Apakah Peringkat Anak di Sekolah Mencerminkan Kecerdasannya?

Nilai dan peringkat banyak digunakan sebagai metode untuk mengukur kinerja anak di sekolah

16 Juni 2021

Apakah Peringkat Anak Sekolah Mencerminkan Kecerdasannya
Freepik/federcap

Sejak duduk di bangku sekolah dasar, seringkali sekolah menetapkan skala penilaian standar yang melancak bagaimana pertumbuhan dan kemampuan anak selama di sekolah.

Nilai atau peringkat anak yang rendah seringkali membuat orangtua khawatir bagaimana masa depan anak, terlebih lagi nilai dan peringkat banyak digunakan sebagai metode untuk mengukur apa yang anak capai selama masa pendidikan.

Namun apakah nilai dan peringkat anak di sekolah menentukan kecerdasan anak? Untuk mengetahuinya, kali ini Popmama.com telah merangkum jawabannya yang dilansir dari laman Everyday Power.

Simak jawabannya di bawah ini:

1. Nilai tidak selalu mencerminkan kemampuan anak di sekolah

1. Nilai tidak selalu mencerminkan kemampuan anak sekolah
Freepik/Arrow_smith2

Anak mungkin mengetahui materi pelajaran yang tercakup di kelas, tetapi ia masih tidak dapat menerjemahkannya ke dalam ujian. Keadaan mental dan emosional anak adalah faktor yang kuat.

Misalnya, anak merasa gugup dan cemas ketika menghadapi ujian, hal ini bisa membuatnya sulit untuk berhasil, walaupun ia sangat baik dalam memahami materi.

Secara biologis, emosi manusia memiliki kecenderungan untuk mengambil alih situasi tertentu. Ini membuat gagasan bahwa keadaan anak pada saat tersebut dapat mengesampingkan kecerdasannya.

Jika anak menjadi stres atau cemas, otaknya akan ingin melakukan ribuan hal selain menyelesaikan ujian yang rumit.

Jadi, jangan heran jika anak berkinerja buruk dalam ujian, hal ini bisa disebabkan karena ia yang terlalu stres untuk fokus.

2. Nilai tidak menggambarkan pemahaman anak

2. Nilai tidak menggambarkan pemahaman anak
Freepik/Danai76

Jika anak belajar untuk menghafal materi untuk ujian, maka anak bisa berhasil untuk mengikuti ujian itu. Namun, menghafal pelajaran bukan berarti anak telah mempelajari materinya.

Beberapa ujian yang didasarkan pada teori hafalan, membuat seorang anak hanya menumpahkan teori tanpa banyak konteks atau kebutuhan untuk pemecahan masalah yang lebih dalam.

Pendekatan ini tidak dapat secara akurat mengukur kemampuan anak.

Itu sebabnya nilai tidak cukup efektif dalam mengukur pemahaman. Anak perlu terlibat dan tertantang untuk memecahkan masalah dengan cara baru.

Ini adalah sesuatu yang tidak sering diterjemahkan ke dalam cara penilaian standar.

Editors' Pick

3. Nilai tidak selalu dapat mengukur kekuatan anak

3. Nilai tidak selalu dapat mengukur kekuatan anak
Freepik

Sebagai manusia, anak dan siapapun lebih dari sekadar angka di halaman. Masing-masing manusia memiliki keragaman yang luar biasa dari kekuatan dan bakat yang berbeda. Kemampuan yang biasanya diukur dengan nilai hanya mencakup rentang tertentu.

Kecerdasan pada nilai atau peringkat akademik anak, hanyalah salah satu dari banyak variabel yang akan memengaruhi nilainya.

Peringkat tidak dapat menilai sesuatu yang dinamis, seperti kecerdasan manusia.

Tidak ada nilai yang bisa memberi gambaran yang tepat tentang perpaduan unik dari kemampuan, bakat, etos kerja, kreativitas, keterampilan kepemimpinan anak, serta bagaimana sifat-sifat itu saling memengaruhi kehidupannya.

Mengandalkan nilai dan peringkat untuk menentukan kecerdasan anak dapat membuatnya kehilangan peluang besar.

Misalnya, anak dengan latar belakang pendidikan yang lemah, tidak sengaja menemukan bakatnya yang besar di bidang musik.

Namun karena pemahaman orangtua yang kurang tepat, meminta anak untuk meninggalkan hobinya di bidang musik untuk serius belajar. Hal ini bisa membuat anak kehilangan peluang besar menjadi musisi, produser, pemain orkestra, dan lain-lain.

4. Ada berbagai jenis kecerdasan

4. Ada berbagai jenis kecerdasan
Freepik/Pressfoto

Seorang fisikawan, ahli sejarah, dan seniman, memiliki kecerdasan masing-masing dalam dirinya sendiri. Jika diukur berdasarkan keahlian Mama sendiri, Mama mungkin terlihat biasa-biasa saja ketika menilai makalah mereka.

Dengan cara yang sama, siapapun tidak dapat bisa secara efektif untuk memperhitungkan keseimbangan kekuatan dan kelemahan anak.

Nilai tidak mampu mengenali kecerdasan unik yang dimiliki oleh seorang anak.

5. Minat anak lebih penting

5. Minat anak lebih penting
Freepik/Romanshyshak

Kecerdasan mengacu pada kemampuan seorang anak untuk belajar, memahami, dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan.

Tetapi itu tidak berarti jika anak tidak memiliki dorongan untuk melakukan hal-hal tersebut.

Jika anak mempelajari sesuatu yang tidak disukai, kemungkinan besar ia tidak akan menghabiskan banyak energi untuk mencoba memahaminya.

Dengan demikian, anak yang memiliki semangat untuk maju lebih mungkin untuk tampil, di depan anak yang mungkin jenius, tetapi tidak termotivasi.

Ini bukan berarti anak boleh untuk tidak mempelajari apapun yang tidak ia sukai. Namun begitu anak mengidentifikasi apa yang disukai, ia akan lebih termotivasi untuk belajar. Bahkan menganggap pelajaran tersebut adalah hal yang menyenangkan.

6. Kecerdasan masih bisa berubah

6. Kecerdasan masih bisa berubah
Freepik/jcomp

Banyak yang mengatakan bahwa kecerdasan tidak akan pernah berubah, karena kapasitas berpikir manusia sebagian besar akan tetap sama sepanjang hidup.

Namun, banyak ahli percaya ada kemungkinan itu bisa berubah seiring waktu.

Ada sebuah gagasan yang dikenal sebagai Teori Kecerdasan Inkremental (Incremental Theory of Intelligence) yang menyatakan bahwa kecerdasan sebenarnya dapat dikembangkan dan ditingkatkan melalui pelatihan.

Anak yang menerima teori ini lebih cenderung menerima tantangan, gigih, dan belajar dari kesalahan masa lalu dibandingkan dengan anak yang percaya bahwa kecerdasan itu statis dan tidak berubah.

Dengan melatih pikiran anak dari waktu ke waktu, Mama dapat meningkatkan kecerdasan anak dan membentuk harapan.

Nah itulah jawabam bahwa nilai atau peringkat anak di sekolah tidak dapat menentukan kecerdasan anak. Masih dilansir dari laman Everyday Power, tak ada satu sistem pun yang dapat mendefinisikan kecerdasan anak secara keseluruhan.

Jika tidak puas dengan kinerja anak, maka ada banyak cara untuk meningkatkannya.

Nilai adalah hasil dari banyak faktor, dan kerja keras anak serta komitmen jauh lebih penting daripada evaluasi di akhir semester.

Baca juga:

The Latest