Depresi dan kecemasan adalah dua masalah kesehatan mental yang sering kali terkait erat dengan pola pengasuhan yang keras, seperti seringnya dibentak atau dimarahi oleh orangtua.
Penelitian telah menunjukkan bahwa anak-anak yang terus-menerus mengalami bentuk-bentuk agresi verbal atau fisik dalam pengasuhan mereka memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami depresi dan kecemasan di kemudian hari.
Ini tidak hanya karena dampak langsung dari perilaku tersebut, tetapi juga karena dampaknya terhadap perkembangan emosional anak.
Pola pengasuhan yang keras seringkali menciptakan lingkungan yang tidak aman secara emosional bagi anak. Ketika anak terus-menerus dikelilingi oleh kemarahan, teriakan, atau bahkan kekerasan, mereka dapat mengalami perasaan tidak berharga dan tidak aman.
Mereka mungkin merasa bahwa mereka tidak layak mendapatkan cinta dan perhatian, atau bahwa mereka selalu salah dan tidak mampu memenuhi harapan orangtua. Perasaan-perasaan ini dapat memperkuat pola pikir negatif dan berkontribusi pada perkembangan depresi dan kecemasan di kemudian hari.
Selain itu, lingkungan yang tidak aman secara emosional juga dapat memengaruhi cara anak mengatasi stres dan tekanan dalam hidup mereka. Anak-anak yang terbiasa dengan pola pengasuhan yang keras mungkin tidak memiliki keterampilan yang cukup dalam mengelola emosi mereka sendiri.
Mereka mungkin cenderung menggunakan strategi koping yang tidak sehat, seperti penarikan diri atau penyalahgunaan zat, untuk mengatasi tekanan dan konflik.
Dalam jangka panjang, pengalaman ini dapat mengakibatkan penumpukan tekanan emosional yang berkepanjangan, yang pada gilirannya dapat meningkatkan risiko terjadinya depresi dan kecemasan.
Selain itu, pola pengasuhan yang keras juga dapat memengaruhi perkembangan otak anak, termasuk wilayah-wilayah yang terkait dengan regulasi emosi dan fungsi kognitif.