Paparan video game yang mengandung kekerasan dapat berdampak negatif pada anak jika tidak diawasi dengan baik. Untuk meminimalkan risiko, orang tua perlu mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat. Berikut adalah beberapa tips yang bisa diterapkan:
Hindari Game untuk Anak Usia Prasekolah
Anak-anak usia prasekolah masih berada dalam tahap perkembangan awal, di mana mereka sangat mudah meniru apa yang mereka lihat. Pada usia ini, mereka belum bisa sepenuhnya memahami konsep kekerasan sebagai sesuatu yang salah atau berbahaya.
Oleh karena itu, sebaiknya hindari memberikan akses ke game yang mengandung unsur kekerasan, bahkan dalam bentuk yang ringan. Pilihlah game yang lebih edukatif, interaktif, dan sesuai dengan perkembangan kognitif mereka.
Dampingi Anak Saat Bermain Game, atau Ikut Bermain Bersamanya
Salah satu cara terbaik untuk memastikan anak bermain game dengan aman adalah dengan mendampinginya atau bahkan ikut bermain bersama. Dengan cara ini, orang tua bisa mengetahui secara langsung isi dari game yang dimainkan, sekaligus mengajarkan anak tentang batasan moral dan etika dalam bermain. Jika terdapat unsur kekerasan dalam game, orang tua dapat menjelaskan bahwa hal tersebut tidak boleh dilakukan di dunia nyata dan membimbing anak agar tidak meniru perilaku agresif.
Hanya Izinkan Bermain Game di Area Ruang Keluarga, Bukan di Kamarnya
Membatasi lokasi bermain game dapat membantu orang tua untuk lebih mudah mengawasi anak. Jika anak bermain di ruang keluarga atau area terbuka di rumah, orang tua bisa melihat bagaimana anak berinteraksi dengan game dan memberikan bimbingan jika diperlukan. Sebaliknya, jika anak bermain di kamar sendirian, mereka bisa lebih leluasa mengakses game tanpa pengawasan, termasuk game yang tidak sesuai usianya.
Tetapkan Jadwal dan Batas Waktu Bermain Game yang Jelas
Bermain game dalam waktu yang berlebihan dapat berdampak buruk pada kesehatan fisik dan mental anak, seperti kurangnya waktu tidur, menurunnya prestasi akademik, serta berkurangnya interaksi sosial.
Oleh karena itu, penting untuk menetapkan jadwal dan batas waktu bermain yang jelas, misalnya maksimal satu atau dua jam per hari. Pastikan anak tetap memiliki waktu untuk belajar, berolahraga, dan berinteraksi dengan keluarga serta teman-temannya di luar dunia game.
Jika Gamenya Online, Pantau Percakapan Anak dengan Teman Mainnya
Game online sering kali memiliki fitur komunikasi, baik melalui pesan teks maupun suara. Sayangnya, tidak semua pemain dalam game memiliki perilaku yang baik. Anak bisa saja terpapar kata-kata kasar, ajakan untuk melakukan tindakan berbahaya, atau bahkan mengalami cyberbullying.
Untuk menghindari hal ini, orang tua perlu memantau dengan siapa anak berinteraksi dan memberikan edukasi tentang pentingnya menjaga keamanan dalam dunia digital. Jika perlu, gunakan fitur parental control untuk membatasi akses komunikasi anak dalam game online.
Itulah informasi mengenai bahaya video game yang mengandung kekerasan untuk anak. Video game yang mengandung kekerasan memang dapat membawa dampak negatif pada anak, terutama jika dimainkan tanpa pengawasan. Namun, dengan pola asuh yang tepat, dampak buruk tersebut bisa diminimalkan.