Gejala Difteri pada Anak
Gejala difteri biasanya muncul 2-5 hari setelah terinfeksi dan berlangsung selama enam hari. Gejala awal mirip dengan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) seperti batuk, sakit tenggorokan, nyeri menelan, dan demam ringan.
Gejala khas difteri adalah munculnya pseudomembran atau selaput putih/keabu-abuan/kehitaman di rongga mulut hingga tenggorokan tonsil, faring, atau laring yang sulit dilepas dan berdarah jika diangkat.
Pada kasus yang lebih berat, anak mungkin mengalami kesulitan menelan, tidak bisa makan, hanya bisa minum sedikit-sedikit, sesak napas, stridor (suara kasar/serak), dan pembengkakan pada leher yang tampak seperti leher sapi.
Pencegahan Difteri
Pencegahan difteri yang paling efektif adalah dengan imunisasi [4]. Vaksin difteri diberikan dalam bentuk kombinasi DPT-HB-Hib untuk melindungi anak dari difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, dan Haemophilus influenzae tipe b.
Penanganan Difteri
Penanganan difteri meliputi pemberian antibiotik, seperti penicillin G procaine atau erythromycin, untuk membunuh bakteri difteri dan mengatasi infeksi. Selain itu, diberikan juga antitoksin untuk menetralisir toksin yang dihasilkan bakteri.
Difteri adalah penyakit menular yang berbahaya dan berpotensi mengancam jiwa, terutama pada anak-anak yang belum mendapatkan imunisasi lengkap.
Imunisasi difteri sangat penting untuk melindungi anak dari penyakit ini. Jika anak mengalami gejala difteri, segera hubungi dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.