6 Alasan Kucing Suka Memainkan Mangsanya Sampai Mati

Insting kucing ternyata berpengaruh dalam perilaku satu ini

2 Oktober 2022

6 Alasan Kucing Suka Memainkan Mangsa Sampai Mati
Unsplash/Dorothea OLDANI

Banyak orang mungkin melihat kucing sebagai hewan berbulu yang menggemaskan. Namun, Mama juga perlu mengakui bahwa terkadang beberapa kucing merupakan hewan predator yang suka berburu untuk memenuhi kebutuhan makanannya.

Kucing memang dikenal cenderung suka bermain dengan tikus dan mangsanya seperti burung, serangga, dan makhluk kecil lainnya sebelum benar-benar membunuhnya hingga mati.

Kucing adalah pemburu kecil yang teliti, sangat efektif, dan kebiasaan berburu mereka merupakan hasil dari evolusi alami. Dilansir dari Peet Keen, pada tahun 1970-an para peneliti bahkan telah mempelajari perilaku kucing suka memainkan mangsanya sebelum menyelesaikan pembunuhan.

Apakah Mama dan anak mama penasaran mengapa kucing memiliki perilaku seperti itu? Berikut ini Popmama.com merangkum 6 alasan kucing suka memainkan mangsanya sampai mati. Disimak, yuk!

1. Dimulai dari proses domestikasi seekor kucing

1. Dimulai dari proses domestikasi seekor kucing
Unsplash/Dorothea OLDANI

Dilansir dari Live Science, sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Nature Ecology and Evolution pada tahun 2017 lalu, memprediksi proses domestikasi pada kucing liar dimulai sekitar 8 ribu tahun lalu di wilayah Mesir dan sekitarnya.

Kucing liar Afrika (Felis silvetris lybica) merupakan jenis kucing liar yang didomestikasi pada saat itu. Ketika itu, terdapat banyak kucing liar yang tertarik ke kawasan perkotaan karena populasi tikus yang tinggi. Kucing-kucing liar datang silih berganti untuk berburu tikus. Orang-orang yang merasa diuntungkan dengan kehadiran predator imut ini akhirnya memeliharanya untuk mengendalikan populasi tikus. Sejak itu, manusia mulai terbiasa hidup berdampingan dengan kucing.

2. Insting berburu kucing tetap melekat

2. Insting berburu kucing tetap melekat
Pexels/Katherine Mihailova

Proses domestikasi yang belum lama terjadi pada kucing inilah yang menyebabkan perilaku kucing memainkan mangsanya masih melekat.

Hal ini dipaparkan oleh seorang ilmuwan konservasi bernama Martina Cecchetti di University of Exeter, yang telah mempelajari perilaku kucing.

Menurutnya, proses domestikasi yang sebenarnya berarti pembiakan yang selektif dan sadar oleh manusia. Dengan kata lain, itu bukan sekadar hidup berdampingan sebagai spesies.

Sejak proses pembiakan selektif ini baru saja terjadi, kucing domestik seperti yang kita kenal saat ini masih mempertahankan naluri nenek moyangnya seperti berburu tikus di Mesir. Naluri ini menyebabkan kucing masih gemar beburu meskipun tidak sedang merasa lapar.

Editors' Pick

3. Perilaku berburu kucing juga masih menempel walau mereka terlihat menggemaskan

3. Perilaku berburu kucing juga masih menempel walau mereka terlihat menggemaskan
Unsplash/Karina Vorozheeva

Seekor kucing memang terlihat begitu polos dan menggemaskan ya, Ma. Namun, Mama tak boleh lupa bahwa dibalik kelucuan kucing, masih terdapat insting atau naluri alami mereka yaitu berburu. Perburuan pun dilakukan melalui aktivitas seperti memukul, menerkam, dan mengorek dengan cakar pada mangsa.

Masih banyak insting dari leluhur kucing terbawa hingga saat ini, sehingga salah satunya membuat kucing memiliki insting untuk berburu hewan kecil saat siang hari. Nenek moyang kucing domestik sengaja bermain-main untuk melelahkan mangsanya saat berburu. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kemungkinan kucing terluka saat mencoba memakan mangsanya.

