IDAI Mengevaluasi Pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka di Masa Pandemi

Tetap waspada akan kesehatan anak saat bersekolah meskipun masih dalam masa pandemi ya Ma

19 Agustus 2022

IDAI Mengevaluasi Pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka Masa Pandemi
Pexels/RODNAE Productions

Kasus Covid-19 yang belum sepenuhnya hilang membuat semua orang merasa masih khawatir. Apalagi penyebaran kasus Covid-19 bukan hanya terjadi di lingkungan umum, namun juga terjadi di sekolah.

Hal ini tentu membuat orang tua juga khawatir jika anaknya tertular Covid-19. Untuk merespon situasi yang berkembang, pemerintah membagikan surat edaran tentang diskresi terhadap pelaksanaan pembelajaran melalui Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 Menteri.

Dalam surat tersebut, pemerintah mengatur perihal penghentian sementara pembelajaran tatap muka di lingkungan sekolah apabila terjadi penularan atau kasus positif.

Situasi ini membuat para orang tua memiliki pendapat mereka masing-masing. Ada pro dan kontra di kalangan para orang tua, terutama dalam hal memilih pemberlakuan sistem pembelajaran berupa PJJ atau PTM.

Untuk itu Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) melakukan upaya untuk menampung aspirasi orang tua sekaligus evaluasi tentang pembelajaran tatap muka yang telah dilaksanakan di beberapa daerah di Indonesia.

Lantas seperti apa respon dan evaluasi IDAI dan KPAI mengenai pembelajaran tatap muka yang berlangsung saat ini? Berikut Popmama.com telah merangkum beberapa informasinya. Simak yuk, Ma!

1. Hasil pengawasan KPAI

1. Hasil pengawasan KPAI
Pexels/Caleb Oquendo

Ditemui dalam media briefing yang diadakan oleh IDAI dan KPAI pada Jumat, 19/08/22, perwakilan dari anggota KPAI, Retno Listyarti memaparkan hasil pengawasan KPAI terkait Pembelajaran Tatap Muka (PTM). Sepanjang Januari sampai Juni 2022 KPAI telah melakukan pengawasan di 60 sekolah mulai dari jenjang pendidikan TK, SD, SMP, SMA/SMK dan SLB di 12 kota dan 5 kabupaten pada 8 provinsi di Indonesia.

Pada 11 Juli sampai 18 Agustus 2022, KPAI melakukan pengawasan di 15 sekolah di DKI Jakarta dan Jawa Barat untuk melihat bagaimana kondisi lingkungan sekolah sekaligus area kantin sekolah.

Pengawasan Kantin

Seiring perkembangan PTM, jam belajar sekolah di hampir semua sekolah di Indonesia sudah kembali seperti sebelum pandemi. Jam belajar yang cukup panjang membuat siswa sekolah mulai makan siang di kelas dengan membawa bekal atau makan di kantin sekolah. Namun, kantin di beberapa sekolah masih memiliki ruangan yang terbatas sehingga kerumunan antar siswa tetap terjadi dan mereka tidak mematuhi aturan jaga jarak.

KPAI pun menghimbau pihak sekolah untuk membuka kantin sehat dengan beberapa kriteria :

  • Tersedia tempat untuk mencuci tangan, peralatan masak, makan, dan  minum dengan air bersih yang mengalir.
  • Selalu periksa tempat penampungan air yang kemungkinan bermulut karena telah lama tidak dibersihkan selama pandemi Covid-19.
  • Tersedia tempat penyimpanan bahan-bahan makanan siap saji maupun frozen food berupa kulkas/freezer dan makanan yang sudah matang dengan tempat yang tertutup.
  • Tersedia tempat penyimpanan peralatan makan dan minum seperti lemari atau kotak yang tertutup.
  • Jarak kantin dengan lokasi tempat pembuangan sementara adalah minimal 20 meter.

