Unsplash/Francisco Venâncio
Salah satu cara deteksi dini dari rumah ialah menggunakan oksimeter untuk memeriksa kadar oksigen dalam darah. Oksimeter dapat dibeli di berbagai aplikasi jual-beli online di Indonesia.
Saat anak diduga memiliki gejala PH, dokter dapat melakukan berbagai screening pemeriksaan fisik untuk memastikan gejala yang dialami anak.
Meski begitu, pemeriksaan fisik ini mungkin tidak diberikan pada anak jika tidak diberitahu adanya keluhan yang signifikan.
"Jika sedang berkonsultasi dengan dokter anak, baiknya orangtua memberikan keluhan sejujur mungkin pada dokter," saran dr. Radityo Prakoso, dokter spesialis jantung dan pembuluh darah di Rumah Sakit Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, Jakarta.
Setelah dokter melakukan wawancara medis yang cukup terhadap pasien, barulah dokter dapat mulai menyarankan berbagai pemeriksaan fisik kepada pasien yang diduga mengidap PH.
Mengingat PH umumnya dialami oleh anak yang memiliki penyakit jantung bawaan, umumnya dokter akan menyarankan untuk mencoba tes EKG untuk mengukur aktivitas listrik pada jantung terlebih dahulu.
Jika memang hasil dari tes EKG tersebut tidak normal, barulah dokter umumnya akan merujuk pasien ke dokter spesialis yang lebih kompeten menangani penyakit jantung.
Untuk memastikan kembali kondisi anak, dokter spesialis dapat melakukan screening USG jantung yang diklaim dapat melakukan deteksi awal penyakit jantung struktural atau hingga 90%.
Kalau anak didiagnosis mengidap PH, dokter akan memberikan obat yang perlu pasien minum hingga akhir hayatnya. Meskipun pasien sudah merasa tidak memiliki gejala, penyakit seperti PH ataupun penyakit jantung bawaan hingga kini belum dapat sembuh total.
Selain itu, penderita PH juga disarankan untuk tetap melakukan olahraga ringan untuk menjaga kesehatan jantung dan paru-parunya. Namun, baiknya pengidap PH berhenti berolahraga jika denyut nadinya sudah mencapai 110 bpm.
"Untuk orang awam, setidaknya istirahat jika alarm tubuh sudah memberi sinyal, yaitu sudah merasa lelah. Jangan dipaksakan lagi," saran dr. Radityo Prakoso.