Sebagaimana dilansir dari Raising Children Network yang merupakan organisasi parenting di Australia school refusal alias mogok sekolah didefinisikan sebagai keadaan saat anak menunjukkan penolakan yang ekstrim untuk pergi ke sekolah, baik tidak pergi ke sekolah sama sekali atau pada hari dan kelas tertentu.
Penolakan ini disebut peneliti di Parenting Research Centre dan Murdoch Childrens Reseach Institute sebagai respon anak terhadap masalah yang dialaminya di sekolah. Berikut adalah masalah umum yang dihadapi anak-anak yang mogok sekolah:
Mogok sekolah bisa menjadi tanda masalah psikologis Si Anak. Anak mungkin mengalami masalah emosi dan perilaku, seperti oppositional defiant disorder (ODD), separation anxiety, fobia, atau depresi. Hal inil membuat si Anak merasa tidak nyaman di lingkungan sekolah dan memilih untuk di rumah yang dianggapnya aman dan nyaman.
Peneliti juga menemukan bahwa kesulitan belajar dapat menjadi salah satu faktor penyebab mogok sekolah. Kesulitan belajar tentu menyebabkan anak mama merasa cemas, takut, dan stres.
Masalah sosial di lingkungan sekolah memengaruhi mental anak mama untuk sekolah. Kondisi sosial memengaruhi kepercayaan diri dan kebahagiaan anak di sekolah. Masalah sosial ini bisa berupa kesulitan bergaul atau bullying. Sudah tentu jika kondisi ini yang dialami anak mama, ia akan memilih tidak berada di sekolah saja.
Semua masalah di atas menimbulkan reaksi atau gejala yang sama, seperti tidak bersemangat, menolak untuk aktif dalam berbagai kegiatan, suka mengeluh, dan insomnia. Dalam tingkat ekstrim, anak mama mungkin akan menunjukkan pemberontakan untuk pergi ke sekolah. Ia akan berani berdebat, menangis, bahkan mengancam untuk menyakiti diri sendiri. Reaksi buruk lainnya adalah anak mama berbohong dan membolos sekolah.