Penerapan 5M

Terkait dengan kesiapan sekolah menerapkan 5M (Mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas) pada saat pembelajaran tatap muka. KPAI menyimpulkannya dalam indikator. Dengan penjelasan bahwa dari beberapa sekolah yang telah diawasi, diketahui 51% warga sekolah sudah menerapkan 5M secara ketat dan disiplin. Sisanya sudah menerapkan, namun masih ditemukan kerumunan, tak adanya jaga jarak dan mobilitas yang tinggi di sekolah-sekolah.

Mayoritas sekolah sudah memiliki infrastruktur yang cukup bagus. Namun masih ada beberapa sekolah dengan fasilitas pendukung protokol kesehatan yang tidak memadai.

Penutupan Sekolah

Dari hasil pengawasan yang dilakukan KPAI, diketahui dari beberapa sekolah yang diawasi, 37% menyatakan pernah menutup sekolah dan 63% tidak pernah menutup sekolah ketika terjadi positif kasus Covid-19. Bahkan satu sekolah pernah menutup sekolah dua kali pada 2022.

Jika di sekolah ada yang terindentifikasi maka yang dilakukan oleh sekolah adalah langsung berkoordinaai dengan Dinas Pendidikan dan Tim Gugus Covid-19.

Editors' Pick

2. Rekomendasi KPAI agar PTM tetap berlangsung aman

2. Rekomendasi KPAI agar PTM tetap berlangsung aman
Pexels/RODNAE Productions

KPAI mendorong beberapa pihak untuk bersinergi agar PTM berlangsung aman. Berikut rekomendasi KPAI:

  • KPAI meminta Dinas-dinas Pendidikan bekerja sama dengan Dinas-dinas Kesehatan di daerah-daerah untuk memastikan bahwa pembukaan kantin sekolah senantiasa bersih dan sehat dalam masa PTM dengan jam belajar yang kembali normal.
  • KPAI mendorong adanya sistem pengawasan yang melibatkan stakeholder pendidikan untuk memastikan kantin tetap bersih demi kesehatan anak-anak.
  • KPAI mendorong Dinas-dinas Kesehatan di seluruh Indonesia untuk melaksanakan sosialisasi kantin yang bersih dan sehat ke para pendidik maupun peserta didik.
  • KPAI mendorong Kementerian Kesehatan untuk membuat kriteria kantin sekolah yang bersih dan sehat demi kepentingan anak-anak yang bersekolah.

3. Hasil Rekomendasi IDAI dan KPAI terkait evaluasi PTM di masa pandemi

3. Hasil Rekomendasi IDAI KPAI terkait evaluasi PTM masa pandemi
Pexels/RODNAE Productions

Sebagai Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Anak Indonesia, Dr. dr. Yogi Prawira, Sp.A (K) pun berkesempatan menyampaikan hasil join collaboration yang merupakan rekomendasi antara IDAI dan KPAI terkait evaluasi pembelajaran tatap muka di masa pandemi. Rekomendasi ini bersifat umum dan berdasarkan diskusi para ahli dan pakar. Hasilnya sebagai berikut:

Dengan mempertimbangkan sembilan evaluasi di bawah ini :

  • Kesadaran untuk memenuhi protokol kesehatan yang mengalami penuruan.
  • Kebijakan pembelajaran tatap muka mulai dari tingkat PAUD serta pentingnya proses pendidikan anak usia sekolah.
  • Belum semua anak mendapatkan imunisasi Covid-19.
  • Anak dengan komorbid mamiliki risiko mengalami Covid-19 dengan klinis berat hingga fatal.
  • Evaluasi penerapan SKB 4 Menteri dari Surat Edaran yang dikeluarkan Kementerian Pendidikan, Kementerian Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia, mengenai Pemberlakuan Pembelajaran Tatap Muka.
  • Survei Ikatan Dokter Indonesia untuk orang tua terkait penerapan Pembelajaran Tatap Muka.
  • Anak memiliki risiko yang sama dengan dewasa untuk terinfeksi Covid-19, sehingga pencegahan adalah hal yang utama.
  • Protokol Kesehatan terbukti efektif mencegah berbagai penyakit infeksi tidak hanya Covid-19.
  • Fakta adanya komplikkasi Covid-19 pada anak, seperti Multisystem Inflammatory Syndrome in Children Associated with Covid-19 (MIS-C) dan Long Covid-19 di Indonesia.

