Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
Freepik/master1305
Freepik/master1305

PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) mencantumkan kesetaraan gender sebagai tujuan ke-5 dari 17 tujuan yang perlu dicapai pada tahun 2030 mendatang.

Menurut para ahli, tindakan kecil seperti memperkenalkan anak-anak dengan karakter non-stereotip dalam buku dan film, atau membagi pekerjaan rumah tangga secara merata di rumah, dapat menjadi contoh pola perilaku yang perlu diterapkan untuk generasi ini dan generasi berikutnya.

Biarkan anak perempuan Mama mengasah kemampuan dalam bidang apa pun dan memanfaatkan berbagai peluang yang ada. Dengan menerapkan cara sederhana seperti ini, maka sama saja membiasakan anak untuk berpikir bahwa perempuan bisa melakukan apa pun yang mereka suka dan inginkan, mereka tidak lemah, dan tetap bisa berdaya.

Dilansir dari berbagai sumber, berikut Popmama.com telah siapkan ulasan terkait cara mengajarkan kesetaraan gender pada anak perempuan.

1. Jangan batasi kegiatan anak perempuan

Freepik/A3pfamily

Dikutip dari Believe Earth, cara pertama yang bisa Mama terapkan adalah jangan batasi kegiatan anak perempuan. Semua anak, tanpa memandang jenis kelamin biologis, memiliki hak untuk mencapai potensi masing-masing.

Anak perempuan bebas mempelajari mata pelajaran apa pun, mempraktikkan semua jenis olahraga, dan bermain dengan mainan apa pun. Para ahli mengatakan jika orangtua membatasi aktivitas berdasarkan jenis kelamin biologis hanya dapat menghambat perkembangan anak.

Mama perlu mengetahui bahwa mainan yang biasanya menargetkan anak laki-laki cenderung mengembangkan banyak keterampilan spasial. Ketika orangtua hanya memperbolehkan anak bermain dengan permainan untuk jenis kelamin mereka, anak-anak akan gagal mengembangkan keterampilan tertentu.

2. Gunakan konsep angka dengan anak perempuan

Freepik/gpointstudio

Sebuah studi menunjukkan bahwa orangtua dari anak laki-laki menggunakan lebih banyak angka dan konsep numerik daripada orangtua dari anak perempuan.

Dalam bukunya berjudul Parenting Beyond Pink and Blue: How to Raise Your Kids Free of Gender Stereotypes (Penguin Random House, 2014), Christia Brown selaku profesor psikologi dari University of Kentucky merekomendasikan agar anak perempuan dibiarkan berinteraksi dengan angka-angka setiap harinya.

Contohnya seperti menghitung tangga atau kumpulan sendok makanan. Jangan ragu untuk selalu mencoba merangsang semua kapasitas yang dimiliki anak perempuan.

3. Semua perasaan yang dialami anak perempuan adalah manusiawi

Freepik/Kuprevich

Mengutip dari The House of Wellness, anak-anak perlu tahu bahwa mereka dapat mengungkapkan semua perasaan mereka. Di dunia ini tidak ada emosi 'perempuan' atau 'laki-laki'. Beri tahu anak perempuan bahwa tidak apa-apa bagi mereka untuk merasa marah.

Tentunya jangan lupa membicarakan cara mengatasinya, misalnya dengan menarik napas dalam-dalam, tidur, atau melakukan aktivitas lain untuk menenangkan diri.

4. Terapkan pemikiran jika anak perempuan bisa melakukan apa saja yang diinginkan

Freepik.com/@pvproductions

Jika putri Mama menganggap mereka tidak dapat melakukan hal-hal tertentu, cobalah untuk berbicara dengan mereka dan bertanya mengapa mereka berpikir demikian.

Pikirkan pula kira-kira langkah apa yang dapat mereka ambil untuk membantu mencapai tujuan itu. Jelaskan bahwa anak perempuan dapat bebas mempelajari apa pun yang mereka inginkan.

5. Jangan mengkategorikan kegiatan berdasarkan jenis kelamin

Freepik/freepik

Dorong anak perempuan untuk bermain dengan mainan apa pun yang mereka sukai. Biarkan mereka terlibat dalam aktivitas yang diinginkan. Jangan menganggap mainan dan kegiatan tertentu sebagai aktivitas khusus anak laki-laki atau perempuan.

Sebagai contoh kasus, kita dapat dengan mudah melihat diskriminasi antara anak laki-laki dan perempuan dalam pilihan olahraga yang tersedia. Anak laki-laki bisa bermain sepak bola sesuka hati, tetapi di sisi lain sangat jarang ditemukan sepak bola untuk anak perempuan.

Bahkan, permainan bola basket juga kerap kali dianggap sebagai olahraga laki-laki, padahal tidak demikian.

6. Ajarkan anak untuk mencintai diri sendiri

Freepik/wayhomestudio

Melansir dari My Positive Parenting, anak perempuan sering kali dipaksakan mengikuti standar kecantikan tidak realistis yang ditetapkan oleh media atau masyarakat. Ajari anak Mama bahwa kita dinilai oleh cara bertindak, bukan oleh penampilan.

Hindari memberikan komentar negatif tentang penampilan fisik mereka, seperti warna kulit, berat badan, fitur wajah, dan sebagainya. Penting bagi anak-anak untuk mencintai tubuh mereka, menghormati tubuh teman-teman, dan memahami bahwa tidak ada tubuh yang benar atau sempurna.

7. Tindakan lebih ampuh daripada kata-kata

Freepik/lookstudio

Anak-anak lebih cepat menyerap dan memahami perilaku yang mereka lihat secara langsung dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Sebuah studi yang diterbitkan APA PsycNet menunjukkan bahwa seorang anak akan lebih mudah memahami pekerjaan rumah tangga antara laki-laki dan perempuan dengan bagaimana pekerjaan dibagi dalam keluarga asalnya.

Jadi sebelum merubah cara berpikir anak, Mama harus mengubah sikap terlebih dahulu. Anak akan mengamati gerak-gerik yang dilakukan orangtua-nya di rumah.

Cobalah untuk membuang jauh-jauh pemikiran jika kegiatan membersihkan rumah, seperti menyapu dan mengepel hanya diperuntukkan anak perempuan.

Padahal, anak laki-laki juga bisa melakukan kegiatan tersebut. Menjaga kebersihan rumah adalah tugas semua penghuninya, tanpa memandang jenis kelamin tertentu.

Demikian beberapa cara untuk mengajarkan kesetaraan gender pada anak perempuan. Yuk, terapkan tips-tips sederhana di atas ke putri mama.

Editorial Team