Kebudayaan.kemdikbud.go.id
Kemudian pada tahun 1851, berdirilah sebuah sekolah dokter yang didirikan untuk kaum Hindia-Belanda, bernama School Tot Opleiding Van Inlandsche Artsen atau STOVIA. Di sekolah ini,hanya menerima murid laki-laki, sehingga sulit bagi para perempuan untuk menjadi seorang dokter.
Pada tahun 1911, Aletta Jacobs yang merupakan seorang dokter Belanda dan aktivis hak suara perempuan. Ia berupaya mengubah kebijakan STOVIA dengan menekankan masalah tersebut kepada Gubernur Jenderal A.W.F. Idenburg.
Setelah murid perempuan diizinkan untuk mendaftar, ada rintangan lebih lanjut di mana perempuan tidak dapat dipekerjakan oleh Layanan Medis Sipil (Burgerlijke geneeskundige dienst) dan oleh karena itu harus perempuan harus membiayai studi mereka sendiri di STOVIA.
Dalam hal ini, saudara perempuan Aletta, Charlotte Jacobs yang juga perempuan pertama yang memperoleh gelar di bidang farmakologi di Belanda, membantu mendirikan yayasan untuk mengumpulkan dana bagi para perempuan yang ingin belajar di STOVIA.
Kehadiran Charlotte pada saat itu ingin memberikan dukungan dana atau beasiswa bagi para dokter perempuan di Indonesia. Ia mendirikan sebuah yayasan bernama SOVIA (Vereeniging tot Vorming van een Studiefonds voor Opleiding van Vrouwelijke Inlandsche Artsen) pada 1 september 1912.
Berkat kecerdasan yang dimilikinya, Marie kemudian berhasil mendapatkan beasiswa dan berkesempatan untuk sekolah di STOVIA pada tahun 1912. Pada saat itu, Marie Thomas menjadi satu-satunya murid perempuan diantara 200 siswa laki-laki yang bersekolah kedokteran.
Hingga pada akhirnya dua tahun kemudian, ada perempuan bernama Anna adeline Warouw, perempuan asal Amurang, Minahasa Selatan yang lahir pada 23 Februari 1898, yang juga menjadi murid STOVIA.