Maka Ikatan Dokter Anak Indonesia dan Komisi Perlindungan Anak Indoensia menghimbau beberapa hal di bawah ini:

  • Setiap anak harus mendapatkan kesempatan yang sama untuk mengikuti pendidikan sesuai usia, baik yang sehat maupun yang memiliki komorbid.
  • Orang tua anak memiliki hal untuk memilih metode pembelajaran yang tepat bagi anaknya, PTM atau PJJ.
  • Jika orang tua menilai anak memiliki komorbid atau terdapat anggota keluarga dengan risiko tinggi mengalami Covid-19 berat, maka orang tua bisa berkonsultasi kepada dokter dan pihak sekolah untuk memperoleh surat keterangan.
  • Proses pembelajaran diharapkan dapat bertransformasi sesuai kebutuhan anak.
  • Pihak sekolah bekerjasama dengan orang tua/wali anak melakukan mitigasi bersama dalam rangka mengurangi dampak negatife kehilangan pembelajaran (learning loss) pada anak.
  • Semua pihak hendaknya terus menerus secara aktif menyuarakan pentingnya mematuhi protokol kesehatan dan disiplin untuk melanjutkan kebiasaan baik yang sudah terbentuk.
  • Perilaku hidup sehat yang sudah dibangun selama masa pandemi harus dipertahankan, karena tidak hanya mencegah infeksi Covid-19 namun juga mencegah penyakit lainnya.
  • Pemerintah meningkatkan 3T (testing, tracing dan treatment) serta menampilkan data terkini kasus Covid-19 terkonfirmasi secara akurat dan transparan bagi seluruh warga.
  • Orang tua dan sekolah berkolaborasi dalam memastikan keamanan, kesehatan, dan keselamatan anak antara lain dengan testing pada anak dengan gejala Covid-19, dan patuh serta disiplin mengajarkan protokol kesehatan, serta tidak membawa anak ke luar rumah atau ke sekolah apabila ada gejala.
  • Protokol kesehatan terutama fokus pada 5M, menjaga ventilasi atau aliran udara, menerapkan proses makan dan ibadah di sekolah yang aman serta pengelolan kantin sekolah yang aman pula.
  • Usaha bersama dari semua pihak dalam mengawasi PTM aman dan mengakhiri pendemi, dapat menyeimbangkan hak anak untuk memperoleh kesehatan maupun pendidikan, termasuk memberikan kesempatan belajar di rumah pada anak yang sedang sakit atau memiliki komorbid.

4. Pendapat IDAI dan KPAI

4. Pendapat IDAI KPAI
Pexels/RODNAE Productions

Dengan adanya perbedaan pandagan di kalangan orang tua terkait bagaimana pembelajar anak-anak mereka. Maka dari itu, Dokter Yogi memberi saran untuk berusaha mengurangi risiko penularan dan kasus positif Covid-19 dengan cara belajar hidup bersama Covid-19.  

“Belajar hidup bersama virus Covid-19 bukan berarti berpura-pura jika Covid-19 tidak ada atau sudah terkendali, tapi artinya kita menggunakan semua daya upaya untuk melindungi diri sendiri, orang lain, dan tentunya anak-anak di Indonesia.”

Ketua Pengurus Pusat IDAI Dr. dr, Piprim B. Yanuarso, Sp.A (K) juga mengungkapkan sistem pembelajaran yang dipilih bukan hanya mengajarkan banyak hal bagaimana memelihara protokol kesehatan untuk mencegah covid-19, namun juga untuk melindungi anak anak dari potensi learning loss akibat terlalu lama tidak bersosialisasi di sekolah bersama teman-temannya. Dokter Piprim juga menyarankan agara orang tua tetap mengutamakan kesehatan anak, baik kesehatan fisik maupun mental.

Nah itulah rangkuman tentang evaluasi IDAI dan KPAI mengenai pembelajaran tatap muka yang berlangsung saat ini Semoga informasi di atas dapat membuat Mama senantiasa menjaga kesehatan anak dan keluarga, ya.

Baca juga:

The Latest