Kenali Penyebab Anak Tidak Bisa Diam atau Hiperaktif

Selain ADHD, ada penyebab lainnya yang harus Mama ketahui

13 Juni 2021

Kenali Penyebab Anak Tidak Bisa Diam atau Hiperaktif
Freepik

Apakah anak Mama termasuk sangat aktif? Banyak anak yang memang sangat aktif atau tidak bisa diam. Seperti gelisah, ingin mencoba mengambil sesuatu, banyak berbicara, atau berlari bahkan setelah mereka disuruh berhenti.

Jika anak mama termasuk aktif seperti yang dijelaskan di atas, maka itu lebih dari sekedar aktif. Para ahli akan menggambarkannya sebagai hiperaktif. Saat kecil, anak memiliki kebutuhan untuk terus bergerak dan belum memiliki keterampilan untuk mengelolanya.

Namun sayangnya, orang lain justru melihat anak hiperaktif dan membuat penilaian. Mereka mungkin mengira itu masalah disiplin atau anak bersikap kasar.

Orang lain bahkan mungkin juga membuat komentar yang membuat anak atau Mama menjadi merasa tidak enak dan malu.

Jika anak terus bergerak, Mama mungkin bertanya-tanya tentang perilaku anak. Untuk itu, kali ini Popmama.com akan membahas lebih lanjut tentang ciri-ciri anak hiperaktif.

Perilaku Hiperaktif Anak yang Mungkin Mama Perhatikan

Perilaku Hiperaktif Anak Mungkin Mama Perhatikan
Freepik/Kukota

Anak yang hiperaktif aktif terus-menerus dengan cara yang tidak sesuai dengan waktu atau suasana. Jika hanya terjadi sekali atau dua kali, maka Mama tidak perlu khawatir. Agar Mama mengetahui contoh yang mungkin sering dilakukan anak hiperaktif, berikut beberapa contohnya:

  • Berlari dan berteriak saat bermain, meskipun di dalam ruangan
  • Berdiri di tengah kelas dan berjalan-jalanlah sementara guru berbicara
  • Bergerak begitu cepat hingga ia bertabrakan dengan orang dan benda
  • Bermain terlalu kasar dan secara tidak sengaja melukai anak lain atau diri sendiri

Hiperaktif dapat terlihat berbeda tergantung dari usia anak, dan dapat bervariasi dari satu anak ke anak lainnya. Berikut beberapa perilaku hiperaktif yang mungkin Mama perhatikan, selain berlari dan melompat-lompat:

  • Berbicara terus-menerus
  • Sering mengganggu orang lain
  • Berlari dari satu tempat ke tempat lain dengan cepat
  • Terus bergerak bahkan saat duduk
  • Menabrak berbagai hal
  • Gelisah dan memiliki keinginan untuk mengambil semuanya dan bermain dengannya
  • Mengalami kesulitan duduk diam untuk makan dan aktivitas tenang lainnya

Jika Mama melihat anak dengan perilaku di atas, mungkin Mama dengan cepat mengatakan anak memiliki gangguan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD). Tapi ADHD bukan satu-satunya alasan mengapa seorang anak menjadi hiperaktif.

Berikut yang menyebabkan anak menjadi hiperaktif:

1. Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)

1. Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)
Freepik/Kuprevich

Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), sekitar 9 persen anak-anak menderita ADHD. ADHD adalah kondisi neurobiologis yang menyebabkan gejala seperti impulsif, gangguan fokus, dan peningkatan aktivitas.

Gejala ADHD terkait hiperaktif yang dijelaskan dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Health Disorders (DSM), meliputi:

  • Kesulitan duduk diam, terus menggerakan badan, menggerakkan kaki dan tangan, atau berdiri dan bergerak saat orang lain duduk
  • Berlari atau memanjat pada waktu yang tidak tepat
  • Jarang mengikuti aktivitas bermain dengan tenang
  • Berbicara terus menerus, yang dapat menyebabkan masalah di sekolah dan di lingkungan sosial
  • Kesulitan dalam bergiliran
  • Mengganggu orang lain

Bicaralah dengan dokter anak jika Mama merasa anak mungkin menderita ADHD. Meskipun tidak ada tes khusus untuk kondisi ADHD, dokter akan melakukan penilaian dan merujuk anak untuk evaluasi lebih lanjut jika diperlukan. Jika anak didiagnosis ADHD, maka ada perawatan yang tersedia, yang mungkin termasuk atau tidak termasuk obat-obatan.

