5 Manfaat Mengajarkan Hidup Hemat pada Anak

Semua demi masa depan anak nih, Ma

6 Oktober 2021

5 Manfaat Mengajarkan Hidup Hemat Anak
Shutterstock/pikselstock

Jika ingin menanamkan sesuatu untuk masa depannya, ajarkan anak sedari dini. Begitu juga saat Mama ingin si Kecil pintar dalam mengelola keuangan, ajarkan sedari dini. 

Hemat adalah salah satu kunci dalam menjalani kehidupan yang bebas dan bertanggung jawab. Hemat tak melulu tentang uang, tapi juga cara menjalani hidup. 

Hidup hemat berarti tidak berlebihan terhadap segala sesuatu. Juga, mengetahui mana yang prioritas dan tidak, mana yang perlu dan tidak perlu. Hidup dengan secukupnya, tidak berlebihan, tidak kekurangan. 

Mengajarkan hidup hemat pada si Kecil ternyata ada juga manfaatnya, Ma. Disusun Popmama.com, inilah 5 manfaat mengajarkan hidup hemat pada anak.

1. Bertanggung jawab atas keputusannya

1. Bertanggung jawab atas keputusannya
Freepik

Salah satu cara hidup hemat adalah mempertanggungjawabkan semua keputusan. Seperti contoh, jika ingin membeli sesuatu, pastikan itu akan berguna dan sering digunakan. 

Jika ini ditanamkan pada anak, mereka akan jadi pribadi yang penuh pertimbangan dan bertanggung jawab akan keputusannya. Pada awalnya, mereka masih akan mengikuti kata hatinya. 

Namun kelamaan mereka akan belajar untuk mengasah logikanya. Semakin sering diajarkan, mereka akan bisa mempertanggungjawabkan keputusannya saat membeli atau mengambil sesuatu. 

Editors' Pick

2. Tidak mudah tergoda membeli yang tak perlu

2. Tidak mudah tergoda membeli tak perlu
maxpixel.net

Pada dasarnya, anak tidak paham boros dan hemat. Maka dari itulah, penting sekali untuk mengenalkan kedua konsep tersebut. Anak yang boros berasal dari bentukan orangtua yang tidak peka atas sifat boros atau malah memupuk sifat boros buah hatinya. 

Mama bisa mengajarkan anak untuk hemat dengan mempertimbangkan dengan baik alasan membeli sebuah barang. Apakah barang tersebut akan benar berguna, atau hanya ingin dibeli karena menuruti nafsu. 

Ajak ia menilai apakah barang tersebut dianggap perlu atau tidak. Semakin sering melakukan pertimbangan ini, mereka akan terasah untuk melakukan hal itu setiap ingin membeli sesuatu. 

Saat konsepnya sudah tertanam di diri anak, mereka takkan mudah tergoda membeli barang-barang yang tidak perlu. 

3. Cerdas dalam mempertimbangkan sesuatu

3. Cerdas dalam mempertimbangkan sesuatu
Freepik/Asier Romero

Saat ia terasah memilah mana yang penting dan tidak saat membeli sesuatu, ini juga akan memengaruhinya dalam memutuskan hal lain. 

Dengan begitu, ia bisa tumbuh jadi pribadi yang tidak mudah bimbang. Telah terbiasa mempertimbangkan sesuatu, hal lain bisa dipertimbangkan dengan konsep mana yang penting dan tidak penting. 

Secara tidak langsung, ia jadi pribadi yang praktis dalam berpikir dan berkeputusan. 

4. Jauh dari kebiasaan mengutang

4. Jauh dari kebiasaan mengutang
Freepik/Jcomp

Kembali ke masalah keuangan, kebiasaan berhemat membuat anak selalu memiliki tabungan atau dana cadangan. Dengan begitu, si Anak jadi tidak terbiasa dengan kebiasaan mengutang. 

Untuk apa berhutang jika ia saja selalu memiliki uang tabungan. 

Ini sangat penting mengingat saat ini sudah banyak sekali media berhutang yang bisa didapat dengan sangat mudah. Pribadi yang mudah berhutang cenderung memiliki masalah dalam hidupnya. 

Lebih baik mengajarkannya hemat sedari dini daripada mendapatinya terjerumus dalam hutang yang tak ada habisnya.

5. Belajar jadi pribadi yang mandiri

5. Belajar jadi pribadi mandiri
www.confused.com

Dengan memiliki tabungan hasil ia berhemat dari uang yang diberikan, si Anak belajar jadi pribadi yang mandiri. Ia memiliki uang sendiri yang bisa digunakan sesuai keinginannya, tentu dengan tanggung jawab yang telah dibekali orangtua. 

Saat menginginkan sesuatu, ia tak perlu meminta untuk dibelikan. Ia bisa hanya meminta Mama untuk menambahkan uangnya agar bisa membeli sesuatu. 

Jika seperti itu, ia telah belajar jadi pribadi yang mandiri sampai dewasa nanti. 

Mengajarkan hemat pada anak memang baik, namun pastikan untuk mengajarkan sesuai dengan umurnya. Hindari menggunakan bahasa yang sulit dipahami anak atau terlalu memaksa atau terlalu keras padanya. Ajarkan dengan cara yang menyenangkan agar mereka bisa menyerap tanpa beban. 

Baca juga: 

The Latest