Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
Ilustrasi - Freepik/Karlyukav
Ilustrasi - Freepik/Karlyukav

Adanya pandemi membuat anak anak sulit berkomunikasi dan bersosialisasi dengan orang lain secara langsung. Hal ini membuat beberapa anak menjadi lebih pendiam dan tertutup di hadapan publik.

Melihat kondisi anak seperti itu, Mama seringkali menganggap mereka pemalu atau belum beradaptasi dengan lingkungannya. Namun, tak menutup kemungkinan anak mama mengalami avoidant personality disorder (AVPD) atau gangguan kepribadian menghindar dari interaksi sosial dengan orang lain. 

Tentu keadaan ini jauh berbeda dengan malu, Ma. Anak yang mengalami AVPD biasanya memiliki rasa tidak berharga, cemas hingga merasa ketakutan yang berlebih terhadap penolakan dan kritikan orang lain. Maka dari itu, ia memilih untuk menarik diri dari orang-orang baru. 

Jika keadaan AVPD terjadi pada anak mama, maka tak boleh didiamkan saja. Sebab, hal ini bisa mengganggu kondisi mentalnya. Bahaya sekali kan, Ma? 

Untuk itu, kali ini Popmama.com akan membantu Mama mengenali gejala serta memahami cara menangani kondisi avoidant personality disorder  pada anak. Simak informasi berikut yuk, Ma! 

1. Penyebab Avoidant Personality Disorder pada anak

pixabay.com/Foundry

Gangguan kepribadian avoidant personality disorder tidak terjadi karena hanya satu faktor dominan saja, Ma. Kondisi ini kerap terjadi karena kombinasi dari faktor genetik, sosial, dan psikologis yang terbentuk dalam suatu lingkungan. 

Adapun faktor lain yang menyebabkan seseorang mengalami avoidant personality disorder yaitu terkait pengalaman di masa lalu yang membuatnya trauma, contohnya: 

  • Sering mendapat kritik, termasuk orang terdekatnya seperti Mama, Papa, dan teman-temannya. 
  • Mendapat penolakan dari teman yang membuatnya dijauhi 
  • Kurangnya kasih sayang Mama dan Papa
  • Kurangnya pengasuhan dan waktu kebersamaan antara anak dengan orangtua
  • Menerima ejekan bertubi-tubi dari orang lain bahkan bisa saja hingga mengalami bully
  • Rasa pemalu yang tak teratasi sehingga berubah menjadi avoidant personality disorder

2. Gejala avoidant personality disorder

njfamily.com

Gejala-gejala avoidant personality disorder pada anak terlihat berbeda dari sifat pemalu. Untuk lebih jelasnya, Mama dapat memperhatikan beberapa tanda berikut ini pada anak:

  • Menghindar dari aktivitas yang melibatkan interaksi dengan orang lain karena takut mendapat penolakan dan kritikan. 
  • Merasa diri sendiri tidak kompeten, tidak menarik, tidak hebat, dan lebih rendah dari orang lain. 
  • Menjauhkan diri dari interaksi dengan orang lain, kecuali si Anak yakin akan disukai. 
  • Memiliki rasa percaya diri yang rendah sehingga menghindari kontak sosial. 
  • Takut mencoba hal baru dan mengambil risiko. 
  • Menghindari konflik (selalu berusaha menyenangkan orang lain). 
  • Menghindari membuat keputusan karena khawatir akan dikritik atau ditolak. 
  • Bersikap tegang dan kaku. 
  • Susah atau sama sekali tidak bisa percaya kepada orang lain

Jika Mama merasa si Anak menunjukkan gejala avoidant personality disorder seperti di atas, jangan ragu untuk segera mengunjungi psikolog anak guna memastikan keadaanya.

Sebab, jika keadaan ini terus dibiarkan bisa jadi anak mama akan tumbuh dengan segala rasa takutnya. Bahkan, ia bisa memiliki gangguan kejiwaan dan depresi.

3. Cara mengatasi avoidant personality disorder

Freepik

Sama halnya dengan gangguan kepribadian pada umumnya, seseorang yang mengalami AVPD pun mungkin akan terlihat baik-baik saja dari luar sehingga merasa tak butuh pengobatan. 

Padahal, avoidant personality disorder bukanlah kondisi yang mudah untuk ditangani. Sebab, penderita gangguan AVPD memiliki pola pikir dan perilaku yang telah tertanam cukup lama pada dirinya. Maka dari itu, jangan anggap sepele gangguan AVPD. 

Untuk itu, ketika Mama melihat gejala Mama melihat si Anak memiliki gejala avoidant personality disorder, langsung bawa ia berkonsultasi ke psikolog atau psikiater. Nantinya anak mama akan mendapatkan perawatan berupa konseling, bahkan beberapa obat untuk dikonsumsi.

Biasanya, konseling yang akan dilakukan yakni terapi perilaku kognitif (pola pikir), terapi psikodinamika, dan terapi skema (perilaku). Ketiga terapi ini cenderung berguna untuk  menangani ketakutan, mengubah proses berpikir dan perilaku, serta membantu pasien untuk mengatasi situasi sosial dengan lebih baik.

Ketika gangguan AVPD yang dialami sudah sangat parah, kemungkinan anak mama akan mendapat obat seperti antidepresan dan obat pereda kecemasan (antiansietas). 

Nah itulah gejala, penyebab, dan cara mengatasi avoidant personality disorder. Semoga semua yang mengalami gangguan ini akan cepat bisa pulih dan berinteraksi dengan baik di lingkungan sosial.


 

Editorial Team