Editors' Pick

2. Anak mengalami stres atau tertekan

2. Anak mengalami stres atau tertekan
Freepik/User18526052

Anak seringkali menjadi hiperaktif ketika ia mengalami peristiwa kehidupan yang penuh tekanan. Bahkan perubahan positif, seperti memiliki anak baru pindah ke lingkungan yang lebih baik, dapat membuatnya stres.

Sebelum Mama memutuskan bahwa anak tidak mungkin terpengaruh oleh masalah keluarga atau masalah keuangan rumah tangga, ingatlah bahwa anak dapat menyadari stres yang dirasakan oleh orangtuanya. Jika Mama atau Papa stres, kemungkinan besar anak juga ikut stres.

Pastikan anak memiliki rutinitas yang konsisten dan dapat diprediksi. Jika Mama mengalami peristiwa kehidupan yang membuat stres, maka beri anak kepastian serta dukungan ekstra.

3. Masalah kesehatan emosional atau mental

3. Masalah kesehatan emosional atau mental
Freepik/Pvproduction

Masalah emosional seringkali terlihat seperti gangguan perilaku pada anak. Seorang anak dengan gangguan kecemasan mungkin kesulitan untuk duduk diam. Atau anak yang mengalami trauma oleh peristiwa menakutkan mungkin tidak dapat berkonsentrasi.

Jika Mama curiga dengan perilaku hiperaktif anak yang mungkin berasal dari masalah emosional, maka segera dapatkan bantuan profesional. Penanganan dapat mengurangi berbagai gejala, termasuk hiperaktif.

4. Kondisi medis seperti tiroid yang terlalu aktif

4. Kondisi medis seperti tiroid terlalu aktif
Freepik/Martyna1802

Ada beberapa masalah kesehatan fisik yang menyebabkan anak hiperaktif. Misalnya seperti tiroid yang terlalu aktif, dapat menyebabkan berbagai gejala, termasuk kecemasan dan hiperaktif. Ada juga masalah genetik lain yang dapat menyebabkan peningkatan aktivitas.

Bicaralah dengan dokter anak tentang gejala yang dialami anak. Menulis dan menyimpan daftar kekhawatiran Mama pada anak, dapat membantu dokter mengidentifikasi potensi masalah kesehatan yang mungkin menjadi akar masalahnya.

5. Kurang olahraga atau aktivitas fisik yang produktif

5. Kurang olahraga atau aktivitas fisik produktif
Freepik/Standret

Anak memang seharusnya aktif dan energik. Tanpa olahraga yang cukup, ia akan kesulitan untuk duduk diam. Sayangnya, beberapa anak hiperaktif justru dihukum sehingga kehilangan hak mereka untuk bergerak. Tidak memiliki kesempatan untuk berlarian dan bermain membuat hiperaktif menjadi lebih buruk.

Dorong anak untuk sering berolahraga setiap hari. Bermain di taman bermain, mengendarai sepeda, dan berlari, memberi kesempatan pada anak untuk menyalurkan energinya dapat membuat hiperaktif menjadi aktivitas yang produktif.

6. Tidak tidur siang atau terlambat tidur malam

6. Tidak tidur siang atau terlambat tidur malam
Freepik/Pvproduction

Meskipun orang dewasa cenderung menjadi lesu saat mereka lelah, sebaliknya anak seringkali menjadi hiperaktif. Hal ini bisa terjadi karena tidak tidur siang atau terlambat tidur malam, anak yang mengantuk mungkin tampak lebih bersemangat dari sebelumnya.

Ketika anak tidak cukup istirahat, tubuhnya merespons dengan membuat lebih banyak kortisol dan adrenalin, sehingga membuat anak bisa tetap terjaga. Hasilnya, anak akan memiliki lebih banyak energi.

Pastikan anak cukup tidur. Jika Mama kesulitan memastikan istirahat yang cukup, bicarakan dengan dokter anak tentang strategi yang dapat membantu.

Meskipun normal bagi anak untuk memiliki banyak energi, hiperaktif juga dapat mengganggu kehidupannya. Anak juga perlu duduk diam untuk belajar atau untuk makan.  

Mengharapkan anak harus bermain dengan tenang di kamar saat Mama bekerja dari rumah, dapat membuat Mama berpikir bahwa anak hiperaktif, padahal itulah perilakunya yang sesuai dengan perkembangannya.

Sehingga penting sekali untuk membedakan perilaku anak sesuai usianya dan ciri-ciri anak hiperaktif. Nah itulah informasi tentang penyebab anak hiperaktif, semoga informasinya bermanfaat ya, Ma!

Baca juga:

The Latest