4. Perilaku kucing seperti ini dapat membahayakan ekosistem

4. Perilaku kucing seperti ini dapat membahayakan ekosistem
Unsplash/Dorothea OLDANI

Tahukan Mama bahwa kemampuan kucing domestik dalam berburu malah membuat banyak satwa liar terancam? Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa kucing yang dibebaskan berburu atau berkeliaran di luar dapat menyebabkan gangguan serius pada lingkungan.

Melansir dari jurnal Nature Communications, sebuah studi pada tahun 2013 memperkirakan ada sekitar 1,3 miliar burung dan 6,3 miliar mamalia kecil yang dibunuh kucing setiap tahunnya di Amerika Serikat.

Oleh karena itu, untuk menghindari bencana ekologi, beberapa negara melakoni langkah serius. Bahkan beberapa kota di Polandia menetapkan aturan jam malam atau curfew bagi kucing peliharaan.

5. Kucing sebenarnya tidak tahu cara membunuh dengan benar

5. Kucing sebenar tidak tahu cara membunuh benar
Pexels/Anna Hinckel

Hal ini tentu saja wajar terjadi sabab kucing hanyalah seekor hewan yang tidak memiliki akal. Selain itu, seorang ahli biologi bernama Roger Tabor menyatakan bahwa anak kucing yang dapat mengamati induknya berburu dan membunuh akan memiliki keterampilan lebih baik dalam hal berburu.

Sehingga apabila kucing dipisahkan atau terpisah dari induknya sejak awal, maka mereka tak mengerti bagaimana caranya membunuh mangsa dengan benar. Kucing belum tentu tahu cara membunuh mangsanya secara efisien. Oleh karena itu, mereka kemungkinan besar akan menguntit, menerkam, menyerang sampai mangsanya terlalu lelah, dan akan membutuhkan lebih banyak waktu untuk benar-benar membunuhnya.

6. Kucing masih berada dalam tahap mengasah keterampilan

6. Kucing masih berada dalam tahap mengasah keterampilan
Unsplash/Dorothea OLDANI

Menurut Animal Behavior Science, kucing memiliki preferensi berburu yang berbeda. Beberapa kucing menghadapi tantangan mangsa yang sulit, sementara yang lain akan melakukan pembunuhan pada mangsa dengan mudah.

Kucing yang mendapat mangsa sulit ini biasanya masih berada dalam tahap mengasah keterampilannya. Keterampilan yang sebelumnya telah mereka dapatkan melalui permainan sehari-hari yang dilakukan dengan hewan pengerat atau benda-benda dalam ruangan yang sebenarnya sebagain besar hanya untuk hiburan mereka.

Upaya agar kucing tidak merusak ekologi lewat perburuannya

Upaya agar kucing tidak merusak ekologi lewat perburuannya
Pexels/Anna Hinckel

Berburu bisa jadi merupakan naluri pada kucing yang mungkin merepotkan bagi beberapa pemilik kucing atau juga termasuk Mama. Perilaku berburu ini bahkan dapat membahayakan ekologi atau ekosistem lingkungan, oleh karena itu berikut adalah beberapa hal yang dapat Mama coba lakukan untuk membantu mengubah perilaku berburu kucing:

  • Berikan makanan berkualitas yang kaya akan daging untuk kucing.
  • Upayakan kucing merasa nyaman, bahagia, dan sejahtera di dalam rumah.
  • Sediakan air yang cukup, tempat buang air, dan akses ruangan untuk bermain bagi kucing.
  • Sesekali ajak kucing bermain di luar ruangan dan tentu masih dalam pengawasan.

Nah, itulah informasi mengenai 6 alasan kucing suka memainkan mangsanya sampai mati. Sebenarnya kucing tidak bermain dengan mangsanya karena niat jahat, tetapi perilaku berburu evolusionernya telah membawa kucing menjadi pemburu atau predator. Semoga informasi ini mampu menambah wawasan Mama dan anak mama.

Baca juga:

The Latest