mengasuh Anak dengan Cara Otoriter

Cara pengasuhan otoriter tidak dianjurkan karena memiliki banyak risiko, Ma

4 November 2020

Ketahui 5 Risiko Mengasuh Anak Cara Otoriter
Unsplash/Nikola Saliba

Setiap orangtua memiliki cara tersendiri untuk mengasuh dan mendidik anaknya. Tentu saja, dengan memberikan segala hal yang dianggap paling baik untuk anak. 

Namun, tidak semua hal baik yang menurut Mama dan Papa baik juga untuk buah hati. Mungkin saja, ada orangtua yang tidak sadar bahwa cara asuhnya merugikan anak. 

Misalnya, pengasuhan secara otoriter. Dimana orangtua cenderung banyak menuntut dan tidak responsif terhadap anak. 

Cara pengasuhan seperti ini tidak disarankan. Bahkan, memiliki banyak risiko atau dampak negatif, Ma.

Lebih lanjut, berikut Popmama.com jelaskan risiko yang timbul jika orangtua menjalankan pengasuhan otoriter. 

1. Mama dan Papa dianggap sebagai orangtua bossy

1. Mama Papa dianggap sebagai orangtua bossy
Unsplash/Xavier Mouton Photographie

Apabila orangtua memiliki cara pengasuha otoriter, risiko pertama yang harus siap dihadapi adalah penilaian orang lain. Orang-orang akan memandang Mama dan Papa sebagai tipe orangtua yang bossy.

Hal ini tentu saja karena cara pengasuhan yang cenderung suka memerintah, selalu ingin dituruti, dan menuntut anak untuk mengikuti apapun keputusan orangtua. Tentu saja, cara seperti ini bisa dibilang bukan suatu hal yang baik.

Editors' Pick

2. Membentuk jiwa pemberontak pada anak

2. Membentuk jiwa pemberontak anak
Unsplash/Simon Rae

Tidak hanya berisiko bagi orangtua, cara pengasuhan otoriter juga memiliki dampak pada anak-anak. Salah satunya, menumbuhkan sifat pemberontak dalam diri si Kecil, Ma. 

Biasanya, pengasuhan otoriter banyak menerapkan aturan dan suka mengendalikan anak secara berlebihan. Cara seperti ini tidak akan membuat anak menjadi penurut, Ma.

Justru sebaliknya, jika Mama dan Papa terlalu mengendalikan anak, mereka dapat memiliki jiwa pemberontak di dalam diri sendiri. Lambat laun, buah hati pun bisa merasa lelah saat dikendalikan dan mungkin saja akan memilih melawan. 

3. Kurangnya kedekatan emosional antara orangtua dan anak

3. Kurang kedekatan emosional antara orangtua anak
Unsplash/Karim MANJRA

Cara pengasuhan yang otoriter ini juga akan berdampak pada hubungan orangtua dengan anak. Mama, Papa, dan buah hati akan memiliki kedekatan emosional yang kurang baik. 

Hal ini karena orangtua hanya menekankan tuntutan tanpa mau mendengarkan isi hati atau perasaan yang dialami anak. Jadi, anak tidak merasa bahwa sosok Mama dan Papa benar-benar ada dan mau memahaminya di berbagai keadaan. 

4. Tidak adanya toleransi dalam keluarga

4. Tidak ada toleransi dalam keluarga
Unsplash/Juliane Liebermann

Apabila orangtua yang merupakan pemimpin di dalam keluarga bersikap otoriter. Dengan cara menuntut kepatuhan pada setiap hal, maka tidak akan ada sikap toleransi di dalam keluarga.

Akibatnya, si Kecil pun tumbuh menjadi seorang yang tidak mengerti cara menoleransi sesuatu, Ma. Hal ini tentu saja akan berdampak buruk kehidupan sosial anak. 

5. Berdampak buruk bagi kesehatan mental anak

5. Berdampak buruk bagi kesehatan mental anak
Unsplash/Lucas Metz

Dalam pengasuhan otoriter, orangtua cenderung hanya fokus pada penekanan agar anak bisa patuh menjalankan perintah. Tanpa diimbangi dengan memahami perasaan dan menghargai pilihan buah hati. 

Perilaku yang didapatkan anak setiap hari dalam jangka waktu lama ini bisa saja menimbulkan dampak buruk pada kesehatan mentalnya. Anak merasa sendirian, tertekan, stres, dan tidak tahu cara menjalin hubungan sosial yang baik.

Hal ini tentu saja berbahaya, Ma. Jadi, sebagai orangtua sebaiknya memberikan kesempatan anak untuk menyuarakan isi hati dan mengutarakan keinginannya. 

Perlu diketahui bahwa anak-anak juga perlu dihargai dan didengar. Hindari untuk bersikap egois dengan hanya menuntut mereka patuh akan perintah orangtua. 

Itulah risiko dari pola asuh otoriter, terutama bagi anak-anak. Terapkanlah cara pengasuhan yang lebih baik dengan menciptakan lingkungan aman dan nyaman, Ma. 

Baca juga:

The Latest