Ini yang dilakukan oleh Google Glass: aplikasi memberi tahu penggunanya melalui headset ekspresi orang-orang yang ada di sekeliling penyandang autisme. Melalui layar di kacamata, Google memberikan emoticon yang sesuai dengan hasil pembacaan ekspresinya dan memberi tahu pengguna kacamata ini emosi yang tergambar melalui headset yang mereka pakai.
Dengan gambar dan suara ini, anak penyandang autisme menjadi tahu bagaimana ia harus bertindak.
Bagusnya, karena penggunaan begitu mudah, anak-anak usia berapa pun akan mengerti emoticon dan suara yang memandu mereka.
Aplikasi ini dikembangkan oleh Universitas Stanford, Amerika Serikat. Mereka memakai data sain biomedis untuk menggambarkan 8 ekspresi: sedih, marah, bahagia, jijik, kaget, takut, tenang, dan menyesal.
Penggunaan aplikasi ini diharapkan menjadi jawaban atas sulitnya akses menuju terapi perilaku yang harus diberikan kepada anak penyandang autisme untuk masuk ke dunia "orang normal".
Selama ini, yang menjadi kendala untuk terapi perilaku adalah akses yang terbatas, biaya yang mahal, dan antrian untuk terapi yang sangat panjang.