Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
Pixabay/Victoria_Borodinova
Pixabay/Victoria_Borodinova

Ketika anak mengeluhkan dada sesak, bersuara serak, ataupun atau terlihat tidak bersemangat, Mama perlu curiga. Khawatirnya, anak memiliki hipertensi paru.

Hipertensi paru adalah salah satu penyakit yang umumnya dapat dideteksi bersamaan dengan penyakit jantung bawaan lahir.

Kira-kira seperti apa ya gejala hipertensi paru? Popmama.com sudah merangkum informasi penting mengenai gejala hipertensi paru pada anak di bawah ini.

Apa Itu Hipertensi Paru?

Presentasi dr. Rizky Adriansyah dari acara Media Health Forum

Hipertensi paru, atau pulmonary hypertension (PH) adalah kondisi yang mana seseorang memiliki tekanan darah di paru-paru di atas 25 mmHg.

Tekanan darah paru-paru yang normal umunya berada dalam 15mmHg–25 mmHg.

Biasanya, PH disebabkan karena adanya penyempitan pada pembuluh darah paru-paru.

Terdapat dua jenis PH yang dapat diidap seseorang, yaitu PH primer dan PH sekunder. PH primer umumnya tidak memiliki kondisi khusus yang membuat seseorang mengidap PH.

Sedangkan PH sekunder umumnya disebabkan oleh kondisi lainnya, terutama penyakit seperti kondisi jantung bawaan atau orang dengan down syndrome.

Berdasarkan data yang dipresentasikan dr. Rizky Adriyansyah, Dokter Spesialis Anak Konsultan Kardiologi di Medan pada Media Health Forum yang diadakan Pfizer, pada Kamis (10/3/2022), diperkirakan ada sekitar 70.000 hingga 130.000 anak yang mengalami PH.

Namun, hanya sebagian kecil dari jumlah tersebut yang terdeteksi.

Masalahnya, deteksi dini adalah hal yang penting dalam penanganan PH. Ini karena hipertensi paru adalah kondisi seumur hidup. Hingga saat ini penderita PH hanya dapat diberikan terapi obat hingga pasien tersebut meninggal dunia.

Lalu, bagaimana cara mendeteksi gejala hipertensi paru?

1. Gejala hipertensi paru

Pexels/cottonbro

Tidak ada gejala spesifik yang menjadi penanda khusus penyakit PH. Namun, para penderita penyakit ini umumnya memiliki beberapa gejala-gejala tertentu seperti:

  • anak mudah merasa lelah dari aktivitas fisik
  • sesak napas
  • nyeri dada
  • batuk dan badan panas berulang
  • kesulitan tidur telentang dan meminta bantal yang lebih tinggi
  • kaki bengkak
  • suara serak
  • sakit gigi yang berhubungan dengan kondisi jantung.

Gejala di atas memang terlihat seperti gejala yang umum dan mungkin terjadi kapan saja pada anak, namun anak perlu segera dibawa ke dokter jika gejala tersebut terus terjadi secara berulang dan konsisten.

2. Penanganan hipertensi paru pada anak

Unsplash/Francisco Venâncio

Salah satu cara deteksi dini dari rumah ialah menggunakan oksimeter untuk memeriksa kadar oksigen dalam darah. Oksimeter dapat dibeli di berbagai aplikasi jual-beli online di Indonesia.

Saat anak diduga memiliki gejala PH, dokter dapat melakukan berbagai screening pemeriksaan fisik untuk memastikan gejala yang dialami anak.

Meski begitu, pemeriksaan fisik ini mungkin tidak diberikan pada anak jika tidak diberitahu adanya keluhan yang signifikan.

"Jika sedang berkonsultasi dengan dokter anak, baiknya orangtua memberikan keluhan sejujur mungkin pada dokter," saran dr. Radityo Prakoso, dokter spesialis jantung dan pembuluh darah di Rumah Sakit Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, Jakarta.

Setelah dokter melakukan wawancara medis yang cukup terhadap pasien, barulah dokter dapat mulai menyarankan berbagai pemeriksaan fisik kepada pasien yang diduga mengidap PH.

Mengingat PH umumnya dialami oleh anak yang memiliki penyakit jantung bawaan, umumnya dokter akan menyarankan untuk mencoba tes EKG untuk mengukur aktivitas listrik pada jantung terlebih dahulu.

Jika memang hasil dari tes EKG tersebut tidak normal, barulah dokter umumnya akan merujuk pasien ke dokter spesialis yang lebih kompeten menangani penyakit jantung.

Untuk memastikan kembali kondisi anak, dokter spesialis dapat melakukan screening USG jantung yang diklaim dapat melakukan deteksi awal penyakit jantung struktural atau hingga 90%.

Kalau anak didiagnosis mengidap PH, dokter akan memberikan obat yang perlu pasien minum hingga akhir hayatnya. Meskipun pasien sudah merasa tidak memiliki gejala, penyakit seperti PH ataupun penyakit jantung bawaan hingga kini belum dapat sembuh total.

Selain itu, penderita PH juga disarankan untuk tetap melakukan olahraga ringan untuk menjaga kesehatan jantung dan paru-parunya. Namun, baiknya pengidap PH berhenti berolahraga jika denyut nadinya sudah mencapai 110 bpm.

"Untuk orang awam, setidaknya istirahat jika alarm tubuh sudah memberi sinyal, yaitu sudah merasa lelah. Jangan dipaksakan lagi," saran dr. Radityo Prakoso.

3. Pencegahan hipertensi paru

Media Health Forum oleh Pfizer

Mengingat seringkali pengidap PH juga mengidap penyakit jantung bawaan, sulit untuk mencegah PH sebelum terlambat.

"Sulit sekali untuk mencegah PH. Ini karena jantung sudah berkembang secara sempurna pada usia 6 minggu kehamilan. Saat itu boleh jadi ibu belum sadar kalau ia sedang hamil," tutur dr. Radityo Prakoso.

Hingga saat ini, yang setidaknya dapat dilakukan adalah deteksi dini. "Jangan sampai terjadi tertalogi terlambat: terlambat diketahui orangtua, terlambat didiagnosis dokter, terlambat dirujuk, dan terlambat ditangani," ucap dr. Rizky Adriansyah.

Karena itulah dr. Radityo Prakoso berkesimpulan bahwa pencegahan yang paling utama terletak pada edukasi dan penyuluhan, terutama premarital counselling.

Fungsi dari premarital counselling ini adalah untuk mulai mendiskusikan bagaimana pernikahan calon pasangan pernikahan akan menjalankan hidupnya nanti, termasuk jika anak memiliki kemungkinan penyakit jantung bawaan.

Selain itu, yayasan dan lembaga penyuluhan seperti Yayasan Hipertensi Paru Indonesia (YHPI) juga berperan penting pada edukasi dan pemberian informasi terkait PH kepada masyarakat.

"Kami para dokter juga membutuhkan bantuan seluruh lapisan masyarakat untuk menangani kondisi ini, mulai dari pemerintah hingga sekolah-sekolah," simpul dr. Radityo Prakoso.

Itulah rangkuman dari gejala hipertensi baru pada anak. Yuk deteksi secepatnya sebelum terlambat!

Baca  Juga:

Editorial Team